Arif Satria (Rektor IPB University), Membawa IPB University Memimpin Global Innopreneurship
Naskah: Arfiah Ramadhanti Foto: Edwin Budiarso
“Sebuah inovasi unggul tidak akan berhasil tanpa peran sumber daya manusia (SDM) yang unggul, kata kunci inilah yang tengah dipersiapkan IPB untuk menjadi pemimpin global Innopreneurship di tahun 2027,” tegasnya dalam wawancara ekslusif dengan Men's Obsession.
Enam puluh tahun berdiri sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi di Indonesia, IPB University kini menjelma menjadi kampus terbaik dengan segudang inovasi yang memberi dampak besar bagi masyarakat. Hal itu diakui Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, S.P, M.Si, tak lepas dari faktor sumber daya manusia yang ada.
Dua tahun menjabat sebagai rektor di periode kedua, Prof. Arif Satria mengungkapkan bahwa dewasa ini semakin banyak faktor yang membuat dunia mengalami perubahan dengan sangat cepat. Berkaca dari kejadian pandemi Covid-19, serta persoalan geopolitik, perubahan iklim dan masifnya revolusi industri 4.0, sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi, IPB kini memiliki tiga poin penting agar ketidakpastian dari perubahan dunia bisa terkendali. “Resiliensi, Transformasi, dan Sustainability. Tiga kata kunci yang menurut saya sangat penting bagi IPB,” jelasnya.
Dengan ketiga kunci tersebut, tujuan IPB saat ini adalah menjadi “TechnosocioEntrepreneurial University”, yaitu sebuah perguruan tinggi kewirausahaan yang berbasis pada inovasi dan riset. Sehingga nantinya, mahasiswa akan diarahkan untuk menjadi Techno-Preneur dan Socio-Preneur, seorang pebisnis yang menciptakan inovasi yang bersumber pada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bermanfaat bagi kepentingan sosial.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, sejumlah strategi masih terus dijalankan oleh rektor kelahiran 17 September 1971 itu, salah satunya dengan hadirnya Science Techno Park (STP) IPB sebagai tempat hilirisasi industri yang dilengkapi dengan beragam fasilitas penunjang.
Selain STP, beberapa strategi untuk mendukung keberhasilan Technopreneurship, di antaranya program komersialisasi inovasi yang hingga saat ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 380 tenan atau pelaku UMKM, yang berasal dari mahasiswa dan alumni IPB, atau masyarakat umum. Berbagai hasil inovasi IPB bisa dijumpai salah satunya di outlet Serambi Botani, yang telah tersebar di 23 lokasi di Indonesia, termasuk di Terminal Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng.
“Ternyata dari hasil survei kita, 43% mahasiswa IPB saat ini ingin menjadi pengusaha. Oleh karena itu, kita sudah siapkan programnya sejak tahun pertama. Tahun pertama programnya adalah Awareness. Tahun kedua adalah Business Planning. Tahun ketiga, Business Mentoring. Tahun keempat dan sebagainya. Jadi, mahasiswa yang 43% itu kita bimbing melalui program Startup School, CEO School. Itu program-program yang kita bangun untuk mereka tahun pertama dan tahun kedua. Jadi kita intervensi, menyiapkan calon-calon pengusaha by design, bukan by accident,” kata Arif Satria.
Terbukti, sejumlah inovasi dari mahasiswa atau alumni IPB yang mengikuti ajang Start Up Championship produk-produknya tak hanya mampu menembus pasar Indonesia, namun sudah bersaing dengan pasar internasional. Tak sedikit pelaku usaha binaan IPB yang telah mengekspor produknya ke berbagai negara di dunia.
Keberhasilan inovasi unggul yang diciptakan IPB university, harus berjalan beriringan dengan dampak yang dihasilkan untuk masyarakat. Di poin ini, Sociopreneurship menghadirkan banyak program selain menghadirkan keuntungan namun juga bermanfaat bagi warga desa, beberapa program tersebut, yaitu Sekolah Pemerintahan Desa, Data Desa Presisi, Dosen Pulang Kampung, Tani dan Nelayan Center dengan aplikasi Digitani, Sekolah Peternakan Rakyat, One Village One CEO (OVOC), dan Agribusiness Technology Park yang sasaran binaannya adalah ratusan petani di sekitaran kampus.
“Dengan adanya program-program tersebut, alhamdulillah IPB sudah masuk di 4.666 desa di Indonesia. Kami adalah perguruan tinggi dengan total desa binaan terbesar di dunia. Masuk di 4.666 desa, itu artinya 6,1% desa di Indonesia sudah menjadi desanya IPB,” bebernya.
Inovasi-inovasi unggul dari IPB University tentu tidak bisa dihasilkan tanpa adanya kolaborasi. Tak tanggung-tanggung, di era kepemimpinannya, para rektor dari kampus-kampus ternama di dunia pun hadir langsung ke IPB seperti, Rektor Wageningen University & Research dari Belanda, President of Seoul National University dari Korea Selatan, dan President National University of Singapore. Dari kerja sama internasional IPB tercatat telah mengantongi keuntungan sebesar Rp580 miliar.
“Untuk urusan riset, mereka (kampus luar negeri) lebih canggih daripada kita. Tapi, untuk urusan Innopreneurship, mereka juga belajar dari kita. Bagaimana mengelola hasil riset, inovasi, hingga masuk ke masyarakat atau ke industri, disini lah kita sama-sama belajar,” bebernya.
Prestasi, dari inovasi-inovasi yang dihasilkan IPB selama Arif Satria menjabat sebagai rektor terbukti membawa harum nama IPB University. Di bidang pertanian dan kehutanan, universitas yang terletak di kota hujan tersebut berada di posisi ke-7 se-Asia, lalu berada di posisi ke-3 kampus terbaik se-Asean berdasarkan AppliedHE, dan masuk 10 besar universitas di dunia yang menerapkan Sustainable Development Goals. Mengutip perkataan Abraham Lincoln, Arif Satria mengatakan bahwa tidak ada satu pun manusia yang bisa tahu bagaimana keadaan di masa depan, namun satu hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan masa depan itu sendiri. Masih dalam rangka hari pendidikan, dirinya berharap agar dunia pendidikan bisa menghasilkan manusia-manusia unggul yang bisa menjadi trendsetter perubahan, yang bukan hanya sekedar bisa beradaptasi dengan perubahan, namun menciptakan perubahan itu sendiri.