Maria Elvida Rita Dewi (Direktur Keuangan dan Aktuaria Indonesia Re), Mengelola Risiko Keuangan Untuk Menjaga Kesehatan Keuangan Perusahaan Reasuransi

Oleh: Syulianita (Editor) - 13 June 2024

Pewawancara: Arfiah R. Naskah: Sahrudi Foto: Sutanto

Sebagai perusahaan reasuransi, Indonesia Re wajib mengelola risiko yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Dan di balik tugas berat Indonesia Re itu ada figur Maria Elvida Rita Dewi, Direktur Keuangan dan Aktuaria. Ia bertanggung jawab atas manajemen dan strategi keuangan perusahaan, menjaga kesehatan keuangan perusahaan, serta memastikan laporan keuangan akurat dan sesuai standar. Saat ini Indonesia Re dalam tahap mempersiapkan implementasi laporan keuangan dengan standar internasional, yaitu IFRS 17 atau PSAK 117 yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi, konsistensi, dan pemahaman atas informasi keuangan yang disajikan.

Perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur ini bukan orang baru di industri asuransi. Peraih gelar Sarjana di bidang Matematika Aktuaria Universitas Indonesia dan Master of Business Administration bidang Keuangan dari Universitas Gajah Mada ini sudah 29 tahun berkutat di perusahaan asuransi, khususnya asuransi jiwa. Kini, Maria fokus di perusahaan reasuransi. Sebagai direktur keuangan atau CFO, tugas utamanya adalah mengelola risiko keuangan dari perusahaan asuransi dan menjaga operasional perusahaan berjalan dengan baik.

"Sebagai perusahaan reasuransi, kami memiliki peran untuk menerima dan mengelola risiko bisnis asuransi yang telah diberikan kepada kami. Sehingga ketika tiba waktunya kami harus membayarkan manfaat saat terjadi klaim, kami harus dapat membayarkan kewajiban tersebut kepada perusahaan asuransi sesuai ketentuan yang diperjanjikan dalam polis,” ucapnya saat memulai percakapan.

Dukungan Maria sebagai seorang CFO dalam memberikan proteksi dan solusi adalah moment of truth saat perusahaan harus membayar kewajibannya. “Sebagai CFO saya harus memastikan bahwa ketika manfaat itu harus dibayarkan, tidak ada yang gagal. Tidak ada manfaat yang sudah kita janjikan yang tidak bisa dibayarkan," tegasnya.

Dalam pengelolaan risiko keuangan, prinsip-prinsip yang harus dijalankan juga disesuaikan dengan tugas dan kewajiban serta tata kelola yang ada dalam perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Maka, salah satu tugas utama lainnya adalah untuk memastikan bahwa semua mandat maupun risiko yang ditransfer bisa dikelola dan diberikan manfaatnya pada saat harus dijalankan. 

Dalam mengelola risiko, ia juga memperhatikan banyak kondisi, seperti isu-isu geopolitik. “Ketika terjadi situasi ketidakpastian akibat geopolitik atau faktor lainnya, kami perlu memastikan bahwa dana yang di titipkan kepada kami dalam bentuk premi reasuransi dapat kami kelola dan kami investasikan dengan aman, sehingga manfaat yang dijanjikan dapat direalisasikan dalam memenuhi kewajiban kami sebagai perusahaan reasuransi," jelasnya.

Hal yang ia lakukan adalah melakukan review secara berkala, dan assessment terhadap semua portfolio yang masuk. "Kami juga melakukan penilaian terhadap fluktuasi suku bunga, dan melakukan simulasi atau assessment terhadap tingkat default. Mengenai risiko asuransi, kami harus melakukan suatu assessment review, atau simulasi atas suatu risiko yang mungkin terjadi dengan memperhitungkan ketidakpastian yang terdeviasi dari pengalaman kami tahun-tahun sebelumnya. Jadi, hal-hal yang berada di luar skenario awal standar itu biasanya kami simulasikan,” jabarnya.

Mengadopsi Standar Internasional

Lompatan besar dalam industri asuransi di bidang keuangan saat ini adalah mengimplementasikan laporan keuangan yang baru dengan standar internasional yakni IFRS 17 atau di Indonesia disebut sebagai PSAK 117. Ia mengakui hal itu sebagai suatu perubahan yang sangat besar di dalam industri asuransi. “Dalam mengadopsi hal tersebut tentu banyak yang harus kami sesuaikan dan kami ubah. Mulai dari proses bisnis sistem dan sebagainya, itu benar-benar suatu perubahan dalam industri yang harus kita adopsi,” jelasnya. 

Di situlah peran penting Maria sebagai seorang CFO untuk mempersiapkan serta memastikan bahwa laporan keuangan dengan standar internasional tersebut bisa diimplementasikan dan dijalankan sesuai dengan timeline yang sudah ditentukan.

Selain itu, ia juga berharap dapat meningkatkan literasi perasuransian di masyarakat, agar ke depannya bisnis industri asuransi ini dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat serta berperan untuk meningkatkan perekonomian nasional. “Harapan kami asuransi punya satu posisi penting dalam kemajuan dan kemaslahatan masyarakat Indonesia. Indonesia Re sebagai perusahaan reasuransi yang menopang industri asuransi dan perekonomian nasional, tentunya kami berharap bisa memberikan solusi bagi perusahaan asuransi melalui inovasi-inovasi dan pelayanan dari perusahaan kami.” pungkasnya.