Misteri Kehidupan Luhut Pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan membagikan lika-liku kehidupannya kepada ratusan generasi muda saat menjadi pembicara di IdeaFest, Jakarta Convention Center, kemarin.
"Saya ingin cerita kepada anak-anak muda yang ada di sini mengenai mystery of life, karena menurut saya, kita tidak bisa merancang hidup kita, kita berusaha untuk menyelesaikan studi kita dengan baik, itu mutlak. Tapi setelah itu, banyak hal yang tidak kita tahu. Jadi, kamu jangan pernah frustasi," ungkap Luhut.
Luhut bercerita, kalau dirinya selalu mengedepankan pendidikan. Hampir semua pendidikan militer terbaik di dunia ia jalani. Berkat konsistensinya tersebut ia bisa memetik hasilnya.
"Dalam perjalan hidup saya sebagai militer profesional, hampir semua pendidikan pasukan khusus di dunia saya pergi. Kalau Anda lihat misteri kehidupan itu bisa berubah. Saya dulu tukang demo tahun 65-66 waktu PKI, operasi militer, dan sekarang saya banyak urus ekonomi, itulah hidup," tutur Luhut.
Ia juga mengisahkan, dirinya lahir dari keluarga tak berada. Bahkan, mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengatakan bahwa ayahnya berprofesi sebagai sopir bus. “Ibu saya tidak tamat sekolah rakyat,” imbuhnya. Meski berasal dari keluarga miskin, orang tua Luhut selalu menekankan pentingnya pendidikan yang tinggi kepada anak-anaknya. Selain itu, kata Luhut, orang tuanya pun mengajarkan kedisiplinan kepada anak-anaknya.
“Hasilnya, kami lima bersaudara jadi orang semua. Saya belajar dari ayah-ibu saya. Jadi, Anda tidak perlu malu, orang tuamu apa,” tegasnya.
Pria kelahiran 28 September 1947 ini juga mengatakan, selain pendidikan ada hal penting yang juga tak kalah penting.
“Zaman Pak Habibie memimpin, saya dipercaya menjadi duta besar. Lalu, saat Gus Dur memerintah Indonesia, saya menjadi Menteri Perindustrian Perdagangan. Jujur, saya sempat menolak sebanyak tiga kali, saksinya Pak Alwi Shihab. Saya bilang pada Gus Dur, ‘Gus… saya tidak mengerti perdagangan’. Lalu, Gus Dur menjawab, ‘Pak Luhut bisalah’. Lalu, saya dilantik. Itulah misteri kehidupan. I learn very fast. Bukan hanya knowledge yang penting, tapi juga hatimu. Kalau kau kerjakan dengan sungguh-sungguh dan taruh hatimu di sana, Tuhan pasti tolong kamu. Tuhan tidak akan meninggalkan kamu, kalau kamu lakukan dengan hatimu. Ini pesan opung,” ia menegaskan.
Bangun Sekolah
Kepedulian Luhut terhadap dunia pendidikan ditunjukkan dengan membangun sekolah di daerah asalnya, Medan. Sekolah pertama yang didirikannya pada 2001 adalah Politeknik Informasi Del di Desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara – sekarang berubah nama menjadi Institut Teknologi Del. Kampus ini fokus pada dua bidang, yakni teknologi informasi dan bioteknologi. Saat itu, ia meyakini kedua bidang tersebut akan jadi tumpuan di masa datang.
Saat pendirian kampus tersebut, dirinya menggandeng sejumlah dosen dari ITB University untuk memformulasikan kurikulum bagi calon mahasiswa sekaligus meminta mereka mengajar di sana.
Selanjutnya pada 2012, Luhut kembali membuka sekolah, yakni SMA Unggul Del yang merupakan sekolah berasrama. Lokasinya tetap di daerah Toba. Saat ini, SMA Unggul Del menempati ranking ke 3 terbaik nasional berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2020. Saat ini, SMA Unggul Del yang berlokasi di Desa Sitoluma, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, sangat diminati.
“Ada lulusan sana yang meraih gelar PhD di Western University dengan predikat Sumacumlaude. Kami memberikan beasiswa kepada anak-anak berprestasi yang kurang beruntung. Dari 3.500 anak yang mendaftar, kami terima 150 anak. Suatu ketika istri saya bertanya kepada salah satu siswa saat berkunjung ke asrama, apa cita-citamu nanti. Anak itu menjawab, ‘Kalau saya lulus, saya ingin beli kasur, karena saya bisa tidur di kasur hanya di sini (asrama)’. Jadi, opung pesan, Anda harus bersyukur, banyak orang yang tidak seberuntung Anda,” tutup Luhut.
Naskah: Gia Putri | Foto: Nisa