Destinasi ‘Tak Biasa’
Naskah: Silvy Riana Putri/Suci Yulianita/dari Berbagai Sumber
Foto: Istimewa
Salah satu daya tarik travelling adalah menyelami sensasi daerah baru. Kita larut dalam suasana, tradisi, dan gelora semangat kehidupan lokal. Kali ini, kita beraksi di destinasi wisata alam dunia yang tak lazim dari segi bentuk, ukuran, maupun warna. Keistimewaan tersebut berasal dari proses pembentukan alam yang telah berlangsung ribuan hingga jutaan tahun silam. Selain memukau pandangan, destinasi tersebut juga menyimpan misteri legenda lokal.
Marble Caves, Chili
Marble Caves atau biasa dikenal dengan Capilla de Marmol (kastil marmer) ini berlokasi di danau General Carrera, antara perbatasan Chili dengan Argentina. Keindahan ini berawal dari 6000 tahun silam akibat erosi gelombang laut, sehingga menghasilkan pola gelombang unik menyerupai motif marmer pada gua air tersebut. Pancaran warnanya pun memukau dengan kemilau biru, hijau, abu-abu, dan turquiose dalam satu tampilan. Kita dapat mengelilingi gua air tersebut dengan kayak atau perahu kecil di kala kondisi air tenang atau cuaca cerah.Lokasi ini sangat tepat dikunjungi bagi Anda para penjelajah serta pemburu keindahan alam yang tersebar di dunia.
Sungguh jauh dari kesan gua pada umumnya yang gelap dan mengerikan penuh misteri. Memasuki gua ini, Anda akan terpesona akan keindahannya. Saking indahnya, sebagian masyarakat bahkan menyebut gua ini sebagai surganya dunia. Tak berlebihan memang jika melihat langsung keindahannya. Memasuki gua ini, semua terbayar sudah akan keindahannya, gua bernuansa biru dipenuhi cahaya terang yang datang dari sinar matahari melalui celah-celah gua, semakin menambah daya tarik tersendiri.
Tak hanya menawarkan keindahan gua, pepohanan indah nan rindang juga mengelilingi kawasan ini. Sehingga menambah keindahan dan asrinya tempat wisata ini. Tentu, dengan adanya sekumpulan pepohonan rindang berwarna hijau, maka akan menambah warna-warni tempat wisata ini, tak hanya didominasi warna biru dari gua. Selain menikmati keindahan gua, para pelancong juga bisa melakukan kegiatan menarik lainnya di kawasan tersebut, seperti memancing. Anda pun bahkan bisa menyelam untuk menikmati keindahan pemandangan bawah danau.
Waktu terbaik untuk mengunjungi gua ini adalah saat musim panas yang justru pada musim panas hawa menjadi dingin dan sejuk yang berasal dari batu marmer itu sendiri. Menikmati keindahan gua saat sore menjelang malam menjadi momen paling berkesan lantaran bisa menyaksikan keindahan pantulan sinar matahari yang akan tenggelam yang masuk melalui celah gua. Jika dari Chili untuk menuju ke sini, membutuhkan waktu yang cukup lama karena letaknya yang lumayan jauh dari pusat kota Chili. Namun cukup dekat dari Argentina karena memang posisinya yang terletak di perbatasan Chili dan Argentina.
Lake Retba, Senegal
Butuh waktu hampir setengah jam dari Senegal untuk mengunjungi Lac Rose, sebutan masyarakat setempat untuk danau unik tersebut. Warna vivid pink pada danau berasal dari alga dunaliella salina. Produksi garam di danau ini sangat tinggi. Bahkan, bisa dibandingkan dengan hasil garam di Laut Mati. Kondisi tersebut menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan garam setempat.
Sayangnya, berwisata ke tempat ini pengunjung hanya bisa memandangi danau ini tanpa bisa berenang atau beraktivitas dalam air di danau ini. Hal itu lantaran tingginya kandungan garam yang justru dapat merusak kulit. Sama seperti Marble Caves, waktu terbaik mengunjungi tempat wisata ini, adalah saat musim panas dimana pelancong bisa melihat keindahan warna danaunya yang tampak berwarna pink terang seperti milkshake strawberry. Sementara pada musim hujan, warna pink tersebut tampak memudar.
Moeraki Boulders, Selandia Baru
Kumpulan bebatuan besar Moerakiterletak 40 kilometer sebelah selatan Oamaru. Berkendara menyusuri sepanjang pantai North Otago tanpa henti, pelancong disuguhi pemandangan menakjubkan berupa bebatuan bulat raksasa yang tersebar di sepanjang pantai, dan bebatuan lainnya bisa dilihat menyembul dari tebing batu pasir. Sungguh mengagumkan!
Ukuran bebatuan Moeraki Boulders ini cukup menakjubkan, hingga ada yang berdiameter mencapai tiga meter. Besaran tersebut hampir menyamai ukuran telur dinosaurus dan setengah dari tubuh kura-kura di zaman pra-sejarah. Suku Maori meyakini bahwa kumpulan bebatuan besar berkaitan erat dengan legenda kuno. Menurut legenda Maori, batuan tersebut adalah labu yang terdampar di pantai dari sampan Araiteuru yang rusak akibat mendarat di Selandia Baru ratusan tahun silam. Kisah legenda tersebut menceritakan tentang tersapunya keranjang anyaman rami yang berisikan labu, ubi jalar, dan belut milik Araiteuru di Matakea.
Jika dilihat dari ilmiah, bebatuan tersebut tercipta dari konkresi kalsium karbonat yang terbentuk hampir ratusan tahun lamanya. Kristalisasi kalsium dan karbonat di sekitar partikel bermuatan secara bertahap membentuk labu seperti dalam proses pembentukan mutiara berlangsung selama empat juta tahun. Batuan lumpur lembut yang berisi batuan bulat tersebut terangkat dari dasar laut sekitar 15 juta tahun yang lalu; gelombang, angin dan hujan mengeluarkannya satu demi satu.
Untuk menuju ke lokasi ini, pelancong dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki menyusuri hutan, perjalanan berjarak tempuh hanya beberapa menit dengan berjalan kaki ini, sungguh tak terasa lantaran hutan asli di sepanjang perjalanan itu menawarkan pemandangan yang sungguh indah. Dan jika beruntung, para pelancong bahkan bisa melihat lumba-lumba Hector yang sedang bermain di tengah ombak.
The Stone Forest, Shilin, Cina
Dengan luas hampir sepanjang 47.000 hektar di propinsi Yunnan, pilar-pilar bebatuan tinggi ini ‘dipahat’ sempurna oleh hujan, angin, dan aktivitas gunung sekitar 270 juta tahun silam. Konon awalnya bebatuan ini berada di bawah permukaan air laut yang terangkat ke permukaan karena gempa besar yang pernah melanda China di masa lampau.
Destinasi yang berlokasi di dalam hutan tersebut mendapat julukan “First Natural Wonder of The World”. Pemerintah Cina, baru membuka akses untuk wisatawan umum pada tahun 1950-an. Formasi pilar bebatuan ini menjulang tinggi, kini biasa disebut Fenglin (tower). Bentuk pilar bebatuan setinggi 20-50 meter ini bervariasi dan sarat legenda lokal. Ada yang berbentuk menyerupai manusia, singa, buru, pepohonan, dan bunga. Dikisahkan gadis cantik bernama Ashima yang menolak cinta Azhi, anak ketua adat desa Shilin. Rasa sakit hati membuat Azhi menculik Ashima ke dalam hutan. Ketika berhasil dan menuju ke rumah, Ashima terbawa arus saat banjir melanda sungai. Berdasarkan legenda tersebut, lahirlah nama batu Ashima. Dan masyarakat setempat meyakini, bila memanggil namanya, akan direspons.
Sebagai destinasi wisata yang cukup populer di negeri tirai bambu ini, Stone Forest terawat dengan sangat baik. Semua batu yang ada dalam kondisi sangat bersih tanpa coretan sama sekali. Maka tak heran jika pemerintah China mengklarifikasikan objek wisata ini sebagai destinasi wisata level AAAAA (A5), yakni destinasi wisata dengan tingkat atraktif paling tinggi. Beberapa lokasi di kawasan tersebut bahkan masuk dalam UNESCO World Heritage Site.
Chocolate Hills, Filipina
Kawasan perbukitan unik ini berlokasi di tengah pulau Bohol, Filipina. Diperkirakan jumlah gundukan bukit mencapai 1776. Kebanyakan tinggi dari bukit tersebut mencapai 30-50 meter. Namun, ada pula bukit yang mencapai ketinggian 120 meter. Terselip pula, kisah legenda setempat yang meyakini gundukan bukit-bukit tersebut adalah kumpulan bulir air mata raksasa yang berkelahi karena urusan percintaan. Namun dari kacamata ilmiah, gundukan perbukitan tersebut diperkirakan berasal dari gundukan kapur yang tidak dapat menyerap ke dalam tanah. Ya, bukit-bukit indah tersebut merupakan salah satu keajaiban alam yang terjadi akibat fenomena geografi.
Keindahannya menjadikan bukit ini sebagai salah satu pilihan destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Destinasi wisata ini juga telah diakui menjadi salah satu situs warisan dunia yang terdaftar di UNESCO. Hamparan bukit yang indah, rerumputan yang menyelimuti bukit, serta pemandangan menakjubkan bisa kita temui di tempat ini. Yang menarik, bukit-bukit ini menawarkan pemandangan yang berbeda-beda tergantung dari musimnya. Misal, pada musim hujan, pemandangan yang tampak adalah bukit bukit yang hijau alami, pemandangan dari rumput yang tumbuh subur karena air hujan.
Sementara pada musim panas, pemandangan yang tampak adalah bukit yang berwarna coklat karena rumput yang mengering. Konon, pemandangan di musim panas inilah yang menjadi cikal bakal tempat ini dinamakan Chocolate Hills. Saking luasnya area ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan bukit ini dari beberapa wilayah yang berbeda, yaitu, dari Filipina, Carmen, Batuan, dan Sagbayan. Untuk menuju ke bukit ini pun ada beberapa pilihan akses yang bisa kita tempuh, namun biasanya pengunjung datang ke sini melalui kota terdekat, yakni Tagbilaran.
Spotted Lake, British Columbia, Kanada
Berdekatan dengan kota Osoyoos, bentuk Spotted Lake menyerupai permainan Twister atau motif polkadot dalam fashion. Lokasinya hanya berjarak 1,6 km dari perbatasan Washington DC. Danau ini kaya akan kandungan mineral seperti kalsium, sulfat, garam, dan jenis lainnya. Ukuran dan warna bulatan pun bervariasi, yaitu hijau, kuning, dan cokelat. Untuk menikmati pemandangan unik ini, kita hanya bisa menikmati dari kejauhan, transportasi yang memungkinkan adalah helikopter. Mengingat danau ini berada di private property milik Indian Affairs Department.
Yang menarik, bintik polkadot tersebut terlihat hanya pada setiap musim panas. Hal itu lantaran pada saat musim panas, air permukaan danau akan berubah yang tampak seperti titik-titik polkadot. Ya, kandungan mineral dalam danau tersebut konon tidak bisa larut dengan air sehingga tertinggal di permukaan dan akhirnya membentuk bulatan-bulatan berupa kolam kecil, dan jika dilihat dari ketinggian, tampak seperti bentuk pola polkadot. Beragam jenis mineral yang terkandung itu pula kemudian menghasilkan warna yang berbeda-beda pada tiap-tiap bulatan polkadot, seperti warna hijau, coklat, biru, dan lainnya. Spotted Lake kini menjadi salah satu pilihan destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi di Kanada. Padahal awalnya lokasi ini adalah lokasi private yang tertutup untuk umum.
The Wave, Coyote Buttes, Arizona dan Utah, Amerika Serikat
Satu lagi, destinasi alam yang mempesona dan menantang adrenalin. Motif bebatuan pasir ini menyerupai lintasan balap formula 1. Pola tersebut adalah hasil bentukan angin dan hujan. Untuk berkunjung ke sini, kita harus melalui beberapa tahapan, mengingat dalam satu hari, hanya 20 pengunjung berizin yang dapat mengeksplorasi. Namun, ada kelonggaran jumlah pengunjung hingga 150 orang pada bulan-bulan tertentu, yaitu April, Mei, September, dan Oktober. Lokasi yang terletak di perbatasan Arizona dan Utah ini, banyak diminati para fotografer maupun sutradara dunia. Disarankan untuk mendapatkan momen foto atau video terbaik saat menjelang petang karena intensitas pasir yang bertebangan sudah menurun.
Ya, The Wave merupakan lansekap yang paling banyak diburu para fotografer di Amerika Utara. Siang hari adalah waktu yang tepat untuk mengambil momen terbaik The Wave lantaran tidak ada bayangan yang dapat mengurangi keindahan foto. Meski begitu, bukan berarti pagi hari dan sore hari tak layak untuk mengabadikan pemandangan di The Wave. Pada saat setelah hujan juga menjadi momen indah lantaran air hujan yang mengisi lembah-lembah The Wave.
Namun sayangnya jika tidak berhati-hati, keindahan The Wave juga menyimpan bahaya. Sudah ada beberapa nyawa pelancong yang melayang di tempat ini. Suhu The Wave yang sangat panas juga membahayakan jiwa. Para pelancong yang mencoba mendaki bukit tersebut biasanya mengalami dehidrasi akut bahkan tak jarang hingga meninggal dunia.
Giant’s Causeway, Inggris
Berlokasi di bagian utara Inggris, Giant’s Causeway menjadi salah satu pundi-pundi pemasukan kota. Betapa tidak, 40.000 basalt menciptakan lanskap ketinggian yang dramatis. Kebanyakan basalt berbentuk heksagonal yang berasal dari 60 juta tahun lalu. Asal muasal terbentuknya dari luapan lava dingin yang terbentuk di atas permukaan. Kumpulan basalt tersebut tidak sama besarnya, sehingga menciptakan jalur undakan. Destinasi ini termasuk situs wisata yang dilindungi oleh UNESCO.