Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Rektor Universitas Negeri Yogyakarta)
UNY Menuju World Class University
Naskah: Suci Yulianita Foto: Dok. Pribadi
Prestasi Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. dalam memimpin Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sungguh luar biasa. Menjabat Rektor UNY sejak Maret 2017 lalu, banyak hal yang telah ditorehkan UNY. Prestasi dan pencapaian yang terus meningkat tiap tahunnya, bahkan nama kampusnya sendiri kini semakin bersinar di Asia. Rasanya bukan suatu hal yang mustahil jika Sutrisna memiliki target ingin membawa UNY menjadi World Class University pada 2025 mendatang.
Ya, diberi amanah menjabat Rektor UNY periode 2017 – 2021, Sutrisna memiliki visi misi ingin mewujudkan Universitas yang unggul, inovatif, dan kreatif berlandaskan pada ketakwaan, kemandirian dan kecendekiaan pada tahun 2025, dengan tujuan utama membawa UNY menuju World Class University (WCU).
Bukan suatu hal yang mudah dan tentu membutuhkan perjalanan panjang. Namun, Sutrisna telah melakukan langkah-langkah, setahap demi setahap untuk mencapai tujuannya itu. “Nah untuk mencapai tujuan itu, tidak bisa terlepas dari indikator sebagai World Class University. Pertama adalah unggul di bidang akademik yang kita sebut sebagai reputasi akademik, lalu yang kedua adalah lulusan kita yang unggul. Nah, alhamdulillah tahun 2019 kita masuk peringkat 75 di Asia Tenggara dan 500 besar Asia (451-500). Mudah- mudahan memacu UNY untuk terus mengembangkan sebagai universitas yang unggul, sebagai world class university. Jadi, target kelas dunia subject pendidikan versi QS, insyaallah bisa kita capai di tahun 2025,” urainya.
Tak hanya itu, Sutrisna pun berhasil membuktikan prestasi dan pencapaian UNY yang kian hari semakin cemerlang. Tengok saja publikasi ilmiah internasional terindeks scopus yang melonjak tajam, dari hanya 69 pada akhir 2016, kini menjadi 1896 artikel. “Salah satu jurnal UNY, ‘Cakrawala Pendidikan’ telah terindeks scopus, bahkan mendapat penghargaan Jurnal Terbaik nasional pada tahun 2019,” ucapnya.
Bidang kemahasiswaan, pada tahun 2019 berada di peringkat 4 nasional yang sebelumnya peringkat 5. Sementara untuk student mobility, yaitu pergerakan mahasiswa ke berbagai negara, kini sebanyak 155 mahasiswa. Tak kalah membanggakan adalah jumlah lulusan sekitar 82,67% sudah terserap di lapangan pekerjaan. “Ini luar biasa, artinya lulusan kita ini unggul memiliki daya kompetisi sehingga dia masuk lapangan pekerjaan,” pungkasnya.
Kemudian untuk riset, UNY berada di peringkat 16 nasional dengan klaster mandiri dan peringkat 8 nasional klaster unggul untuk nilai pengabdian pada masyarakat. Belum lagi peningkatan jumlah guru besar yang melonjak, bertambah 18 guru besar baru pada tahun 2019. “Lalu, jumlah doktor juga meningkat, kini sudah 402, jumlah dosen untuk studi lanjut juga meningkat, sekarang ada 279 yang sedang studi lanjut S3. Ini tentunya akan menambah jumlah doktor dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Dan ini adalah salah satu indikator menuju WCU, tenaga dosen harus S3,” ujar Sutrisna.
Akreditasi prodi juga cukup mencengangkan. Sebanyak 71 prodi sudah terakreditasi A, dan yang belum pernah dicapai sebelumnya adalah akreditasi internasional. Pada 2019 UNY berhasil meraih akreditasi internasional sebanyak 39 program studi. Tak kalah membanggakan adalah peningkatan Hak Kekayaan Intelektual dalam dua tahun terakhir ini melonjak tajam, tahun 2018 berhasil mencartatkan 425 HKI dan tahun 2019 ada 487 HKI. Lalu penghargaan green matric, UNY masuk peringkat 23 nasional sebagai green campus. Peringkat versi 4 International Colleges Universities (4ICU) memperoleh peringkat tertinggi selama ini, yaitu menduduki 2 nasional pada tahun 2019. THE World University Rankings memperoleh peringkat 7 nasional.
Kontribusi Nyata Melawan Covid - 19
Sejak pandemi Covid – 19 mewabah negeri ini pada Maret 2020, Sutrisna bergerak cepat mengambil keputusan untuk menerapkan belajar di rumah melalui daring. Mendukung pembelajaran via daring selama pandemi Covid – 19, Sutrisna juga turut berpartisipasi membuka komunikasi seluas-luasnya melalui media sosial dengan tujuan membantu mencari solusi apabila ada kesulitan dalam pembelajaran via daring.
Bicara pandemi global ini UNY juga turut berpartisipasi memberikan kontribusi nyata pada bangsa dan negara tercinta Indonesia. Dimulai
dari membuat masker yang higienis, membuat APD, wastafel portable, dan hand sanitizer, tentu melalui riset terlebih dahulu. Hasilnya, UNY memproduksi dalam jumlah banyak yang kemudian disumbangkan ke berbagai pihak yang membutuhkan, seperti diserahkan ke pemerintah daerah untuk disalurkan pada masyarakat. “Di samping itu kita juga melakukan bakti sosial membeli sembako untuk masyarakat yang terdampak, termasuk mahasiswa yang membutuhkan, kita berikan juga,” ucapnya.
Di samping itu, universitas yang memiliki motto ‘leading in character education’ ini juga menerbitkan buku saku edukasi melawan Covid – 19.
Sebagai universitas yang melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi di mana di dalamnya mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, UNY juga merancang KKN dan PKL dengan tema Covid – 19 yang akan berlangsung pada Agustus 2020 mendatang.
“Leading in Character Education, pendidikan karakter ini menjadi prioritas di UNY di samping mewujudkan mahasiswa yang cerdas, sehingga tujuan akhir pendidikan menjadi insan yang unggul, inovatif, kreatif, dan takwa; tidak hanya kecerdasan saja, juga emosi dan spiritualnya disinergikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan,” terang Sutrisna. Selain itu, apa yang dilakukan UNY ini diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional. Karena sesungguhnya, inilah yang menjadi impian dan obsesi Sutrisna, ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sesuai dengan tema Dies Nathalis UNY (21 Mei 2020), “Kearifan Lokal dan Nasional untuk UNY Unggul”. Sangat sederhana, namun penuh makna.
Sutrisna juga ingin membaktikan dirinya lebih meluas lagi dengan menerima pinangan untuk memimpin tanah kelahirannya, Gunungkidul pada tahun 2020 ini. “Saya diminta untuk kontribusi ke Gunungkidul. Setelah saya berpikir panjang, termasuk sholat istikharah, saya putuskan menerima lamaran itu. Gunungkidul itu adalah tanah kelahiran saya dan itu menjadi bagian dari tanggungjawab saya untuk berbuat lebih banyak. Dengan tagline ‘kadung tresno’, bahasa Jawa yang artinya terlanjur cinta. Kalau kita sudah mencintai maka kita akan memberikan pengorbanan dengan sepenuh hati. Maka cinta daerah, cinta Tanah Air, cinta bangsa ini menjadi pengorbanan untuk Tanah Air kita,” Sutrisna memaparkan mimpi mulianya.