Berwisata ke Kota-kota di atas Awan
Kota Batu Al-Hajar di Yaman
Berdiri kokoh di puncak tebing Pegunungan Haraz, di sebelah barat kota Manakhah, Yaman, inilah salah satu kota bersejarah paling unik di negeri itu. Bangunanbangunan sepenuhnya dibuat dari blok batu dari tambang batu di gunung terdekat. Meski berasal dari abad ke-12 M, kota ini tetap terlihat modern. Misalnya, tinggi bangunan rumah yang menyerupai apartemen modern, maupun atap-atap bangunan yang berbentuk datar yang mirip dengan kebanyakan gedung-gedung pencakar langit dewasa ini. Saat ini, Al-Hajar (Al Hajjara, Al Hajarah, atau Al Hajjerah), merupakan salah satu tujuan wisata populer di Yaman. Selain karena keunikannya, juga lantaran lokasinya yang mudah diakses dari ibukota Sana’a. Nama kota ini sendiri didapat dari lokasi dan material kotanya, yakni Hajjar, yang berarti “batu” dalam Bahasa Arab. Bagi para penyuka hiking, pegunungan Haraz adalah lokasi yang tepat untuk menjelajahi desa-desa dan budaya Yaman. Di kawasan ini, siang hari mencapai suhu 30 derajat celcius, dan di malam hari bisa turun hingga 0 derajat celcius. Kota Al-Hajar sendiri berada di ketinggian 2.000 mdpl.
Jejak Kekuasan Muslim di Arcos de la Frontera
Tepat di puncak perbukitan kapur Pena Nueva, yang memanjang membelah lembah di sisi Sungai Guadalete, inilah salah satu Pueblos Blancosâ atau “desa putih” terindah di kawasan Andalucia, Spanyol. Bukan hanya indah. Kota di atas awan yang berada di provinsi Cádiz di sebelah selatan Spanyol, ini, menyimpan sejarah panjang yang jejaknya bisa ditelusuri sejak zaman Neolitikum. Di beberapa lokasi di kota ini, ada gua-gua bikinan manusia di zaman batu, sementara di tempat lain terdapat reruntuhan arsitektur Romawi yang menujukkan kota ini juga pernah dihuni bangsa Romawi kuno. Nama kota ini sendiri didapat dari posisinya sebagai wilayah perbatasan Spanyol saat berperang mengusir bangsa Moor di abad ke-13. Sebelumnya, Arcos menjadi wilayah taklukan bangsa muslim Moor sejak tahun 1011 hingga 1147, di bawah khalifah Umayyah yang berpusat di Kordoba. Baru pada era Alfonso the Wise of Castile (1252–1284), Arcos dibebaskan dari kekuasaan bangsa Moor. Alfonso lantas membangun katedral di titik tertinggi.
‘Kepiting Raksasa’ Azenhas do Mar di Tepi Samudera Atlantik
Dari udara, kota wisata Azenhas do Mar di Portugal terlihat ibarat sebuah kepiting raksasa dengan beberapa kakinya menjuntai ke Samudera Atlantik. Nama Azenhas do Mar sendiri berarti sea-watermill. Kota ini berdiri di atas puncak tebing curam di sisi pantai. Dapat diakses dengan mudah dari ibukota Lisbon dengan berkendara selama 40 menit ke arah Barat Daya. Kota ini berlokasi hanya sekitar 3 km dari Pantai terkenal Praia das Maçãs, dan 14 km dari kawasan Sintra yang bersejarah. Hampir semua rumah dan bangunan di kota ini dicat dengan warna putih. Di salah satu sisinya, ada sebuah teluk kecil di mana terdapat ocean pool. Para turis umumnya mengunjungi kota ini di akhir pekan, sementara warga Spanyol banyak berkunjung di hari Minggu sekadar bersantap di restoranrestoran terbaik dengan pemandangan cakrawala di Samudera Atlantik. Penduduk kota yang saat ini populasinya sekitar 800 orang, kini sepenuhnya bergantung pada industri pariwisata. Mereka adalah pemilik rumah-rumah di kota ini, dan pada akhir minggu mereka menerima tamu untuk menginap.
Desa Anti Banjir di Bandiagara, Mali
Memandangi tebing batu pasir setinggi 500 meter dari kejauhan, sepintas tak ada kehidupan selain tebing curam nan tandus. Siapa sangka, tebing yang memanjang sejauh 150 km dan berujung pada Hombori Tondo, titik tertinggi di Mali, Afrika, adalah rumah bagi sejumlah suku dan masih ditempati hingga kini. Bandiagara adalah salah satu kota kecil dan pemukiman penduduk di kawasan Mopti, Mali, tepatnya sekitar 65 km sebelah Tenggara Mopti. Pemukiman ini dibangun oleh suku Tellem dan Toloy untuk menghindari banjir dari luapan sungai Yamé. Belasan desa-desa lainnya dibangun dengan cara ini sepanjang tebing. Pada 1864, suku Dogon di bawah pimpinan Raja Tidiani Tall menaklukkan suku Tellem, dan menjadikan Bandiagara sebagai pusat kerajaan Toucouleur. Dewasa ini, belasan pemukiman itu dihuni oleh suku Dogons, suku Fulani dan juga suku Bambaras. Di masa pendudukan Perancis atas Mali, suko Dogon konon sulit ditaklukkan oleh pasukan Perancis. Ini lantaran mereka membuat lorong-lorong pelarian dengan menggali perut tebing, untuk menanti kesempatan menyerang balik secara tiba-tiba. Kota Bandiagara, yang terdaftar sebagai World Heritage List oleh UNESCO pada 1989, kini menjadi lokasi kunjungan wisatawan. Sejumlah jalan setapak untuk menyusuri desa-desa di sepanjang tebing sudah tersedia. Bahkan sudah ada hotel dan restoran sederhana di sepanjang jalur wisata.
Bonifacio, Kota di atas Laut Mediterania
Ibarat dermaga raksasa yang menjorok masuk ke Laut Mediterania, kota Bonifacio di bagian Selatan Pulau Corsica, Perancis, ini, dibangun di atas sebuah tebing kapur datar dan luas setinggi 70 meter. Kota dan benteng di kota ini berjajar memanjang di sepanjang puncak tebing. Tebing ini bagian bawahnya semakin lama semakin terkikis oleh lautan sehingga bangunan yang terdapat di bibir jurang, seolah tampak kian menggantung di atas laut. Di kota ini terdapat dua situs prasejarah, yakni makam kuno dari masa 6570 tahun SM, di Araguina-Sennola, yang berlokasi di dekat desa Capello. Makam ini milik seorang wanita yang diberi nama Lady of Bonifacio. Situs kedua adalah makam kuno Vasculacciu di sebelah utara Figari peninggalan zaman megalitikum. Jejak-jejak Bangsa Romawi kuno juga terdapat di sini, yang merupakan sisa kejayaan Romawi ketika menguasai Pulau Corsica pada tahun 469 M. Pada 806 bangsa muslim Moor menguasai Corsica. Dewasa ini, Bonifacio menjadi salah satu kota tujuan wisata terpopuler di Eropa, khususnya di musim panas.
Castle of the Duke of Frías
Terletak di Provinsi Burgos, Spanyol, kota Frias dihuni tak lebih dari 500 penduduk. Rumah-rumah penduduk di kota tua abad pertengahan, ini, dibangun di sekeliling sebuah kastil mewah milik Duke of Frías. Yang menarik, baik kastil maupun rumah-rumah penduduk, dibangun di atas sebuah bukit setinggi ratusan meter mdpl. Istana dan kota ini menjadi salah satu tujuan wisata populer di Spanyol. Para turis menelusuri ruang-ruang kastil, dan bersantai di restoran maupun rumah-resto yang menggantung di bibir tebing. Kastil Frias dipelihara dengan baik oleh pemerintah setempat, termasuk benteng tinggi yang mengelilingi kastil dan pemukiman penduduk, serta jembatan besar abad pertengahan yang membelah Sungai Ebro yang menjadi pintu masuk ke Frias. Pada abad ke-9, Alfonso VIII membangun kastil dan pemukiman, dalam rangka untuk memperkuat wilayah perbatasan antara Castile dan Navarre. Beberapa obyek bersejarah yang menarik dikunjungi di kota Frias, antara lain, Gereja San Vicente, dan Santa María de Vadillo yang dibangun pada abad ke-13.
Hanging City of Cuenca
Berada di antara dua sungai, Jucar dan Huecar, di wilayah tengah Spanyol, kota gantung Cuenca adalah salah satu kota yang dibangun oleh bangsa muslim Moor saat menguasai kawasan itu pada 714. Tak heran jika sejumlah bangunan peninggalannya masih mencerminkan arsitektur Islam yang kental. Namun yang paling menarik dari keberadaan kota Cuenca adalah lokasinya yang berada di atas tebing batu curam, dengan bangunanbangunan yang dibangun tepat di bibir tebing sehingga tampak seperti kota yang menggantung. Di masa pendudukan muslim, kota yang secara administratif berada di Castilla La Mancha, ini, dikenal sebagai kota pertanian yang makmur. Peninggalan sejarah dan warisan arsitekturnya membuat UNESCO memasukkan Cuenca dalam daftar World Heritage Site. Dewasa ini, Cuenca terbagi atas dua wilayah kota, yaitu kota tua di atas tebing batu dengan jalan-jalan kota yang sempit dan menyerupai labirin, serta bagian kota yang lebih modern dan terletak di kaki bukit.
Desa Memanjang Castellfolit de la Roca
Di wilayah provinsi Girona, Catalonia, Spanyol, ada sebuah desa terpencil yang justru sangat terkenal berkat lokasinya yang fenomenal, yakni dibangun di atas gigir tebing batuan basal setinggi 50 meter, dan memanjang hampir sejauh 1 km. Praktis, hanya ada satu jalan utama yang memanjang membelah desa kecil berpenduduk 1.000 jiwa ini. Tak seperti jalan utama di pedesaan lainnya. Yang ini hanya jalan sempit yang lebih seperti jalan di gang kecil. Di ujung tebing, berdiri kokoh gereja tua Sant Salvador yang dibangun pada abad ke-13. Castellfollit de la Roca yang merupakan desa terkecil di wilayah Catalonia, dengan batas wilayah desa sungai Fluvià dan sungai Toronell yang dulunya merupakan aliran lava gunung berapi. Tebing basal ini sendiri terbentuk dari aliran lava ribuan tahun silam. Tebing basal ini mulai dihuni pada abad pertengahan, di mana rumah-rumah penduduk umumnya dibangun dari batuan vulkanik.
Kota Wine Manarola di Italia
Indah sekaligus berbahaya. Kota di atas tebing terjal ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Italia, berkat keindahan dan keunikannya. Manarola menjadi salah satu kota tertua di Italia, yang dibangun pada masa Romawi sekitar tahun 1338. Kota ini telah resmi terdaftar dalam Unesco sebagai World Heritage Site bersama dengan empat kota lain di sekitar Laut Lingurian, yakni Monterosso al Mare, Vernazza, Corniglia dan Riomaggiore. Kota kecil di Comune Riomaggiore, Provinsi La Spezia, Liguria, Italia Utara, ini, bukan hanya unik karena lokasinya, tapi juga karena warna-warni bangunan rumah-rumah penduduk. Soal panorama, jangan dipertanyakan lagi. Debur ombak laut di musim panas, hamparan rumah yang berdiri di tebing-tebing karang, serta keunikan taman nasional, adalah paduan yang sangat memikat. Keindahannya menginspirasi beberapa lukisan, seperti, The Bridges of Manarola, Tramonto a Manarola dan Sunset at Manarola karya pelukis Llewelyn Lloyd dan Antonio Discovolo. Banyak hal bisa dilakukan di Manarola dan desa-desa cantik di sekitarnya, misalnya, sekadar berjalan kaki menyusuri desa, melihat kehidupan nelayan, berenang dan berjemur, ataupun hanya dudukduduk di kafe di tepi laut sambil mencicipi masakan ala Italia. Yang tak kalah istimewa dari kota ini adalah produksi anggurnya yang kondang sejagad. Anggur lokal yang diberi nama Sciacchetrà, bahkan sudah terkenal sejak zaman Romawi.
Najac, Beaux Villages de France
Najac disebut-sebut sebagai salah satu beaux villages de France yang berarti “desa-desa terindah di seluruh Perancis.” Tak salah memang. Desa di gigir gunung dengan dengan istana abad pertengahan di puncaknya, ini, memiliki lansekap tiada tara. Sejumlah film mengambil lokasi di sini, seperti, La Vie Comme Elle Va. Berada di Perancis Selatan, di dekat Aveyron River, penduduk Najac dulu dikenal terkenal dengan peternakan babi, namun kini lebih hidup melalui industri pariwisata dan juga pertanian. Sepanjang musim panas, desa ini hiruk pikuk oleh turis, dan juga pemilik rumah kedua yang umumnya berasal dari Inggris, Kanada, Belanda, dan Perancis Utara. Desa ini juga terkenal lantaran keberadaan bangunan bersejarah dari abad pertengahan. Istana megah di puncak gigir dibangun oleh penduduk desa pada 1253 atas perintah Alphonse de Poitiers. Ada pula bangunan lain yang diperintahkan dibangun oleh Eglise Saint-Jean, sebagai hukuman atas kepercayaan penduduk desa yang kala itu memeluk ajaran Cathar.
Positano yang Menginspirasi
Di abad ke-16 dan ke-17, Positano adalah kota makmur dan berfungsi sebagai pelabuhan utama Republik Amalfi. Pada pertengahan abad ke-19, kota ini jatuh dan separuh penduduknya bermigrasi, terutama jauh ke Benua Australia. Kini, Positano adalah sebuah desa cantik di bibir Pantai Amalfi, wilayah Italia. Bukan bibir pantai pada umumnya, tapi lebih tepatnya tebing pantai nan curam. Di awal abad ke-19, Positano hanya sebuah desa nelayan miskin. Namun semenjak jurnalis John Steinbeck menulis artikel dan foto-foto Positano di majalah Harper’s Bazaar edisi Mei 1953, Positano kontan diserbu turis. Sejak saat itu, Positano menjadi salah satu tujuan wisata di Italia. Desa ini juga beberapa kali menjadi lokasi syuting film romantis, seperti, Only You (1994), dan Under the Tuscan Sun (2003). Juga menjadi setting lokasi sebuah novel romantis berjudul Finding Positano, A Love Story (2010), karya William James. Mick Jagger dan Keith Richards dari grup legendaris The Rolling Stones, juga menulis sebuah lagu indah berjudul Midnight Rambler ketika berlibur di Positano. Semua itu, tentu berkat keindahan Positano yang menginspirasi.
Desa Ziarah Rocamadour di Perancis
Di atas ngarai di tepi Sungai Alzou, di Barat Daya Perancis, berdiri anggun sebuah desa kecil Rocamadour dengan lansekap luar biasa. Bangunanbangunan rumah penduduk terlihat mengundak secara bertahap hingga sisi tebing. Desa tua dari abad ke-12 ini sempat sepi ditinggalkan penduduknya akibat perang dan Revolusi Perancis. Namun kini, Rocamadour kembali populer sebagai salah satu tujuan turis dan peziarah yang datang untuk menghormati Santo Amadour. Menurut legenda, orang suci ini menjadi saksi atas kematian Santo Petrus dan Santo Paulus di Roma. Ia kemudian melakukan perjalanan ke lokasi ini dan menjadi seorang pertapa. Selama berabad-abad, para peziarah berkunjung ke gereja bersejarah Notre Dame yang berada di puncak bukit di atas desa ini. Bukan saja orang biasa, namun termasuk para raja, bangsawan, dan para uskup. Penduduk desa sejak lama bergantung pada kunjungan peziarah, dan kini ditambah kunjungan turis.
Romantisme Santorini di Ketinggian 300Meter
Di gugusan pulau-pulau di Cyclades, Yunani, Santorini adalah pulau vulkanik yang sangat terkenal dengan pemandangan indah, matahari terbenam yang menakjubkan, rumah-rumah berwarna putih biru bersih, dan gunung berapi aktifnya. Di pulau ini terdapat desa kuno Oia di atas tebing setinggi 300 meter, dan kota mungil tujuan wisata utama, Fira. Pulau romantis nan eksotik, ini, menjadi salah satu destinasi paling diimpikan oleh para pengantin baru atau pasangan kekasih. Jejeran rumah serta hotel berwarna putih biru di sisi tebing, dan pemandangan lautan Aegean nan biru pekat, adalah impian yang diburu wisatawan. Maestro musik asal Yunani, komposer Yanni, berasal dari kota ini. Kebersahajaan Santorini justru menjadi daya tarik terkuatnya. Tak ada gedung-gedung bertingkat, mal, atau monumen modern tinggi menjulang. Tak ada McDonalds, Pizza Hut, maupun Starbucks di sana. Begitu juga nama besar hotel, seperti, Hilton, Hyatt, Westin, atau Ritz-Carlton tidak diinginkan hadir di sini. Kemewahan justru datang dari sentuhan-sentuhan lokal. Sebuah pilihan otentitas yang sungguh kuat. Tempat pertama yang lazim didatangi adalah Fira. Berpredikat sebagai pusat kota Santorini, Fira menjanjikan pemandangan indah juga keleluasaan bereksplorasi, baik makanan, akomodasi, maupun hiburan siang-malam. Di sini tidak perlu naik-turun kendaraan sebab kota tersebut terbilang mungil saja, bahkan beberapa desa lebih besar dari Fira. Desa tua Oia yang berada paling utara adalah yang tersohor. Desa yang konon dibangun oleh para kapten dan pelaut itu menjadi maskot Santorini. Pasalnya, hampir semua foto terindah yang beredar di seantero dunia diabadikan di sana.
Ronda yang penuh Sejarah
Berada di pegunungan setinggi 750 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan dibangun kokoh di puncak tebing sedalam 100 meter, inilah salah satu kota terekstrem di Spanyol. Jurang dalam bernama El Tajo dengan Sungai Guadalevin di bawahnya, memisahkan kota tua dan kota baru yang terletak di provinsi Malaga, Spanyol, ini. Untuk bepergian dari kota yang lama ke kota yang baru, penduduk menggunakan tiga jembatan, yang masing-masing dibangun pada era berbeda, yakni Roman Bridge dari zaman Romawi, Arab Bridge dari zaman kekuasaan muslim Moor, dan New Bridge yang dibangun pada abad ke-18. Di sini terdapat gelanggang bullfight Corrida Goyesca yang bersejarah dan tetap dijadikan arena adu banteng saban tahunnya. Arena adu banteng tertua di Spanyol, ini, dibangun pada 1784. Situs lain yang juga menarik di kota ini adalah Arab baths peninggalan kekuasaan Bangsa Moor abad ke-13 dan ke-14. Bukan itu saja, karnea di sekitar kota ini terdapat situs purbakala zaman Neolitikum, termasuk lukisan gua di Cueva de la Pileta. Kota ini menyimpan sejarah panjang, sejak pertama dihuni Bangsa Celts, pada abad ke-6 SM, kemudian bangsa Phoenician, lalu bangsa Romawi di era Julius Cesar, lantas ditaklukkan oleh bangsa Suebi, dan bangsa Visigoth, sebelum akhirnya dikuasai bangsa Moor di bawah kekuasaan Abbas Ibn Firnas selama ratusan tahun hingga 1485, ketika
Marquis of Cádiz menang dalam perang. Berikutnya, Ronda jatuh ke tangan Napoleon, lalu menjadi basis gerilya, kemudian menjadi markas para bandit, sebelum akhirnya menjadi lokasi tujuan wisata saat ini.
Desa di atas Awan, Siruana
Bagi orang kebanyakan, nama Siruana tergolong masih asing. Namun di kalangan para pecinta olah raga ekstrem panjat tebing, Siruana adalah nama yang sudah sangat populer. Nama desa ini berada di wilayah Girona, Catalonia, Spanyol, yang kondang berkat tebing-tebingnya yang dipenuhi jalur pemanjatan menantang. Di atas puncak salah satu tebing, berdiri sebuah desa tua kecil bernama Siruana, yang selalu diselimuti awan. Lokasinya persis dibangun di ujung sebuah tebing cadas dan sudah berusia ratusan tahun, termasuk sebuah gereja tua.
Berdiri kokoh di puncak tebing Pegunungan Haraz, di sebelah barat kota Manakhah, Yaman, inilah salah satu kota bersejarah paling unik di negeri itu. Bangunanbangunan sepenuhnya dibuat dari blok batu dari tambang batu di gunung terdekat. Meski berasal dari abad ke-12 M, kota ini tetap terlihat modern. Misalnya, tinggi bangunan rumah yang menyerupai apartemen modern, maupun atap-atap bangunan yang berbentuk datar yang mirip dengan kebanyakan gedung-gedung pencakar langit dewasa ini. Saat ini, Al-Hajar (Al Hajjara, Al Hajarah, atau Al Hajjerah), merupakan salah satu tujuan wisata populer di Yaman. Selain karena keunikannya, juga lantaran lokasinya yang mudah diakses dari ibukota Sana’a. Nama kota ini sendiri didapat dari lokasi dan material kotanya, yakni Hajjar, yang berarti “batu” dalam Bahasa Arab. Bagi para penyuka hiking, pegunungan Haraz adalah lokasi yang tepat untuk menjelajahi desa-desa dan budaya Yaman. Di kawasan ini, siang hari mencapai suhu 30 derajat celcius, dan di malam hari bisa turun hingga 0 derajat celcius. Kota Al-Hajar sendiri berada di ketinggian 2.000 mdpl.
Jejak Kekuasan Muslim di Arcos de la Frontera
Tepat di puncak perbukitan kapur Pena Nueva, yang memanjang membelah lembah di sisi Sungai Guadalete, inilah salah satu Pueblos Blancosâ atau “desa putih” terindah di kawasan Andalucia, Spanyol. Bukan hanya indah. Kota di atas awan yang berada di provinsi Cádiz di sebelah selatan Spanyol, ini, menyimpan sejarah panjang yang jejaknya bisa ditelusuri sejak zaman Neolitikum. Di beberapa lokasi di kota ini, ada gua-gua bikinan manusia di zaman batu, sementara di tempat lain terdapat reruntuhan arsitektur Romawi yang menujukkan kota ini juga pernah dihuni bangsa Romawi kuno. Nama kota ini sendiri didapat dari posisinya sebagai wilayah perbatasan Spanyol saat berperang mengusir bangsa Moor di abad ke-13. Sebelumnya, Arcos menjadi wilayah taklukan bangsa muslim Moor sejak tahun 1011 hingga 1147, di bawah khalifah Umayyah yang berpusat di Kordoba. Baru pada era Alfonso the Wise of Castile (1252–1284), Arcos dibebaskan dari kekuasaan bangsa Moor. Alfonso lantas membangun katedral di titik tertinggi.
‘Kepiting Raksasa’ Azenhas do Mar di Tepi Samudera Atlantik
Dari udara, kota wisata Azenhas do Mar di Portugal terlihat ibarat sebuah kepiting raksasa dengan beberapa kakinya menjuntai ke Samudera Atlantik. Nama Azenhas do Mar sendiri berarti sea-watermill. Kota ini berdiri di atas puncak tebing curam di sisi pantai. Dapat diakses dengan mudah dari ibukota Lisbon dengan berkendara selama 40 menit ke arah Barat Daya. Kota ini berlokasi hanya sekitar 3 km dari Pantai terkenal Praia das Maçãs, dan 14 km dari kawasan Sintra yang bersejarah. Hampir semua rumah dan bangunan di kota ini dicat dengan warna putih. Di salah satu sisinya, ada sebuah teluk kecil di mana terdapat ocean pool. Para turis umumnya mengunjungi kota ini di akhir pekan, sementara warga Spanyol banyak berkunjung di hari Minggu sekadar bersantap di restoranrestoran terbaik dengan pemandangan cakrawala di Samudera Atlantik. Penduduk kota yang saat ini populasinya sekitar 800 orang, kini sepenuhnya bergantung pada industri pariwisata. Mereka adalah pemilik rumah-rumah di kota ini, dan pada akhir minggu mereka menerima tamu untuk menginap.
Desa Anti Banjir di Bandiagara, Mali
Memandangi tebing batu pasir setinggi 500 meter dari kejauhan, sepintas tak ada kehidupan selain tebing curam nan tandus. Siapa sangka, tebing yang memanjang sejauh 150 km dan berujung pada Hombori Tondo, titik tertinggi di Mali, Afrika, adalah rumah bagi sejumlah suku dan masih ditempati hingga kini. Bandiagara adalah salah satu kota kecil dan pemukiman penduduk di kawasan Mopti, Mali, tepatnya sekitar 65 km sebelah Tenggara Mopti. Pemukiman ini dibangun oleh suku Tellem dan Toloy untuk menghindari banjir dari luapan sungai Yamé. Belasan desa-desa lainnya dibangun dengan cara ini sepanjang tebing. Pada 1864, suku Dogon di bawah pimpinan Raja Tidiani Tall menaklukkan suku Tellem, dan menjadikan Bandiagara sebagai pusat kerajaan Toucouleur. Dewasa ini, belasan pemukiman itu dihuni oleh suku Dogons, suku Fulani dan juga suku Bambaras. Di masa pendudukan Perancis atas Mali, suko Dogon konon sulit ditaklukkan oleh pasukan Perancis. Ini lantaran mereka membuat lorong-lorong pelarian dengan menggali perut tebing, untuk menanti kesempatan menyerang balik secara tiba-tiba. Kota Bandiagara, yang terdaftar sebagai World Heritage List oleh UNESCO pada 1989, kini menjadi lokasi kunjungan wisatawan. Sejumlah jalan setapak untuk menyusuri desa-desa di sepanjang tebing sudah tersedia. Bahkan sudah ada hotel dan restoran sederhana di sepanjang jalur wisata.
Bonifacio, Kota di atas Laut Mediterania
Ibarat dermaga raksasa yang menjorok masuk ke Laut Mediterania, kota Bonifacio di bagian Selatan Pulau Corsica, Perancis, ini, dibangun di atas sebuah tebing kapur datar dan luas setinggi 70 meter. Kota dan benteng di kota ini berjajar memanjang di sepanjang puncak tebing. Tebing ini bagian bawahnya semakin lama semakin terkikis oleh lautan sehingga bangunan yang terdapat di bibir jurang, seolah tampak kian menggantung di atas laut. Di kota ini terdapat dua situs prasejarah, yakni makam kuno dari masa 6570 tahun SM, di Araguina-Sennola, yang berlokasi di dekat desa Capello. Makam ini milik seorang wanita yang diberi nama Lady of Bonifacio. Situs kedua adalah makam kuno Vasculacciu di sebelah utara Figari peninggalan zaman megalitikum. Jejak-jejak Bangsa Romawi kuno juga terdapat di sini, yang merupakan sisa kejayaan Romawi ketika menguasai Pulau Corsica pada tahun 469 M. Pada 806 bangsa muslim Moor menguasai Corsica. Dewasa ini, Bonifacio menjadi salah satu kota tujuan wisata terpopuler di Eropa, khususnya di musim panas.
Castle of the Duke of Frías
Terletak di Provinsi Burgos, Spanyol, kota Frias dihuni tak lebih dari 500 penduduk. Rumah-rumah penduduk di kota tua abad pertengahan, ini, dibangun di sekeliling sebuah kastil mewah milik Duke of Frías. Yang menarik, baik kastil maupun rumah-rumah penduduk, dibangun di atas sebuah bukit setinggi ratusan meter mdpl. Istana dan kota ini menjadi salah satu tujuan wisata populer di Spanyol. Para turis menelusuri ruang-ruang kastil, dan bersantai di restoran maupun rumah-resto yang menggantung di bibir tebing. Kastil Frias dipelihara dengan baik oleh pemerintah setempat, termasuk benteng tinggi yang mengelilingi kastil dan pemukiman penduduk, serta jembatan besar abad pertengahan yang membelah Sungai Ebro yang menjadi pintu masuk ke Frias. Pada abad ke-9, Alfonso VIII membangun kastil dan pemukiman, dalam rangka untuk memperkuat wilayah perbatasan antara Castile dan Navarre. Beberapa obyek bersejarah yang menarik dikunjungi di kota Frias, antara lain, Gereja San Vicente, dan Santa María de Vadillo yang dibangun pada abad ke-13.
Hanging City of Cuenca
Berada di antara dua sungai, Jucar dan Huecar, di wilayah tengah Spanyol, kota gantung Cuenca adalah salah satu kota yang dibangun oleh bangsa muslim Moor saat menguasai kawasan itu pada 714. Tak heran jika sejumlah bangunan peninggalannya masih mencerminkan arsitektur Islam yang kental. Namun yang paling menarik dari keberadaan kota Cuenca adalah lokasinya yang berada di atas tebing batu curam, dengan bangunanbangunan yang dibangun tepat di bibir tebing sehingga tampak seperti kota yang menggantung. Di masa pendudukan muslim, kota yang secara administratif berada di Castilla La Mancha, ini, dikenal sebagai kota pertanian yang makmur. Peninggalan sejarah dan warisan arsitekturnya membuat UNESCO memasukkan Cuenca dalam daftar World Heritage Site. Dewasa ini, Cuenca terbagi atas dua wilayah kota, yaitu kota tua di atas tebing batu dengan jalan-jalan kota yang sempit dan menyerupai labirin, serta bagian kota yang lebih modern dan terletak di kaki bukit.
Desa Memanjang Castellfolit de la Roca
Di wilayah provinsi Girona, Catalonia, Spanyol, ada sebuah desa terpencil yang justru sangat terkenal berkat lokasinya yang fenomenal, yakni dibangun di atas gigir tebing batuan basal setinggi 50 meter, dan memanjang hampir sejauh 1 km. Praktis, hanya ada satu jalan utama yang memanjang membelah desa kecil berpenduduk 1.000 jiwa ini. Tak seperti jalan utama di pedesaan lainnya. Yang ini hanya jalan sempit yang lebih seperti jalan di gang kecil. Di ujung tebing, berdiri kokoh gereja tua Sant Salvador yang dibangun pada abad ke-13. Castellfollit de la Roca yang merupakan desa terkecil di wilayah Catalonia, dengan batas wilayah desa sungai Fluvià dan sungai Toronell yang dulunya merupakan aliran lava gunung berapi. Tebing basal ini sendiri terbentuk dari aliran lava ribuan tahun silam. Tebing basal ini mulai dihuni pada abad pertengahan, di mana rumah-rumah penduduk umumnya dibangun dari batuan vulkanik.
Kota Wine Manarola di Italia
Indah sekaligus berbahaya. Kota di atas tebing terjal ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Italia, berkat keindahan dan keunikannya. Manarola menjadi salah satu kota tertua di Italia, yang dibangun pada masa Romawi sekitar tahun 1338. Kota ini telah resmi terdaftar dalam Unesco sebagai World Heritage Site bersama dengan empat kota lain di sekitar Laut Lingurian, yakni Monterosso al Mare, Vernazza, Corniglia dan Riomaggiore. Kota kecil di Comune Riomaggiore, Provinsi La Spezia, Liguria, Italia Utara, ini, bukan hanya unik karena lokasinya, tapi juga karena warna-warni bangunan rumah-rumah penduduk. Soal panorama, jangan dipertanyakan lagi. Debur ombak laut di musim panas, hamparan rumah yang berdiri di tebing-tebing karang, serta keunikan taman nasional, adalah paduan yang sangat memikat. Keindahannya menginspirasi beberapa lukisan, seperti, The Bridges of Manarola, Tramonto a Manarola dan Sunset at Manarola karya pelukis Llewelyn Lloyd dan Antonio Discovolo. Banyak hal bisa dilakukan di Manarola dan desa-desa cantik di sekitarnya, misalnya, sekadar berjalan kaki menyusuri desa, melihat kehidupan nelayan, berenang dan berjemur, ataupun hanya dudukduduk di kafe di tepi laut sambil mencicipi masakan ala Italia. Yang tak kalah istimewa dari kota ini adalah produksi anggurnya yang kondang sejagad. Anggur lokal yang diberi nama Sciacchetrà, bahkan sudah terkenal sejak zaman Romawi.
Najac, Beaux Villages de France
Najac disebut-sebut sebagai salah satu beaux villages de France yang berarti “desa-desa terindah di seluruh Perancis.” Tak salah memang. Desa di gigir gunung dengan dengan istana abad pertengahan di puncaknya, ini, memiliki lansekap tiada tara. Sejumlah film mengambil lokasi di sini, seperti, La Vie Comme Elle Va. Berada di Perancis Selatan, di dekat Aveyron River, penduduk Najac dulu dikenal terkenal dengan peternakan babi, namun kini lebih hidup melalui industri pariwisata dan juga pertanian. Sepanjang musim panas, desa ini hiruk pikuk oleh turis, dan juga pemilik rumah kedua yang umumnya berasal dari Inggris, Kanada, Belanda, dan Perancis Utara. Desa ini juga terkenal lantaran keberadaan bangunan bersejarah dari abad pertengahan. Istana megah di puncak gigir dibangun oleh penduduk desa pada 1253 atas perintah Alphonse de Poitiers. Ada pula bangunan lain yang diperintahkan dibangun oleh Eglise Saint-Jean, sebagai hukuman atas kepercayaan penduduk desa yang kala itu memeluk ajaran Cathar.
Positano yang Menginspirasi
Di abad ke-16 dan ke-17, Positano adalah kota makmur dan berfungsi sebagai pelabuhan utama Republik Amalfi. Pada pertengahan abad ke-19, kota ini jatuh dan separuh penduduknya bermigrasi, terutama jauh ke Benua Australia. Kini, Positano adalah sebuah desa cantik di bibir Pantai Amalfi, wilayah Italia. Bukan bibir pantai pada umumnya, tapi lebih tepatnya tebing pantai nan curam. Di awal abad ke-19, Positano hanya sebuah desa nelayan miskin. Namun semenjak jurnalis John Steinbeck menulis artikel dan foto-foto Positano di majalah Harper’s Bazaar edisi Mei 1953, Positano kontan diserbu turis. Sejak saat itu, Positano menjadi salah satu tujuan wisata di Italia. Desa ini juga beberapa kali menjadi lokasi syuting film romantis, seperti, Only You (1994), dan Under the Tuscan Sun (2003). Juga menjadi setting lokasi sebuah novel romantis berjudul Finding Positano, A Love Story (2010), karya William James. Mick Jagger dan Keith Richards dari grup legendaris The Rolling Stones, juga menulis sebuah lagu indah berjudul Midnight Rambler ketika berlibur di Positano. Semua itu, tentu berkat keindahan Positano yang menginspirasi.
Desa Ziarah Rocamadour di Perancis
Di atas ngarai di tepi Sungai Alzou, di Barat Daya Perancis, berdiri anggun sebuah desa kecil Rocamadour dengan lansekap luar biasa. Bangunanbangunan rumah penduduk terlihat mengundak secara bertahap hingga sisi tebing. Desa tua dari abad ke-12 ini sempat sepi ditinggalkan penduduknya akibat perang dan Revolusi Perancis. Namun kini, Rocamadour kembali populer sebagai salah satu tujuan turis dan peziarah yang datang untuk menghormati Santo Amadour. Menurut legenda, orang suci ini menjadi saksi atas kematian Santo Petrus dan Santo Paulus di Roma. Ia kemudian melakukan perjalanan ke lokasi ini dan menjadi seorang pertapa. Selama berabad-abad, para peziarah berkunjung ke gereja bersejarah Notre Dame yang berada di puncak bukit di atas desa ini. Bukan saja orang biasa, namun termasuk para raja, bangsawan, dan para uskup. Penduduk desa sejak lama bergantung pada kunjungan peziarah, dan kini ditambah kunjungan turis.
Romantisme Santorini di Ketinggian 300Meter
Di gugusan pulau-pulau di Cyclades, Yunani, Santorini adalah pulau vulkanik yang sangat terkenal dengan pemandangan indah, matahari terbenam yang menakjubkan, rumah-rumah berwarna putih biru bersih, dan gunung berapi aktifnya. Di pulau ini terdapat desa kuno Oia di atas tebing setinggi 300 meter, dan kota mungil tujuan wisata utama, Fira. Pulau romantis nan eksotik, ini, menjadi salah satu destinasi paling diimpikan oleh para pengantin baru atau pasangan kekasih. Jejeran rumah serta hotel berwarna putih biru di sisi tebing, dan pemandangan lautan Aegean nan biru pekat, adalah impian yang diburu wisatawan. Maestro musik asal Yunani, komposer Yanni, berasal dari kota ini. Kebersahajaan Santorini justru menjadi daya tarik terkuatnya. Tak ada gedung-gedung bertingkat, mal, atau monumen modern tinggi menjulang. Tak ada McDonalds, Pizza Hut, maupun Starbucks di sana. Begitu juga nama besar hotel, seperti, Hilton, Hyatt, Westin, atau Ritz-Carlton tidak diinginkan hadir di sini. Kemewahan justru datang dari sentuhan-sentuhan lokal. Sebuah pilihan otentitas yang sungguh kuat. Tempat pertama yang lazim didatangi adalah Fira. Berpredikat sebagai pusat kota Santorini, Fira menjanjikan pemandangan indah juga keleluasaan bereksplorasi, baik makanan, akomodasi, maupun hiburan siang-malam. Di sini tidak perlu naik-turun kendaraan sebab kota tersebut terbilang mungil saja, bahkan beberapa desa lebih besar dari Fira. Desa tua Oia yang berada paling utara adalah yang tersohor. Desa yang konon dibangun oleh para kapten dan pelaut itu menjadi maskot Santorini. Pasalnya, hampir semua foto terindah yang beredar di seantero dunia diabadikan di sana.
Ronda yang penuh Sejarah
Berada di pegunungan setinggi 750 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan dibangun kokoh di puncak tebing sedalam 100 meter, inilah salah satu kota terekstrem di Spanyol. Jurang dalam bernama El Tajo dengan Sungai Guadalevin di bawahnya, memisahkan kota tua dan kota baru yang terletak di provinsi Malaga, Spanyol, ini. Untuk bepergian dari kota yang lama ke kota yang baru, penduduk menggunakan tiga jembatan, yang masing-masing dibangun pada era berbeda, yakni Roman Bridge dari zaman Romawi, Arab Bridge dari zaman kekuasaan muslim Moor, dan New Bridge yang dibangun pada abad ke-18. Di sini terdapat gelanggang bullfight Corrida Goyesca yang bersejarah dan tetap dijadikan arena adu banteng saban tahunnya. Arena adu banteng tertua di Spanyol, ini, dibangun pada 1784. Situs lain yang juga menarik di kota ini adalah Arab baths peninggalan kekuasaan Bangsa Moor abad ke-13 dan ke-14. Bukan itu saja, karnea di sekitar kota ini terdapat situs purbakala zaman Neolitikum, termasuk lukisan gua di Cueva de la Pileta. Kota ini menyimpan sejarah panjang, sejak pertama dihuni Bangsa Celts, pada abad ke-6 SM, kemudian bangsa Phoenician, lalu bangsa Romawi di era Julius Cesar, lantas ditaklukkan oleh bangsa Suebi, dan bangsa Visigoth, sebelum akhirnya dikuasai bangsa Moor di bawah kekuasaan Abbas Ibn Firnas selama ratusan tahun hingga 1485, ketika
Marquis of Cádiz menang dalam perang. Berikutnya, Ronda jatuh ke tangan Napoleon, lalu menjadi basis gerilya, kemudian menjadi markas para bandit, sebelum akhirnya menjadi lokasi tujuan wisata saat ini.
Desa di atas Awan, Siruana
Bagi orang kebanyakan, nama Siruana tergolong masih asing. Namun di kalangan para pecinta olah raga ekstrem panjat tebing, Siruana adalah nama yang sudah sangat populer. Nama desa ini berada di wilayah Girona, Catalonia, Spanyol, yang kondang berkat tebing-tebingnya yang dipenuhi jalur pemanjatan menantang. Di atas puncak salah satu tebing, berdiri sebuah desa tua kecil bernama Siruana, yang selalu diselimuti awan. Lokasinya persis dibangun di ujung sebuah tebing cadas dan sudah berusia ratusan tahun, termasuk sebuah gereja tua.