Oleh: -

Sukses dengan Strategi Kolaborasi

Naskah: Gia Putri Foto: Dok. Pribadi

 

Usianya terbilang muda, tapi soal prestasi jangan ditanya! adalah Eko Pujianto yang sukses mengantar PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) melantai di bursa. Tak berpuas diri, pria yang pada 2022 lalu masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia ini bertekad ingin memaksimalkan potensi agrifood dan seafood di perusahaan yang dinakhodainya.

Diamanahi sebagai Direktur Utama SKB Food pada 2020 lalu, Eko melakukan gebrakan besar sehingga perusahaan yang dipimpinnya tangguh di tengah tantangan pandemi Covid-19. Bahkan, pada 2021 perusahaan yang memiliki core business: waralaba makanan/minuman dan food supply raw ini berhasil meroket, hasil penjualan waralabanya sebesar Rp117,11 miliar. Pada 2022, kinerja SKB Food kian moncer dengan membukukan penghasilan Rp375,99 miliar atau meroket 220,96 persen year-on-year (YoY). Tercatat, SKB Food mendapat kenaikan laba usaha sebesar Rp23,33 miliar atau setara 19,64 persen pada 2022. Tahun sebelumnya perusahaan ini mencatat keuntungannya sebesar Rp19,50 miliar.

Eko memimpin perusahaan induk dari waralaba Kebab Turki Baba Rafi. Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi sudah memiliki 900 retail kemitraan di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, Eko pun sukses membawa Kebab Turki Baba Rafi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Agustus 2022 lalu dengan kode emiten RAFI. Dalam IPO-nya, SKB Food melepas 30,1 persen atau 948 juta saham dari total keseluruhan perusahaan.

SKB Food memiliki dua anak usaha, yaitu PT Lazizah Rahmat Semesta, perusahaan waralaba makanan dan minuman. Kemudian pada akhir 2022, mendirikan PT Sumber Asih Sejahtera (SAS). Perseroan ini bergerak di bidang industri pengolahan dan perdagangan komoditi beras yang bertempat di Madiun, Jawa Timur.

Eko membeberkan, alasan kenapa SKB Food dapat tumbuh dan berkembang. “Pertama, SKB Food bergerak dalam bisnis yang long lasting, yakni makanan dan minuman sehingga potensi untuk growth sangat besar karena semua orang butuh makan dan minum,” ungkapnya. Kedua, sambungnya, dalam menjalankan roda bisnis, ia memiliki tim yang yang solid dan mampu saling mengisi. “Sehingga, semakin mempercepat pertumbuhan bisnis sendiri. Tentunya dengan modal itu, kami bisa berkolaborasi dengan banyak pihak dan memanfaatkan peluang yang ada,” imbuhnya.

Pada 2023 ini, Eko mengungkapkan, ia tidak hanya membidik target untuk meningkatkan revenue, tetapi juga menggenjot margin atau profit. Untuk itu, ia pun menjuruskan sejumlah strategi jitu, yaitu semakin menguatkan dari sisi resto chain. 

“Kami berkolaborasi untuk menguatkan brand yang sudah ada dan me-leverage brand makanan dan minuman yang baru, yaitu Sate RSPP, Nasi Kulit Syuurga, Street Sushi, hingga Kebab Turki Baba Rafi yang sudah existing. Dari sisi supply chain, kami lebih genjot lagi. Indonesia itu terletak di antara dua benua, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Atlantik, sehingga potensi seafood sangat luar biasa. Marketnya di dalam dan juga luar negeri. Selain seafood, kami juga maksimalkan potensi agribisnis, mulai dari beef, ayam, hingga beras. Tahun 2023 ini, kami selangkah demi selangkah mewujudkan visi kita, ingin menjadi perusahaan yang terintegrasi memaksimalkan potensi agrifood dan seafood yang ada di Indonesia. Marketnya sudah ada, tinggal bagaimana kita mengelolanya,” ungkap Eko.

Produk dan cita rasa makanan sering kali memiliki ikatan kuat dengan identitas suatu negara. SKB Food sendiri, ujar Eko, meski beberapa produk secara otentik bukan dari Indonesia, tetapi tetap menjaga keaslian cita rasa Indonesia. “Contohnya kebab, kalau kita duplicate resep dari negeri asalnya Turki, pasti kurang cocok di lidah orang Indonesia. Oleh karena itu, kami create lagi sehingga masuk ke cita rasa orang Indonesia. Selain itu, kami juga menjaga keaslian resep nusantara. Misal, Sate RSPP, yang resepnya turun-temurun sejak tahun 1970. Kami juga memiliki central kitchen dan SDM yang bisa adjust dan create cita rasa itu,” terangnya.

Lebih lanjut Eko mengatakan, berbisnis di era baru, strategi kolaborasi menjadi lebih populer dibandingkan berkompetisi atau bersaing. Hal itu dilakoni agar bisnis bisa makin kuat menghadapi berbagai kompleksitas tantangan. Beragam kolaborasi pun telah dilakukan oleh SKB Food, salah satunya dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk untuk akses modal pengembangan usaha. “Kami memiliki mitra lebih dari 1.000 outlet yang notabene masuk ke dalam kelas UMKM. Secara historikal, SKB Food berangkat dari perusahaan mikro hingga pada satu titik kami bisa melantai di bursa,” jelas Eko.

Melalui kolaborasi dengan Bank Mandiri, Eko mengatakan, “Ini merupakan sarana yang baik bagi para mitra usaha kami, tersedianya akses permodalan yang mudah dan murah untuk melakukan pengembangan usaha mereka,” paparnya. 

Dana yang disediakan melalui kerja sama ini, sambung dia, berupa dana keperluan modal kerja serta investasi yang disalurkan kepada pelaku UMKM individu/perseorangan. Juga, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang memiliki usaha produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau feasible namun belum bankable. “Kami sangat antusias terhadap kolaborasi ini karena memiliki tujuan untuk mengembangkan bisnis UMKM secara lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan apa yang dicita-citakan perseroan melalui lini bisnis waralaba Kebab Turki Baba Rafi selama ini,” beber pria yang memegang teguh prinsip jadilah orang baik dan selalu melakukan yang terbaik.

Menutup pembicaraan, Eko menuturkan mimpi besarnya dan harapannya untuk Indonesia yang saat ini berusia 78 tahun. “Saya sudah masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia, cita-cita saya adalah bisa masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Kenapa? Karena saya ingin memberi lebih banyak dan bisa turut andil dalam menggerakkan roda ekonomi Indonesia, itu semangatnya,” tuturnya.

Sementara mimpinya untuk SKB Food adalah bisa menjadi perusahaan makanan Indonesia yang terintegrasi dan memaksimalkan potensi agrifood dan seafood yang ada di Indonesia. “Lalu, untuk momentum HUT ke-78 Republik Indonesia, saya mengajak anak muda bangsa untuk menumbuhkan semangat wirausaha di dalam diri karena 10 pintu rezeki, 9-nya dari pewirausaha. Negara-negara maju di benua manapun memiliki pengusaha yang banyak dan hebat. Dan, itulah yang memutar ekonomi dunia,” pungkasnya.