Nicke Widyawati (Direktur Utama PT Pertamina)
Mengukir Prestasi, Meraih Apresiasi
Naskah: Sahrudi Foto: Istimewa
Eksistensi Nicke Widyawati sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) telah terbukti mumpuni. Sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh di dunia (Most Powerful Women International) versi Majalah Fortune, Nicke telah membuktikan kerjanya dengan luar biasa.
Saat mengalami triple shock akibat pandemi COVID-19, perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 ini langsung mengambil langkah tegas dengan mengeluarkan kebijakan strategis untuk menjaga kinerja perusahaan dari segi operasional dan finansial. Untuk itu Pertamina tetap mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir, serta seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina. Nicke juga berupaya tidak menghentikan operasi agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Nicke membuktikan ia sebagai pemimpin sejati yang tidak hanya memikirkan kepentingan perusahaan jangka pendek untuk penyelamatan perusahaan dan keberlangsungan hidup tenaga kerja langsung, serta multiplier effect terhadap sekitar 20 juta tenaga kerja secara tidak langsung.
Dalam karirnya memimpin Pertamina, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga tercatat oleh sejarah perjalanan industri energi nasional sebagai figur yang berkontribusi besar dalam memimpin restrukturisasi Pertamina sebagai holding migas. Transformasi ini merupakan langkah strategis karena merupakan inisiatif yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan ke depan, bergerak lebih lincah, cepat serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif sehingga menunjang Pertamina menjadi perusahan global energi terdepan. Nicke juga yang berhasil berkontribusi aktif dalam penurunan Impor serta penyediaan energi yang lebih bersih untuk masyarakat melalui program B30 lebih cepat dari target yang ditetapkan Pemerintah.
Karena itu tak heran jika Nicke kerap mendapatkan banyak penghargaan dan apresiasi dari berbagai kalangan lantaran kinerjanya dan komitmennya dalam berperan aktif memajukan Pertamina dan tentunya berimplikasi pada kontribusi bagi perekonomian bangsa.
Pencapaian Tahun 2022
Selama kurun waktu 2022 saja, sejumlah pencapaian bisnis berhasil diraih. Terbukti di tengah kondisi volatilitas harga minyak dan dinamisnya nilai tukar Rupiah, Pertamina tetap dapat meningkatkan kinerja pada 2022 dengan melakukan berbagai upaya baik secara operasional maupun finansial. Di tahun 2022 misalnya, Pertamina berhasil membukukan kinerja positif dengan mencatatkan laba bersih sebesar USD3,8 miliar atau Rp56,6 triliun. Raihan tersebut meningkat 86 persen dari laba perusahaan pada 2021. Di tahun 2022 pula Pertamina Group telah berkontribusi terhadap penerimaan negara mencapai Rp307,2 triliun yang terdiri dari pajak, dividen, PNBP, Minyak Mentah dan/atau Kondensat Bagian Negara, dan signature bonus. Jumlah setoran ke negara ini meningkat 83 persen dibandingkan pada 2021. Adapun khusus setoran pajak, Pertamina pada 2022 telah membayarkan pajak sebesar Rp219,06 triliun, meningkat 88 persen dibandingkan pada 2021.
Selama 2022 pula, Pertamina berhasil melakukan pengendalian penyaluran Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite sehingga realisasi penyaluran berada di bawah kuota yang ditetapkan Pemerintah. Realisasi penyaluran JBT Solar adalah 17,5 juta KL vs kuota 17,6 juta KL dan realisasi penyaluran JBKP Pertalite adalah 29,5 juta KL vs kuota 29,9 juta KL.
Hingga saat ini, Pertamina terus berupaya agar BBM bersubsidi dikonsumsi oleh yang berhak melalui berbagai program antara lain digitalisasi SPBU, penggunaan dashboard berbasis teknologi informasi untuk mengendalikan distribusi BBM Bersubsidi di SPBU secara real time, mendorong masyarakat mendaftar Program Subsidi Tepat melalui website, dan kerja sama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) untuk meningkatkan pengawasan dan penindakan kegiatan penyalahgunaan BBM Bersubsidi.
Sementara dalam soal efisiensi, Pertamina mendapat apresiasi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir karena di tahun 2022 berhasil mencatatkan efisiensi hingga US$ 1,97 miliar atau sekitar Rp 30,71 triliun (asumsi kurs Rp 15.592 per US$). Efisiensi itu merupakan akumulasi dari efisiensi sejak 2020 hingga 2022. Dengan rincian, sebesar US$ 1,3 miliar efisiensi sepanjang 2020-2021 dan US$ 670 juta hingga November 2022. "Keuntungan yang didapatkan Pertamina gak semata-semata dari jualan BBM. Harus ada efisiensi, ada efisiensi US$ 1,3 miliar 2020- 2021, 2022 US$ 670 juta," ungkap Erick Thohir seperti dikutip saat melakukan peninjauan di SPBU Pertamina 31.128.02 Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (03/01/2023).
Memang, seperti diungkapkan Nicke, Pertamina telah melaksanakan program efisiensi di seluruh Pertamina Group. Program-program tersebut di antaranya, yaitu penghematan biaya transportasi dan handling minyak mentah di Subholding Upstream, optimasi biaya pengadaan minyak mentah dan ekspor produk di Subholding Refining and Petrochemicals. Kemudian, efisiensi pengadaan impor BBM di Subholding Commercial and Trading, optimasi biaya sewa kapal di Subholding Integrated Marine Logistics, dan sentralisasi serta penghematan pengadaan barang dan jasa di Holding Pertamina dan subholding PNRE, serta liability management di subholding Gas.
Pertamina juga terus mengajak masyarakat untuk mengonsumsi BBM secara bijak dan mulai mengonsumsi BBM yang ramah lingkungan sebagai bentuk dukungan masyarakat untuk mengurangi emisi karbon dan melestarikan bumi. Perusahaan juga menyadari bahwa tantangan pada 2023 tidak lebih mudah dibandingkan 2022. Semua pencapaian yang diraih Pertamina, diakui Nicke bukan karena dirinya semata. “Pencapaian ini tentu berkat kerja bersama seluruh Perwira Pertamina. Kinerja positif ini juga tentu tidak terlepas dari dukungan Pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Kementerian ESDM,” pungkasnya.