M. Ridwan Hisjam (Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Golkar), Politisi Tak Lekang oleh Waktu
Politisi Tak Lekang Oleh Waktu
Naskah: Albar Foto: Sutanto
Namanya sangat dikenal dalam dunia politik. Ia menjadi salah satu politisi senior yang sampai saat ini masih bertahan dan eksis di panggung nasional. Tak hanya itu, pria kelahiran Surabaya 26 Mei 1958 ini juga dikenal sebagai politisi yang konsisten dalam berpartai, yakni Golkar. Hampir separuh hidupnya ia abdikan untuk membesarkan partai berlambang beringin ini.
Banyak yang mengatakan, Ridwan adalah politisi di tiga zaman, yakni Orde Baru, Reformasi, dan saat ini masuk zaman milenial menuju Indonesia maju. Bagaimana tidak, ia sudah memulai kariernya di politik sebagai anggota MPR-RI utusan daerah Jawa Timur sejak Pemilu 1997, satu tahun sebelum era kejatuhan Presiden Soeharto. Saat itu, Ridwan menjadi anggota MPR-RI dari Fraksi Karya Pembangunan.
Kemudian pada Pemilu 1999 pasca reformasi, Ridwan kembali terpilih sebagai anggota DPR-RI/MPR-RI dari Partai Golkar. Demikian juga pada Pemilu 2004, ia juga terpilih kembali sebagai anggota DPRD Jatim dari daerah pemilihan Malang Raya, sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur sejak tahun 2000.
Tak berhenti di situ, Ridwan masih tetap eksis di panggung politik dengan terpilih sebagai anggota DPR/ MPR RI pada Pemilu 2014, dan Pemilu 2019 untuk Dapil yang sama. Ia hanya absen satu kali di Pemilu 2009 karena waktu itu, Ridwan baru saja dicalonkan sebagai wakil gubernur Jatim pada Pilgub Jatim 2008 berpasangan dengan Sutjipto Sekjen DPP PDI Perjuangan.
Dan satu hal lagi yang menarik dari sosok Ridwan Hisjam adalah, dia konsisten dari awal hingga saat ini tetap berada di Partai Golkar. Ia masuk kepengurusan Golkar Jawa Timur sejak tahun 1982 sebagai Ketua Biro Wiraswasta dan kemudian dipercaya menjadi Ketua DPD Golkar Jawa Timur saat Ketua Umum Golkar dijabat Akbar Tanjung pada 1988-2004. Selanjutnya di masa Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan sampai saat ini, Ridwan masuk dalam kepengurusan DPP Partai Golkar, pernah menjadi bendahara, ketua bidang, dan sekarang masuk dewan pakar.
Diakui karier politik Ridwan di Golkar moncer saat kepemimpinan Akbar Tanjung. Ia merasa selalu ada chemistry atau kecocokan dengan Akbar Tanjung, mengingat Ridwan dulu dikenal sebagai seorang pengusaha real estat yang aktif di kepengurusan HIPMI Jawa Timur. Sedangkan Akbar sendiri pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan Rakyat Indonesia di masa Presiden Soeharto sejak 1993 sampai 1998.
“Saat itu saya sampai mendapatkan penghargaan Adiyasa Grahatama dari Presiden Soeharto pada Oktober 1997. Saya dianggap sukses mendukung program pemerintah membangun tipe rumah sangat sederhana. Saya bangun rumah sederhana waktu itu ribuan dari tahun 1995, dan kebetulan Bang Akbar menjabat Menteri Perumahan Rakyat. Jadi, waktu Bang Akbar menjabat sebagai Ketum Golkar saat reformasi, dan ia melihat saya sebagai sosok pengusaha potensial di Jatim, maka dipilihlah saya sebagai Ketua DPD Golkar Jatim pada tahun 2000,” ujar Ridwan.
Ia melihat Akbar Tanjung sebagai sosok politisi yang ulung. Sebagai kader Golkar sejati, ia merasa ikut dibesarkan oleh Akbar Tanjung. Karenanya wajar ia menganggap Akbar Tanjung sebagai guru politiknya. ”Bang Akbar ini hebat, ia mampu menyelematkan Golkar di era Reformasi. Banyak orang dan elite politik yang menuntut Golkar dibubarkan. Tapi hal itu tidak bisa dilakukan karena kepiawaian politik dari sosok Akbar Tanjung,” tuturnya.
Akbar tanjung bahkan, kata Ridwan, mampu mempertahankan suara Golkar sebagai partai kedua pemenang Pemilu pada tahun 1999. ”Itu fakta sejarah, orang semua mengira Golkar bakal keok, tapi liat pada Pemilu 1999 kita di posisi nomor dua dengan perolehan 120 kursi di DPR,” ceritanya.
Dengan alasan itulah, Ridwan sampai detik ini dan seterusnya akan berada di Partai Golkar sebagai kader sejati. Meski diakui sempat ada yang merayunya untuk pindah partai. ”Insya Allah sampai akhir hayat, saya akan tetap di Golkar. Golkar ini partai yang mandiri, diterima semua kalangan, suku, ras, dan agama, sangat dinamis, dan modern,” ujarnya.
Di usianya yang masuk 65 tahun, Ridwan menyatakan tidak akan maju lagi sebagai calon anggota legislatif. Baginya duduk di Senayan selama lima periode sudah cukup. Saatnya, kata Ridwan, perlu regenerasi dengan memunculkan tunas-tunas baru. Untuk itu perjuangan Ridwan di Senayan akan diteruskan oleh putranya Achmad Fajar Ridwan Hisjam. Ia kini mencalonkan diri sebagai anggota DPR dari Dapil Malang Raya menggantikan dirinya.
”Kalau saya merasa sudah cukup, sudah saatnya yang muda yang tampil. Biarkan tunas-tunas muda itu tumbuh dan berkembang. Kita mewarisi pemikiran Bang Akbar, menjadikan Golkar sebagai partai modern. Sekarang era milenial, dimana aspirasi masyarakat banyak disampaikan oleh anak-anak muda, karenanya anggota DPR ke depan harus banyak diisi oleh anak-anak muda, sehingga ada ketersambungam antara masyarakat denga wakilnya,” ucapnya.
Meski tidak lagi nyalon sebagai anggota dewan, Ridwan menyatakan, bukan berarti dirinya berhenti berpolitik. Ia akan tetap berkeliling ke berbagai tempat untuk memperkuat silaturahmi dengan banyak orang. Karena hal itu sudah ia lakukan sejak masih muda sebagai aktivis pergerakan mahasiswa. ”Politik itu hobi, saya menjalankan semua dengan sepenuh hati karena saya orangnya dari dulu memang aktif, suka silaturahmi ketemu banyak orang di berbagai tempat, dan itu akan terus menjadi aktivitas saya,”ucapnya.
Selain itu, Ridwan mengaku akan fokus membangun kembali bisnisnya yang sempat tidak terurus karena kesibukannya sebagai wakil rakyat. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh Ridwan selama menjadi anggota DPR, khususnya dalam hal memperjuangkan aspirasi masyarakat. Minimal satu minggu sekali Ridwan kembali ke daerah pemilihan di Malang Raya untuk bertemu konstituennya.
”Saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah memilih saya dan mendukung saya, Insya Allah perjuangan dan aspirasi masyarakat akan diteruskan oleh anak saya Achmad Fajar Ridwan Hisjam, mohon doa restunya untuk seluruh masyarakat Malang Raya,” pungkasnya.