Cinta Sejati Maestro Lukis Marc Chagall Tak Kalah Indah dengan Romeo Juliet
Kisah yang sad ending biasanya sangat melekat di hati para pembaca, pendengar, atau penonton. Seperti kisah Bella dan Marc Chagall, meski berakhir tragis, namun meninggalkan kesan yang mendalam.
Bella Rosenfeld dan Marc Chagall saling jatuh cinta pada tahun 1909 di Saint Petersburg. Kala itu, usia Rosenfeld masih berusia 19 tahun. Sementara, Chagall tujuh tahun lebih tua darinya.
Mereka berasal dari latar belakang berbeda, Rosenfeld adalah putri seorang saudagar perhiasan asal Rusia. Sementara, Chagall, hanyalah seorang pelukis dari keluarga tak mampu yang masih bersekolah.
Keduanya mengatakan, itu adalah cinta pada pandangan pertama. Rosenfeld menggambarkan bagaimana penampilan Chagall pada pertemuan pertama mereka dikutip dalam ‘Head over heels in love: Marc and Bella Chagall's spektakuler romance’, The Guardian, “Ketika Anda melihat sekilas matanya, itu biru seolah-olah mereka jatuh langsung dari langit. Mereka adalah mata yang aneh, panjang berbentuk almond. Dan, masing-masing tampak berlayar sendiri-sendiri seperti perahu kecil.”
Chagall juga menulis tentang pertemuan ini di buku otobiografinya ‘My Life’,
“Keheningannya adalah milikku, matanya milikku. Seolah-olah dia tahu segalanya tentang masa kecilku, masa kiniku, masa depanku, seolah-olah dia bisa melihat, menembusku.”
Pada tahun 1911, Chagall berangkat ke Paris untuk belajar seni dari seniman terkemuka pada zamannya, meninggalkan Rosenfeld di Rusia. Ia yang tak dapat berbicara bahasa Prancis, awalnya sangat sulit beradaptasi merasa seperti ingin melarikan diri kembali ke Rusia.
Ia hanya bertahan di Paris sampai 1914, karena ia begitu merindukan tunangannya yang masih di Vitebsk. “Dia memikirkannya siang dan malam”, tulis Baal-Teshuva, penulis biografi seniman tersebut. Chagall yang takut kehilangan Rosenfeld, kemudian menerima undangan dari seorang pedagang seni di Berlin untuk memamerkan karyanya. Tujuannya untuk melanjutkan ke Belarus dan menikahi Rosenfeld, kemudian membawanya ke Paris.
Tantangan berikutnya adalah meyakinkan orang tua Rosenfeld bahwa ia akan menjadi suami yang layak untuk putri mereka. Ia harus menunjukkan meskipun hanya seorang pelukis dari keluarga miskin, ia mampu memenuhi segala kebutuhannya.
Mereka pun menikah pada tahun 1915 dan Rosenfeld dengan cepat menjadi inspirasi utama Chagall yang dituangkan di kanvasnya selama sisa hidupnya.
Pada 1916 mereka memiliki seorang putri, Ida, namun itu tidak menghentikan Rosenfeld untuk bertindak sebagai manajer suaminya. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, mereka pindah ke Prancis di mana Chagall bisa melebarkan sayap pelukisnya.
Kekuatan cinta mereka didokumentasikan dalam lukisannya. Sangat sering Chagall menggambarkan dirinya dan Rosenfeld terbang di atas berbagai kota. Seolah-olah cinta yang mereka bagikan lebih kuat dari gravitasi itu sendiri.
Tahun-tahun berlalu dan Perang Dunia II pecah. Dengan bantuan putri mereka, pasangan itu melarikan diri ke Amerika Serikat. Namun naas, Rosenfeld meninggal. Ia menderita infeksi virus yang tidak bisa diobati lantaran kekurangan obat-obatan pada masa perang.
Chagall yang berduka menghentikan semua pekerjaan selama berbulan-bulan.
Ketika ia mulai berkarya lagi, lukisan pertama yang ia buat berkaitan dengan memori tentang Rosenfeld.
Ketika ia mulai berkarya lagi, lukisan pertama yang ia buat berkaitan dengan memori tentang Rosenfeld. Ia bahkan selama dua dekade menyimpan menyimpan buku catatannya yang ia hias dengan ilustrasi akan kenangan bersama belahan jiwanya tersebut.
Foto Istimewa