Perang Melawan Dengue: Vaksin DBD dan 3M Plus Menuju Target Zero Death 2030
Masyarakat Diimbau Berperan Aktif dalam Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD
Situasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia masih menjadi perhatian utama dari berbagai sektor. Menurut statistik resmi dari Kementerian Kesehatan RI, hingga minggu ke-33 tahun 2023, terdapat 57.884 kasus DBD dengan 422 kematian yang dilaporkan di 34 provinsi di Indonesia.
Tantangan semakin kompleks dengan kemungkinan munculnya fenomena El Nino yang diproyeksikan terjadi antara bulan Agustus dan September 2023. Saat El Nino melanda, suhu udara diperkirakan akan meningkat, menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebar DBD. Kondisi tersebut diperkirakan bahkan dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk hingga 3-5 kali lipat saat suhu mencapai 30 derajat Celsius ke atas, sehingga berdampak pada lonjakan kasus DBD.
Langkah-langkah pencegahan penyakit endemik di Tanah Air ini telah digaungkan, antara lain kampanye 3M Plus yang terdiri dari aksi menguras dan menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, mencegah gigitan serta menghindari perkembangbiakan nyamuk.
Walaupun langkah-langkah tersebut sudah esensial, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Kementerian Kesehatan RI, menekankan perlunya inovasi lebih lanjut yang melibatkan partisipasi masyarakat. Salah satu inovasi yang dinilai sangat efektif adalah penggunaan vaksin DBD, yang saat ini sedang diimplementasikan oleh perusahaan farmasi Takeda.
"Vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi fokus program pemerintah dalam upaya menurunkan angka kematian akibat penyakit ini di Indonesia. Meskipun pencegahan sederhana dengan 3M tetap penting, kampanye pencegahan DBD sekarang juga mencakup Vaksin DBD sebagai bagian penting untuk mengurangi risiko mengalami demam berdarah berat dan rawat inap," jelasnya dalam konferensi pers di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (27/9).
Pemerintah pun berkolaborasi dengan PT Takeda Innovative Medicines untuk menyediakan vaksin DBD ini. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Indonesia, secara tegas mendukung upaya mencapai target nol kematian akibat DBD pada tahun 2023 melalui vaksin ini. Namun, ia juga menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter untuk pencegahan lainnya.
“Penanggulangan DBD di Indonesia merupakan tantangan yang kompleks. Namun, Pemerintah telah berkomitmen untuk mencapai nol kematian akibat infeksi dengue pada tahun 2030 melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Kami menghimbau masyarakat untuk bersama-sama, dengan prinsip-prinsip 3M plus dan vaksin mandiri DBD dalam mengatasi tantangan ini dan melindungi masa depan generasi mendatang," ungkap dr. Maxi.
Tika Bisono, Dengue Prevention Ambassador, menyambut baik vaksin DBD ini. “Saya menunggu cukup lama vaksin ini. Saya sudah kampanye selama bertahun-tahun, hingga akhirnya vaksin ini lahir. Tentunya saya berharap pemerintah akan membawa program vaksinasi ini menjadi program nasional dan kelak treatment-nya bisa diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya. Ia menyebutkan usia anak-anak memang tercatat sebagai jumlah penderita tertinggi, namun orang dewasa pun tidak luput dari ancaman.
"Di negara atau wilayah dengan penularan infeksi demam berdarah dengue yang tinggi, anak-anak cenderung paling banyak terkena dampaknya, walaupun paparan pada usia dewasa muda saat ini juga meningkat. Upaya sosialisasi pengendalian vektor nyamuk dan vaksinasi dengue pada anak menjadi sangat penting sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui kegiatan edukasi pencegahan infeksi demam berdarah dengue kepada masyarakat,” kata Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Komunitas Dengue Indonesia.
Gamze Yuceland, President, Growth & Emerging Markets, Takeda Pharmaceuticals, juga memberikan dukungan kuat untuk mengatasi DBD di Indonesia dan mencapai visi nol kematian DBD pada tahun 2030. "Kami berkomitmen menjadi mitra strategis dalam mencapai nol kematian akibat DBD di Indonesia pada tahun 2030. Kami juga bangga menjadi salah satu pendiri Koalisi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), yang didukung oleh Kementerian Kesehatan RI dan Kaukus Kesehatan DPR RI, serta mendorong masyarakat untuk mendukung kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD."
Mengenai efektivitas vaksin ini, pada kesempatan yang sama, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Sukamto Koesnoe mengungkapkan bahwa vaksin DBD memiliki tingkat efektivitas sekitar 85,9%, baik untuk individu yang memiliki antibodi maupun yang belum memiliki. Setelah diobservasi selama 54 bulan, vaksin DBD telah terbukti sangat efektif, karena tingkat efektivitas di atas 70% saja sudah dianggap cukup baik.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan farmasi, dan masyarakat, diharapkan angka kematian akibat DBD dapat terus menurun, hingga dapat membawa Indonesia menuju visi nol kematian pada tahun 2030.
(Angie)