Ali Ghufron Mukti - Direktur Utama BPJS Kesehatan
Naskah: Giattri F/Sahrudi Foto: Istimewa
Membawa BPJS Kesehatan Makin Mudah, Cepat, dan Setara
Sejak dilantik sebagai Direktur Utama BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) oleh Presiden Republik Indonesia pada bulan Februari 2021, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, AAK berhasil membumikan BPJS Kesehatan sebagai instrumen JKN di masyarakat. Buktinya, target 98 persen rakyat bisa terlindungi kesehatannya sudah mendekati kenyataan.
Diakui mantan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 ini, bahwa hal itu tak lepas dari dukungan semua pihak, termasuk para pemimpin di daerah. “Pemerintah daerah bagus sekali dan komitmennya tinggi. Sekarang sudah lebih dari 334 kabupaten/kota, lebih dari 22 Provinsi penduduknya sudah lebih dari 95 persen masing-masing dari kabupaten/kota atau provinsi tadi yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan,” puji Pj Menteri Kesehatan pada tahun 2012 itu.
Sesuai Inpres nomor 1 tahun 2022 tentang optimalisasi program JKN, ujar salah satu Guru Besar di Kedokteran UGM ini, Pemda harus ikut mengoptimalkan program JKN/KIS ini termasuk membantu membiayai rakyat yang tidak mampu untuk ikut program ini. “Saya kira Pemda bisa menilai warga yang mampu dan tidak mampu,” tutur mantan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi itu.
Sejumlah strategi dilakukan mantan Ketua Gugus Tugas Persiapan Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Indonesia ini untuk mempercepat perluasan kepesertaan BPJS Kesehatan, di antaranya melalui program yang dinamakan PESIAR singkatan dari petakan, sisir, advokasi dan registrasi. “Ada tim yang melakukan pemetaan, menyisir, dan mengadvokasi di tingkat desa, sehingga ada nantinya yang kita sebut Desa Sehat Sejahtera yang seluruh warganya menjadi peserta BPJS. Itu tentu hasil kerja sama dengan berbagai pihak,” tambah peraih gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Conventry Inggris ini.\
“BPJS Rasa Duren, BPJS Kesehatan Keren”
Upaya perluasan kepesertaan JKN ini, diakui Ghufron Mukti juga diimbangi dengan peningkatan mutu layanan, sekarang ini kepuasan peserta BPJS Kesehatan meningkat secara tajam. “Dulu BPJS Kesehatan itu sejak didirikan mengalami defisit, sehingga teman-teman Rumah Sakit, Dokter, teman dan kolega saya sempat kecewa, tapi sekarang mereka bangga,” aku figur yang juga menyelesaikan gelar Doktor di bidang Kedokteran di University of Newcastle, Australia ini. Sampai-sampai, lanjut Ghufron Mukti, ada lagu yang syairnya memuji BPJS Kesehatan. “Kira-kira ada syairnya berbunyi "BPJS rasa duren, BPJS sekarang keren",” bangganya. Lagu itu sempat viral di media sosial YouTube.
Wajar saja BPJS Kesehatan dibilang keren karena memang lembaga ini memberikan banyak kemudahan kepada masyarakat, sehingga pelayanan BPJS Kesehatan sekarang lebih praktis dan mudah. Misalnya jika peserta mau berobat, cukup memperlihatkan e-KTP saja. “Negara tetangga kita saja belum bisa melayani jaminan kesehatan warganya hanya dengan KTP untuk seluruh fasilitas kesehatan. Sedangkan di sini orang Papua kalau mau berobat di Jakarta pakai BPJS Kesehatan cukup perlihatkan KTP. Nah, itu lebih mudah,” urai ilmuwan yang pernah menerima penghargaan sebagai peneliti dari Brown University dan University of California, Los Angeles (UCLA) yang sekaligus pernah menjadi dosen tamu di UCLA dan Harvard University USA itu.
Ghufron Mukti menambahkan, BPJS Kesehatan juga memberi kenyamanan pada pesertanya untuk tidak terlalu lama antre menunggu saat berobat. “Ya, kami juga ingin lebih cepat. Jangan sampai harus menunggu 5-6 jam. Kami juga telah membuatkan antrean online agar bisa lebih cepat. Kalau dulu harus menunggu 6 jam sekarang bisa jadi 2 jam. Apalagi bisa dari rumah, warung kopi, maupun berbagai lokasi jadi bisa lebih mudah dan lebih cepat. Tetapi tidak hanya kemudahan dan kecepatan, terpenting adalah setara dan tidak didiskriminasi. Kami juga sampaikan kalau ada rumah sakit yang mendiskriminasi mohon beritahu kami, nanti kami komunikasikan dengan rumah sakit itu,” tegas Ghufron Mukti yang dikenal memiliki komitmen dalam penelitian di bidang epidemiologi, asuransi kesehatan, perawatan kesehatan terkelola, dan pembiayaan kesehatan.
Target Ghufron Mukti adalah BPJS Kesehatan harus menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan setara. “Itu kita kuatkan dengan pendekatan dan pemanfaatan teknologi revolusi industri 4.0 dan ekosistem digital yang terus kita kembangkan sehingga BPJS Kesehatan ada di genggaman peserta,” tukas pakar internasional dengan lebih dari 40 jurnal yang diterbitkan ini.
Oleh karena itulah, ia selalu mengingatkan masyarakat jangan sampai terlambat ikut BPJS Kesehatan. Kalau sampai terlambat dan mendaftar pada saat sakit, maka nantinya harus menunggu 14 hari untuk mendapatkan fasilitas BPJS Kesehatan. “Orang bijak mengatakan health is not everything but without health everything is nothing,” pungkasnya.