H. Satono S.Sos.I., M.H. (Bupati Sambas), Membangun Fisik dan Spiritual untuk ‘Sambas Berkemajuan’
Naskah: Sahrudi Foto: Dok. Pribadi
Bagi masyarakat Kabupaten Sambas dan sekitarnya nama Haji Satono pasti sudah tidak asing lagi. Bupati Sambas petahana yang menjabat sejak 14 Juni 2021 ini, dikenal sebagai figur yang sangat membumi. Selalu berada di tengah rakyatnya dalam keadaan apa pun. Contohnya saat banjir melanda beberapa wilayah di Sambas, pria kelahiran 24 April 1980 ini turun langsung menerobos deras air untuk memberikan bantuan kepada rakyatnya.
Mengawali karier sebagai birokrat dengan jabatan terakhir Sekretaris BPBD Kabupaten Sambas, peraih Magister Ilmu Hukum di Universitas Tanjungpura ini juga ternyata mampu menjalankan perannya sebagai seorang kepala daerah dengan sangat baik. Terutama terkait pembangunan sebagai pintu menyejahterakan rakyatnya. Tak hanya pembangunan fisik dan material tapi juga spiritual.
Dalam wawancara edisi Ramadhan dan Idulfitri ini ia menyampaikan banyak pemikiran dan langkah konkretnya dalam membangun semangat maupun nilai spiritual bagi warganya secara berimbang. “Dalam pandangan saya, pembangunan spiritual merupakan pembangunan dalam pengembangan rohani dan rasa kesetiakawanan sosial yang tercermin dalam keselarasan hubungan antara manusia dan Tuhannya, antara sesama manusia, serta antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya,” ujarnya. Ia pun membeberkan bahwa salah satu visi Kabupaten Sambas adalah terwujudnya Sambas Yang Beriman, Kemandirian, Maju, dan Berkelanjutan atau ‘Sambas Berkemajuan’.
“Beriman itu mempunyai makna adalah kondisi kehidupan masyarakat yang agamis, beriman, dan takwa pada Allah, Tuhan YME, taat dan tertib hukum serta penyelenggaraan pemerintahan yang good and clean Government. Sasaran yang ingin dicapai adalah selaras dengan misi meningkatkan kualitas kehidupan agamis pada semua lini kehidupan dalam bingkai persatuan antar elemen masyarakat. “Pemerintah Kabupaten Sambas selalu memastikan pembangunan bersifat material dan spiritual seimbang,” tegasnya.
Keseimbangan dalam pembangunan, dikatakan Satono menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. “Sebab, apabila pembangunan material dikedepankan, maka masyarakatnya akan menjadi lebih materialistik, cenderung mengesampingkan agama dan Tuhan. Sebaliknya, apabila mengedepankan spiritual, dapat memunculkan pandangan hidup yang fanatik dan cenderung intoleran. Jadi harus seimbang,” katanya lagi.
Keseimbangan dalam pembangunan itu, diakuinya terkait dengan tugas pemerintah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. Tugas tersebut antara lain pemeliharaan kerukunan, pemberdayaan Forjm Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan pendirian rumah ibadah. Ini tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 9 dan 8/2006, tentang Kerukunan dan Keharmonisan Antar Umat Beragama,” paparnya.
Memelihara kerukunan itu, ucapnya lagi, sama dengan memelihara persatuan. Bahkan ia yakin semangat kerukunan jauh lebih kuat posisinya dibandingkan persatuan. “Sebab, dengan kerukunan, umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati, dan tolong-menolong dalam mencapai tujuan” jelasnya.
Atas dasar itu, ia selalu berharap FKUB dapat membina masyarakat dalam merajut kebhinekaan dan melakukan langkah preventif untuk mengantisipasi masuknya paham radikalisme di Kabupaten Sambas. “Hal tersebut dapat dipenuhi melalui pendidikan tentang ajaran agama yang benar, mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan Pancasila, serta memahami fungsi dari UUD 1945,” paparnya.
Karena itulah, pria keturunan Tionghoa dan mualaf pertama yang memimpin Kabupaten Sambas, ini berkomitmen membawa konsep pembangunan yang memiliki keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan spiritual. “Sekali lagi, dengan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan sosial kemasyarakatan yang seimbang antara fisik dan mental spiritual, akan menciptakan tatanan kehidupan yang berkah dan bernilai bagi masyarakat,” tuturnya yakin.
Sekadar catatan, untuk memacu pembangunan material dan spiritual tersebut, Pemerintah Kabupaten Sambas telah mengalokasikan anggaran untuk pengembangan FKUB, ormas keagamaan, rumah ibadah, kegiatan keagamaan. Keseimbangan pembangunan spiritual dan material penting untuk Kabupaten Sambas yang tak lama lagi akan menghadapi pemilihan umum kepala daerah Serentak 2024.
Pentingnya pemeliharaan kerukunan pada momen penting seperti itu, dikarenakan Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah yang majemuk dan plural sehingga sangat rawan konflik. Sumber konfliknya, mulai isu SARA dan mudahnya masyarakat terprovokasi berita hoaks dan hate speech. FKUB merupakan ujung tombak dalam pembinaan kerukunan umat beragama serta meminimalkan konflik yang ditimbulkan oleh perbedaan internal maupun antarumat beragama.
Ia mengingatkan bahwa terciptanya kerukunan umat beragama, merupakan kunci dari suksesnya pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 di Kabupaten Sambas. Kemampuan Satono dalam mengayomi rakyatnya yang multi agama dan kultur ini menjadikan masyarakat guyub dan rukun. Ia rajin bersilaturahmi untuk memperkuat peran dan fungsi strategis tokoh agama, tokoh adat, juga tokoh masyarakat yang tergabung dalam lembaga dan organisasi. Walhasil selama kepemimpinannya, belum pernah terjadi friksi antarumat beragama di Sambas.
Dalam wawancara, Satono juga banyak mengupas soal aktivitasnya sebagai pendakwah. Ya, alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir, ini selain aktif menjadi da’i dan penceramah, hingga kini juga aktif di berbagai organisasi keislaman.