Heriyanto Agung Putra (Human Capital Director PT Bank Danamon Indonesia Tbk), Menciptakan Future Leader di Danamon
Naskah: Gia Putri Foto: Sutanto
Seorang Danamon Bankers Trainee (DBT) wajib memiliki dua karakteristik yang kuat, yakni keinginan untuk belajar dan learning agility. kedua karakteristik ini wajib dimiliki future leader.
Sejak awal berkarier, Heriyanto Agung Putra dikenal sebagai sosok pekerja keras. Bahkan, rekan kerjanya dulu pernah memberi perumpamaan bahwa Heriyanto pulang ke rumah setelah kantor akan dikunci. Hal itu dilakoni bukan saja saat menduduki jabatan saat ini, melainkan sejak di jabatan pekerjaan lainnya. “Saya pernah bekerja di berbagai macam role, mulai dari accounting, asset management, corporate secretary, controller, IT, hingga procurement. Ini saya anggap sebagai bagian dari development, menambah ilmu juga pengalaman,” ungkapnya.
Ritme kerja seperti itu, bagi Heriyanto, bukanlah sebuah beban, melainkan kebutuhan karena ia selalu menginginkan hasil yang optimal. “Ketika dipercaya di sebuah role, saya harus melakukan hal baru dan bisa memberikan benefit dan advantage untuk perusahaan,” ujarnya.
Bersama kolega atau anak buahnya, pria kelahiran 23 November 1965 ini tak segan berdiskusi di luar jam kerja secara informal, tetapi tetap produktif. Dari pembicaraan informal dan santai itulah, ia harapkan meraih berbagai masukan serta ide-ide segar untuk kemajuan perusahaan. Selain itu, ia juga aktif di berbagai organisasi, tujuannya untuk membangun network dan mendapat insight dari luar.
Sebagai Human Capital Director Danamon, Heriyanto memiliki empat pilar utama untuk mewujudkan aspirasi perusahaan menjadi Top 5 Bank, Leading payment bank with strong lending franchise, dan hybrid bank with global capabilities. “Target utamanya adalah membangun SDM memiliki high performing culture,” imbuhnya.
Langkah pertama, capability building, yakni meningkatkan kapabilitas SDM untuk menumbuhkan competitive advantage dan membuat bank mampu bersaing di market. Capability yang ditingkatkan, meliputi softskill, hardskill, dan leadership capability. “Kami juga terus beradaptasi dengan perubahan bisnis dan zaman melalui beragam program bankwide upskilling dan reskilling yang terus berjalan secara berkesinambungan. Hal ini membuat Danamon mampu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan bisnis, terutama pada era disrupsi digital saat ini,” terangnya.
HR, imbuhnya, juga memiliki berbagai macam metode dan teknologi yang mutakhir untuk menunjang perkembangan SDM di perusahaan. “Misalnya dalam bidang learning and development, kami menggunakan berbagai macam learning platform dan tools, seperti metaverse untuk memberikan learning experience yang luar biasa dan meningkatkan efektivitas dari program training,” terangnya.
Para leaders di Danamon, lanjutnya, juga terus dibekali program digital leadership. Sehingga, mampu menguasai teknologi dan tools yang dapat memberikan benefit di unitnya, memiliki kemampuan data analytic dan cakap mengambil keputusan berdasarkan data, serta kapabel meng-encourage timnya untuk lebih memiliki digital awareness dan skill yang dibutuhkan.
Kedua, talent and succession, yaitu membuat sebuah sistem talent management yang dapat mempersiapkan para top talent untuk memimpin bank pada masa depan. “Karena penting bagi sebuah organisasi untuk bisa sustain terus ke depannya dan memiliki successor terhadap posisi yang kritikal. Di bank teller war-nya sangat ketat, maka penting juga bagi bank untuk dapat me-retain talent yang telah diklasifikasikan sebagai high flyer, sehingga kami terus memiliki talent pool yang kompeten,” imbuhnya.
Ketiga, managing performance and working environment. Memiliki karyawan dengan capability dan sistem talent management yang bagus tentu tidak cukup. Heri menjelaskan, pihaknya juga mesti dapat mengelola performance dengan baik, sehingga apa yang dideliver bisa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
“Sebagai bagian dari managing performance, kami juga terus berusaha maksimal untuk menjadikan Danamon tempat kerja yang lebih baik lagi dengan berbagai program engagement, rewards and recognition. Hal ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan meningkatkan kinerja Danamoners,” imbuhnya.
Keempat, data driven decision making sebagai pilar yang mendukung tiga pilar lainnya. “Pada zaman yang serba digital ini, data dan informasi adalah segalanya. Untuk mengimplementasikan pilar tersebut, kami mempersiapkan dua hal, yakni infrastructure dan people. Dari segi infrastructure dipersiapkan data structure yang complete dan reliable serta berbagai macam advanced analytics tools yang dapat membantu pengolahan data secara maksimal,” terangnya. Sementara dari segi people, pihaknya menciptakan internal data analytics, scientist, dan engineer yang memiliki kapabilitas pengolahan dan analisa data yang dapat membantu bank dalam setiap pengambilan keputusan bisnis.
Bicara lebih lanjut, Heriyanto memaparkan langkah yang dilakukan agar SDM Danamon berdaya saing. “Danamon memiliki berbagai macam MUFG Collaboration program untuk terus meningkatkan kompetensi SDM Danamon, salah satunya talent swap program, karyawan kami dapat belajar langsung di headquarter MUFG di Tokyo. Program seperti inilah yang dapat membuat Danamon memiliki unique strong point dan SDM kami mampu bersaing dengan fintech, startup, maupun bank competitor,” ia memaparkan.
Terkait transformasi digital, Danamon juga membentuk Cross Functional Team (CFT) di setiap fungsi, yang tugasnya meningkatkan kapabilitas digital. “Kami memiliki beberapa CFT, salah satunya yang berperan untuk meningkatkan kapabilitas SDM dan digital. saat ini CFT telah me-roll out berbagai macam program yang terus mendukung target HR untuk menciptakan high performing organization. Misalnya, top talent development program yang menekankan pada kolaborasi antar fungsi untuk melakukan bankwide digital transformation,” jelas pria yang hobi bersepeda tersebut.
Menariknya lagi, Heriyanto juga mencetuskan Danamon Bankers Trainee (DBT), yakni program untuk mendevelop anak-anak muda berbakat menjadi future leader di Danamon. Program ini terbagi dalam dua fase, yaitu Fase learning dan project assignment. “Para DBT (Danamon Bankers Trainee) selalu kami bekali dengan digital mindset. Sehingga, mereka bisa menjadi top talent yang dapat beradaptasi serta mengikuti perkembangan zaman dan bisnis. Seorang DBT (Danamon Bankers Trainee) juga wajib memiliki dua karakteristik yang wajib dimiliki future leader, yakni keinginan untuk belajar dan learning agility,” pungkasnya.