Arief Prasetyo Adi (Kepala Badan Pangan Nasional), Penjaga Pangan Rakyat
Naskah: Angie Diyya/Gia Putri Foto: Sutanto
Tak berlebihan menjuluki H. Arief Prasetyo Adi., S.T., M.T sebagai sosok penting penjaga pangan rakyat. Betapa tidak, sebagai Kepala Badan Pangan Nasional, ia diberi tanggung jawab oleh negara untuk antara lain mengatasi masalah terkait pangan khususnya memastikan terjaganya ketersediaan pangan untuk rakyat negeri ini.
Dilahirkan di tengah hutan Palangkaraya, Kalimantan Tengah karena sang ayah ketika itu harus mengikuti tugas wajib militer di tahun 1974, Arief Prasetyo Adi tumbuh dalam lingkungan keluarga intelektual yang harmonis. Ayahnya seorang dokter gigi dan pernah jadi Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sementara sang ibu adalah figur guru yang relijius. “Setiap hari ibu baca kitab suci Alquran itu one day one juz, dan setiap usai khataman (selesai membaca Alquranred) ibu selalu meniup kepala saya seraya berdoa. Jadi Arief yang ada ini sebenarnya karena doanya ibu,” ia bercerita.
Perjalanan pendidikan Arief dari TK hingga S2, dari Jakarta hingga Jogja, mencerminkan ketekunan dan semangatnya dalam mengejar pengetahuan. Setelah menyelesaikan gelar S2 dalam manajemen konstruksi, Arief memasuki dunia bisnis sebagai manajemen trainee di salah satu group usaha retail. Dalam perjalanan karir, di usia 38 tahun, ia sudah dipercaya menduduki sejumlah jabatan direktur utama di PT Food Station Tjipinang Jaya. Tak selang lama, Menteri BUMN, Erick Tohir memintanya untuk menjadi direktur utama BUMN yang mengurusi masalah pangan yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia.
Kinerjanya yang kinclong mendapat apresiasi negara dimana pada hari Senin 21 Februari 2022 ia dilantik Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara sebagai Kepala Badan Pangan Nasional. Lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam pelaksanaan urusan pangan dan untuk menciptakan kedaulatan pangan, ketahanan pangan, serta kemandirian pangan bagi negara sekaligus membenahi tata kelola pangan nasional agar terarah dan efektif.
Hari pertama dilantik sebagai Kepala Badan Pangan Nasional, Arief sudah memetakan strategi pengendalian distribusi pangan, khususnya beras. Kepada Men’s Obsession yang menyambangi di ruang kerjanya, Arief menyoroti pentingnya ketersediaan dan kemandirian pangan. Dia menegaskan bahwa pemerintah selalu mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk dengan memiliki cadangan pangan pemerintah, yang dapat digunakan untuk intervensi dalam situasi harga yang tidak stabil.
Arief juga menyoroti pentingnya menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh terlalu dalam, sambil memastikan daya beli masyarakat tetap baik. Dia menjelaskan bahwa pemerintah memiliki proyeksi dan early warning system untuk memprediksi fluktuasi harga, sehingga dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.
Selain itu, Arief juga menekankan perlunya perlindungan bagi keluarga penerima manfaat yang rentan, seperti memberikan bantuan beras kepada 22 juta KPM.
Dengan pendekatan yang terperinci dan pemahaman yang mendalam tentang dinamika pasar pangan, Arief Prasetyo memiliki komitmen untuk memastikan ketersediaan pangan yang mencukupi dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk juga dalam mengatasi krisis beras, Badan Pangan Nasional melakukan beberapa langkah antisipasi salah satunya mencari beberapa lokasi yang masih melakukan panen dan memiliki produksi yang lebih besar. “Upaya ini bertujuan untuk memfasilitasi distribusi beras ke pasar-pasar induk seperti Kramat Jati, Cibitung, dan Tangerang. Selain itu, BPN juga mengambil langkah tegas dengan mendorong Gerakan Pangan Murah (GPM) di lebih dari 60 kelurahan di Jakarta, termasuk penjualan bawang merah dengan harga yang terjangkau,” ucapnya.
Hal lainnya yang tak kalah vital adalah menjaga keseimbangan harga di tingkat petani dan konsumen. Hal ini merupakan tantangan utama yang dihadapi Badan Pangan Nasional. Untuk itu Arief mengakui bahwa hal itu merupakan pekerjaan yang sulit. “Namun harus dijalankan bersama-sama sesuai arahan Presiden. Masyarakat juga diminta untuk memahami misalnya bahwa penyesuaian harga beras saat ini sangat bergantung pada faktor agro input seperti harga pupuk, sewa lahan, dan benih,” tuturnya. Ia juga mengakui efektivitas dalam menangani masalah beras, baik melalui subsidi, operasi pasar, maupun penegakan hukum, sangat bergantung pada ketersediaan cadangan pangan pemerintah.
“Intervensi dilakukan terutama di daerah-daerah rawan pangan dan rentan terhadap bencana, serta untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara itu, penentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kontribusi dari berbagai pihak terkait seperti petani dan penggiling padi,” tambah bungsu dari empat bersaudara ini.
Meskipun langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga stabilitas harga beras, tetapi diakui Arief tetap merupakan tantangan untuk memperhitungkan berbagai variabel yang memengaruhi harga. “Badan Pangan Nasional berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan para pihak terkait, termasuk kementerian, lembaga, dan sektor swasta, dalam upaya menjaga ketersediaan dan harga beras yang stabil untuk masyarakat Indonesia,” paparnya.
Mengakhiri wawancara, pria berpenampilan bersahaja ini memberi pesan khusus kepada generasi milenial untuk berkontribusi dalam membangun pertanian nasional.