Irman Gusman Ikon Pembangun Masyarakat Daerah

harapan kita demokrasi kan esensinya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya apa? partisipasi masyarakat kan yang lebih harus kita dorong,” ujarnya. Tapi, ia melanjutkan, demokrasi juga bukan identik dengan kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Karena demokrasi yang berkualitas ditopang oleh law enforcement . Pada bagian lain ia juga menilai persoalan terpenting Negara ini sekarang adalah menjaga kebersamaan dengan menjunjung Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika. “DPD hadir untuk memperkuat sendi-sendi kebangsaan ini, karena mereka yang di DPD adalah representasi dari tokohtokoh daerah yang dipilih langsung oleh rakyatnya yang memperjuangkan aspirasi daerahnya dalam bingkai NKRI sebagai bentuk dari kebhinekaan melalui bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita,” tegasnya. Pegangan itulah yang membuat Irman dipercaya memimpin DPD selama 10 tahun. “Karena saya tidak melihat sukunya apa, agamanya apa, dalam proses menjalankan ini demokratif, bermusyawarah dalam rangka bagaimana keadilan itu bisa tercapai,” ucapnya. Atas dasar kebersamaan itulah DPD memiliki policy yang mendorong pembangunan untuk lebih berorientasi ke Timur Indonesia. “Karena kami ingin mengurangi ketimpangan, jadi yang mendukung pembangunan Timur itu bukan hanya orang Timur saja, tapi orang yang dari Barat karena ada rasa kebersamaan yang terbangun, sehingga kita bicarakan Indonesia terbuka, kita lihat sehingga resonansi perjuangannya itu lebih kokoh,” paparnya Dengan begitu, ia menambahkan, jangan ada lagi orang dari satu daerah hanya berjuang untuk daerahnya saja. Di sinilah diperlukan seorang leader yang memahami betul ke- Indonesiaan itu dan betul-betul hidup di tengah masyarakat sehingga bisa memahami. “ ini The Leader Who Understand What is Indonesia About, “ tukasnya. Dan, Irman telah membuktikan gaya kepemimpinan seperti itu di DPD. Irman memahami pluralisme karena sejak muda sudah berinteraksi dan ikut mengambil bagian dalam masalah ke Indonesiaan ini, sehingga track record-nya baik dalam berbagai kegiatan sosial-politik dan mengelola kebangsaan. Meski ia memiliki latar belakang sebagai pengusaha papan atas, ia selalu mengingatkan bahwa me-manage negara dan perusahaan sangat beda. “Mungkin cara-cara mencapainya sama jadi efisien, terorganisir, tapi variabelnya itu luas, besar, dan tujuannya juga berbeda. Negara itu tujuannya kan mensejahterakan rakyat, mempertahankan kedaulatan bangsa, menjamin perdamaian dunia, kan sesuai dengan UU Pembukaan, kalau tujuan perusahaan kan bagaimana meningkatkan untung sebanyak-banyaknya untuk pemegang saham, untuk pemilik atau yang terlibat di dalam proses itu, jadi sangat berbeda,” terangnya. Dalam kiprahnya sebagai Ketua DPD,
Irman juga aktif mendorong pertemuan informal (informal meeting) antarlembaga Negara. Pertemuan ini bukan hanya untuk membangun hubungan komunikasi antarlembaga negara, tetapi juga saling bertukar pandangan mengenai berbagai persoalan bangsa yang sedang dihadapi. “Kita juga ini bertukar pikiran soal permasalahan bangsa yang sedang terjadi. Barangkali dari sini ada pikiran-pikiran dan kontribusi yang bagus untuk memecahkan persoalan bangsa,” katanya. Ketika disinggung soal namanya yang disebut-sebut banyak kalangan berpotensi untuk menjadi pemimpin nasional, ia tersenyum. “Ya kalau leader sebenarnya saya sudah leader juga kan? Karena pemimpin nasional di era demokrasi bukan hanya di eksekutif juga di legislatif, dan yudikatif. Pemimpin nasional puncak-puncaknya kan berada di pimpinan-pimpinan, disimbolisasi oleh ketua dan di Indonesia jabatan yang dipilih langsung oleh rakyat yang sejajar itu presiden bersama wakil presiden, ketua MPR, ketua DPR, ketua DPD, ketua MA, ketua MK, ketua BPK itu sejajar terkadang yang satu dengan yang lainnya itu mengintervensi, check and balance kan, jadi kalau dibilang leader saya kan sudah mencapai posisi itu,”
jawabnya, tenang. Tak salah memang, karena Ketua DPD itu kalau di negara lain equivalent dengan ketua senator dan ketuanya disebut President Senat of Indonesia. Dengan kata lain, kalaupun kelak ia menjadi Presiden RI maka itu hanya sekadar pergeseran fungsi saja. Toh, sekarang seorang Ketua DPD ruang lingkupnya juga sudah tidak terbatas, mulai dari soal kehidupan berbangsa, bernegara, agama, pertahanan, bisa me-redesign, serta memberikan pandangan untuk negara. “Sebagai ketua DPD, saya tentu di samping secara officer, saya berkomunikasi intensif dengan Presiden, dengan Ketua DPR, Ketua MPR, dan juga anggotanya, saya juga berkomunikasi intensif dengan pemimpinpemimpin partai dalam rangka menyamakan persepsi untuk membangun bangsa ini sesuai dengan ruang lingkup tugas kita. Jadi, sampai sekarang ya komunikasi saya dalam konsumsi yang konsumtif bagaimana membangun komunikasi untuk membangun bangsa, tapi jarang dalam konteks-konteks untuk kepentingan dalam konteks 2014,” ia tersenyum. Baginya, hanya ada satu tekad yangharus diwujudkan, yakni membawa bangsa ke depan sesuai dengan harapan sehingga Indonesia bisa menjadi negara terkemuka. Jika Indonesia menjadi bangsa yang terkemuka, maka akan bisa menjadi katalis untuk mendorong kemajuan umat manusia. “Jadi, kemajuan Indonesia bukan hanya untuk Indonesia saja. Ingat, abad 21 ini adalah abad Asia. Di mana China dan India bersama Asia Tenggara menjadi motor penggerak ekonomi dunia dan Indonesia merupakan engine yang penting. “Karena itulah, tanggung jawab Indonesia maju itu bukan hanya untuk Indonesia saja tapi juga untuk Asia Tenggara,” ia menekankan. Selain itu, pemimpin ke depan harus mampu meniadakan kesenjangan pembangunan antarwilayah dan ini menjadi pekerjaan rumah bagi siapapun yang memimpin bangsa ini. “Jangan hanya memikirkan pertumbuhan semata, tanpa memberikan aspek-aspek pemerataan dan lebih penting lagi jangan mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam (SDA) tanpa menyisakan anak-cucu kita di masa datang karena di negara-negara lain eksploitasi untuk SDA itu dibatasi harus ada research yang berdimensi jangka panjang,” tegasnya. Ia tidak ingin siapapun yang jadi pemimpin nasional saat ini dikutuk di masa depan oleh anak-cucu bangsa ini karena tidak meninggalkan apa-apa buat generasi penerus.
Irman-grafi
Nama: Irman Gusman. Lahir : Padang Panjang,
Sumatera Barat, 11 Febuari 1962. Pendidikan
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia
(UKI) Jakarta, Master of Business Administration
(MBA) dari Graduate School of Business, University
of Bridgeport, Connecticut, USA. Pekerjaan : Ketua
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Riwayat Organisasi : Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dan Kesatuan Mahasiswa Minang (KMM).
Riwayat Karir Politik : Anggota MPR RI Utusan
Daerah Sumatera Barat, periode 1999-2004.
Wakil Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR RI, Periode
2002-2004. Wakil Ketua DPD periode 2004-2009.
Ketua DPD RI 2009-2014. Keluarga : Liestyana Rizal
Gusman (istri), Irviandari Alestya Gusman, Irviandra
Fathan Gusman dan Irvianjani Audria Gusman
(anak).
Nama: Irman Gusman. Lahir : Padang Panjang,
Sumatera Barat, 11 Febuari 1962. Pendidikan
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia
(UKI) Jakarta, Master of Business Administration
(MBA) dari Graduate School of Business, University
of Bridgeport, Connecticut, USA. Pekerjaan : Ketua
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Riwayat Organisasi : Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dan Kesatuan Mahasiswa Minang (KMM).
Riwayat Karir Politik : Anggota MPR RI Utusan
Daerah Sumatera Barat, periode 1999-2004.
Wakil Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR RI, Periode
2002-2004. Wakil Ketua DPD periode 2004-2009.
Ketua DPD RI 2009-2014. Keluarga : Liestyana Rizal
Gusman (istri), Irviandari Alestya Gusman, Irviandra
Fathan Gusman dan Irvianjani Audria Gusman
(anak).