Meraih Resiliensi dengan Strategi Efisiensi
Naskah: Angie Diyya Foto: Dok. Pribadi
Berkat strategi yang jitu dan kerja keras yang dilakukan bersama seluruh insan Pegadaian, perusahaan yang dipimpin berhasil mencatatkan laba di tengah krisis akibat pandemi.
Pada tahun lalu, pandemi dan fluktuasi harga emas menjadi tantangan utama Pegadaian, karena lebih dari 50% nasabah merupakan pengusaha atau masuk dalam sektor produktif, yang ketika usaha mereka turun atau bahkan berhenti, mereka relatif tidak lagi menggadai namun cenderung menjual aset yang dimiliki, sehingga Pegadaian turut kehilangan potensi dari nasabahnasabah tersebut.
Harga emas yang menurun secara signifikan di tahun 2021 juga menjadi tantangan mengingat lebih dari 95% barang jaminan gadai berupa emas. Akibat penurunan tersebut banyak nasabah tidak menebus barang gadai karena tipisnya nilai tebusan dibandingkan dengan nilai riil emas. Imbasnya, tahun lalu terjadi kenaikan jumlah barang lelang hingga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan tahuntahun sebelumnya.
“Untuk merespon kondisi makro yang kurang bersahabat tersebut, tidak ada cara lain kecuali menumbuhkan bisnis melalui inovasi produk dan fitur baru serta memperluas pasar dengan memasuki segmen pasar baru,” jelas Kuswiyoto, Direktur Utama Pegadaian. Efisiensi juga menjadi peranan penting bagi perusahaan untuk dapat survive dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil. Berbagai upaya efisiensi mulai dari penurunan biaya bunga maupun biaya operasional telah dilakukan, sehingga BOPO dapat ditekan ke angka 77,45% dari 81,55% di tahun sebelumnya.
Oleh karenanya, berbagai hal dilakukan untuk me-manage outstanding pinjaman dengan baik menyikapi turunnya harga emas dan peningkatan penjualan lelang, serta menekan non performing loan (NPL) hingga angka 1,21%. Upaya-upaya tersebut turut meningkatkan resiliensi dan sustainabilitas perusahaan, dan yang paling signifikan dari keberhasilan menjaga kinerja perusahaan dengan baik maka kami memiliki bargaining power yang tinggi terhadap para kreditur untuk memberikan bunga pinjaman yang murah, karena lebih dari 60% modal kerja diperoleh dari pinjaman bank atau obligasi. Dampak positif lainnya, perusahaan dapat menekan biaya bunga pada tahun 2021 hingga 5,8%, turun dari 7,5% di tahun sebelumnya.
Tantangan Pegadaian berikutnya menurut Kuswiyoto adalah rezim bunga murah melalui kredit program seperti KUR dan SuperMi yang memiliki tren penyaluran yang baik. Kedua, pertumbuhan industri fintech khususnya P2P lending, saat ini fintech terdaftar dan berizin di OJK sudah mencapai 100 lebih. Kemudian, ekspansi pergadaian swasta yang saat ini semakin tumbuh dengan jumlah 117 lebih yang terdaftar di OJK.
Pegadaian memandang hal tersebut sekaligus menjadi peluang karena bisa diartikan bahwa permintaan kredit di masyarakat masih banyak yang belum terlayani baik di bisnis Gadai maupun Non Gadai atau mikro. “Saya melihat potensi di luar masih sangat besar baik untuk produk gadai, mikro, maupun produk investasi emas. Saat ini Pegadaian baru menyerap 5% dari seluruh penduduk usia produktif di Indonesia, sehingga masih ada 95% masyarakat yang belum mendapatkan layanan Pegadaian,” tutur Kuswiyoto. Sebagai upaya untuk memenangkan persaingan, dilakukan hal-hal seperti selalu berinovasi untuk memberikan layanan yang beyond expectation dan mengembangkan produk dan fitur baru yang memiliki competitive advantage atau tidak dimiliki oleh lembaga keuangan lain seperti Tabungan Emas, Pembiayaan Porsi Haji, Kartu Emas, Gadai Express, Gadai Harian, Titipan Emas, Dropbox Gadai, Gadai Premium, reaktivasi Gadai Efek, dan lainnya.
“Salah satu prinsip saya adalah lebih baik untung sedikit, daripada tidak sama sekali. Oleh karena itu, saya melakukan kolaborasi atau menjalin kerja sama strategis dengan institusi/ korporasi baik swasta atau milik pemerintah, sebagai pembuka jalan bagi perusahaan untuk dapat memperluas segmen pasar ke nasabah institusi/ korporasi. Saat ini Pegadaian sudah menjalin lebih dari 1.380 MoU/PKS. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan beberapa fintech dan e-commerce besar untuk memperluas ekosistem digital dan menjamin aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan layanan Pegadaian,” papar sang CEO.
Kedua, mengakuisisi nasabah baru melalui program Gadai Peduli, masyarakat dapat menikmati layanan gadai bebas bunga (bunga 0%) selama 3 bulan untuk pinjaman sampai dengan Rp 1 juta. Menetapkan suku bunga yang lebih kompetitif yang disesuaikan dengan rating dari nasabah-nasabah itu sendiri. Beberapa kebijakan special rate kami lakukan sebagai program akuisisi maupun untuk me-retain nasabah-nasabah potensial.
“Kemudian, memperluas jaringan layanan melalui kerja sama keagenan dengan 500 ribu lebih Agen BRilink, 50 ribu lebih AO PNM, dan tentunya membesarkan Agen Pegadaian yang saat ini sudah mencapai 28 ribu agen, meningkat dari tahun 2020 sejumlah 17 ribu Agen,” jelasnya. Terakhir, ada pula langkah berkolaborasi dengan pergadaian swasta. Untuk lebih memberikan nilai tambah pada industri pergadaian pada umumnya dan membantu masyarakat luas untuk mendapatkan bunga yang lebih murah maka Pegadaian memilih untuk merangkul pergadaian swasta melalui program joint financing.
Dalam meningkatkan pendapatan di tahun 2022, Kuswiyoto menyatakan akan konsisten dalam mengembangkan inovasi produk dan fitur baru dan efisiensi di segala bidang. Pegadaian tentu masih memiliki kelemahan, salah satunya adalah keterbatasan outreach, khususnya di remote area. “Oleh karena itu, Alhamdulillah dengan terealisasinya sinergi ultra mikro dengan BRI dan PNM, keterbatasan tersebut dapat teratasi” ucapnya bersyukur.
Untuk mencapai itu semua, ia mengatakan perlu membangun teamwork yang baik. Kuncinya adalah memastikan seluruh anggota tim buy-in terhadap project yang akan dijalankan. Kedua, untuk memperjelas tanggung jawab maka diterapkan KPI yang clear. Ketiga, pemberian reward dan punishment yang dipahami oleh semua pihak.
Berbicara tentang legacy ke depan, Kuswiyoto berharap dapat meninggalkan legacy fisik dan non fisik untuk Pegadaian. “Dari aspek fisik, Alhamdulillah, saat ini kami sedang membangun Gade Tower yang akan selesai dalam 1-2 tahun kedepan. Selain itu, kami juga telah melakukan standarisasi outlet lebih modern untuk meningkatkan kenyamanan nasabah dan karyawan dalam bekerja,” ujarnya.
Sedangkan dari aspek non fisik, ia ingin mewariskan transformasi yang dibagi menjadi dua, yakni transformasi digital dengan melakukan digitalisasi proses kerja/proses bisnis untuk internal karyawan maupun nasabah dan transformasi kultural dengan mengimplementasikan budaya kerja AKHLAK sebagai pedoman sehari-hari. Ia juga berharap agar mindset sumber daya manusia yang semula pasif dapat berubah menjadi aktif.
Mengakhiri wawancara, ia menyampaikan pandangan tentang harapannya. “Saya yakin bahwa jabatan, rejeki, dan jodoh sudah diatur oleh Allah SWT, namun tentu kita tetap harus berusaha untuk mencapai goals pribadi serta tidak boleh terlalu berharap hasil melewati maksimal supaya tidak kecewa di kemudian hari. Hal yang bisa saya lakukan adalah terus bekerja sebaik mungkin dan biarkan atasan yang melihat dan menilai.”