Wae Rebo, Desa di Atas Awan
Bila Anda berkunjung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pastikan singgah di Desa Wae Rebo. Sebuah desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai, NTT. Di kampung berketinggian 1.200 m di atas permukaan laut inilah Anda bisa menyaksikan kampung dengan tujuh rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Nian. Ada banyak keunikan di sana. Di antaranya, rumah Mbaru Nian ini tidak bisa ditambah maupun dikurangi. Bisa jadi itu pesan dari nenek moyang mereka yang konon berasal dari Pulau Sumatera.
Keindahan Wae Rebo, Desa di atas awan
Keberadaan tujuh rumah adat Mbaru Nian berbentuk kerucut ini telah bertahan selama lebih dari 19 generasi. Dengan arsitektur khas nan unik dengan diameter dan ketinggian yang sama, satu rumah ini bisa ditinggali oleh enam hingga delapan keluarga. Rumah adat yang tingginya sekitar 15 meter ini mempunyai atap yang hampir menyentuh tanah. Atap yang digunakan rumah adat Mbaru Niang ini menggunakan daun lontar. Mirip rumah adat "honai" di Papua.
Rumah dengan struktur cukup tinggi, yang keseluruhannya ditutup ijuk. Mbaru Niang memiliki lima tingkat dan terbuat dari kayu worok dan bambu serta dibangun tanpa paku. Tali rotan yang kuatlah yang mengikat konstruksi bangunan. Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda beda yaitu:
Tingkat pertama disebut lutur digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga. Lalu tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari. Sedangkan tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan. Kemudian tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk stok pangan apabila terjadi kekeringan, dan tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur.
Selain keunikan Mbaru Nian yang menjadi magnet Desa Wae Rebo, di sini masyarakat desa juga masih menjunjung budaya tradisional sehingga UNESCO menyatakan Desa Wae Rebo sebagai situs warisan budaya dunia dan pemandangan alam yang eksotis juga siap menemani wisatawan. Di Desa Wae Rebo ini selain menghadirkan suasana yang alami, juga menghadirkan suasana desa yang kerap tertutupi oleh kabut. Karenanya tempat itu kerap disebut "Desa di atas awan". Pemandangan tersebut bakal terlihat lebih menyegarkan dengan keberadaan pepohonan hijau yang mengelilingi area desa.
Untuk menuju ke sana memang tidak mudah, penuh dengan perjuangan. Melakukan perjalanan yang sangat panjang tapi mengasyikan. Perjalanan ke desa ini tampaknya cocok sekali bagi Anda yang mempunyai jiwa petualang, yang terbiasa melakukan perjalanan liburan dengan medan yang berat.
Karena begitu sampai di Labuan Bajo, Anda harus meneruskan perjalanan ke Ruteng yang memakan waktu perjalanan sekitar 3-4 jam dengan beberapa pilihan transportasi seperti naik travel atau menyewa mobil dan motor. Sesampainya di Ruteng, Anda masih harus menempuh perjalanan 3-4 jam menuju Desa Denge menggunakan ojek.
Keunikan tujuh rumah adat Mbaru Nian yang menjadi daya tarik para wisatawan
Anda bisa beristirahat sejenak untuk memulihkan stamina di dekat pos 1 setelah jembatan terakhir Desa Denge, selain tempat parkir juga terdapat rumah warga. Ini penting, karena perjalanan berikutnya hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki dari Desa Denge ke Wae Rebo dan itu membutuhkan waktu yang lama. Kalau dilakukan dengan kecepatan normal, butuh waktu sekitar 4-5 jam. Namun, semua kelelahan itu akan terbayar lunas ketika kedatanganmu disambut senyuman oleh masyarakat di Desa Wae Rebo serta keindahan alam yang mempesona.
Jika perlu beristirahat di Wae Rebo Anda bisa menumpang di salah satu rumah tinggal sementara dengan tarif kurang lebih 300 ribu per malam. Kunjungi pesona.travel untuk mengetahui pengalaman bermalam di Desa Wae Rebo. (Purnomo / Foto: Dok. OMG)