Fenomena “Kabur Aja Dulu” dari Perspektif Vivi Nurviandini, Pelajar Asal Indonesia di Jerman

Oleh: Giatri (Editor) - 26 February 2025

Vivi percaya pemerintah Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi fenomena “Kabur Aja Dulu” jika mereka serius melakukan perbaikan di berbagai sektor.

Fenomena "Kabur Aja Dulu", beberapa waktu lalu, menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan, terutama di kalangan generasi muda Indonesia. Tak sedikit yang merasa bahwa mereka harus melarikan diri ke luar negeri demi mencari peluang hidup yang lebih baik. Fenomena ini menjadi semakin viral seiring dengan ketidakpastian sosial, politik, dan ekonomi di dalam negeri. Dalam wawancara dengan Vivi Nurviandini, seorang pelajar asal Indonesia yang kini menempuh pendidikan dan bekerja di Jerman, Men’s Obsession berkesempatan untuk menyelami pandangannya tentang fenomena ini.

Vivi, sapaan akrabnya, yang kini tengah menjalani program Ausbildung Fachverkaufer di Staatliche Berufsschule III Kempten (Allgäu), Bayern, mengungkapkan bahwa tinggal di luar negeri memberikan tantangan tersendiri, terutama pada awal-awal masa adaptasi.

“Meski saya sudah terbiasa merantau di Indonesia, tinggal di Jerman itu sangat berbeda. Tantangan terbesar adalah cuaca yang dingin, bahasa, dan perbedaan budaya,” ujarnya.

Namun, seiring waktu, Vivi merasa tantangan tersebut bisa diatasi. “Saya sangat menghargai keramahan orang Jerman. Mereka sangat menghargai usaha kita dalam belajar bahasa mereka, dan ini membuat saya merasa lebih diterima,” lanjutnya.

Fenomena "Kabur Aja Dulu" menurut Vivi bukan muncul begitu saja. Menurutnya, ini merupakan akumulasi dari kekecewaan masyarakat terhadap situasi di Indonesia yang semakin sulit.

“Fenomena ini muncul karena ketidakseriusan pemerintah dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal kesejahteraan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Banyak anak muda merasa kecewa dengan kondisi ini, dan melihat keluar negeri sebagai jalan keluar untuk mencari masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.

Vivi percaya bahwa saat ini, banyak generasi muda Indonesia yang merasa peluang di dalam negeri sangat terbatas. Dengan jumlah lulusan yang terus meningkat, sementara kesempatan kerja tidak sebanding, banyak dari mereka akhirnya memilih untuk mencoba peruntungan di luar negeri.

“Di luar negeri, setidaknya ada peluang yang lebih terbuka untuk mendapatkan pekerjaan dan kesempatan untuk berkembang,” tambahnya.

Pernyataan bahwa generasi muda yang ingin pergi ke luar negeri dianggap menghindari tanggung jawab untuk berkontribusi pada negara sempat menuai kritik dari beberapa pihak.

Vivi memiliki pandangan yang berbeda. “Saya rasa, pergi ke luar negeri bukan berarti menghindari tanggung jawab. Setiap orang berhak memilih jalan hidupnya, dan tidak semua orang punya kesempatan untuk tinggal di luar negeri. Namun, saya merasa pemerintah juga perlu memberikan wadah bagi anak muda untuk berkontribusi di Tanah Air,” Vivi menegaskan.

Baginya, kontribusi kepada Indonesia bisa dilakukan dari mana saja. Banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri tetap aktif memberikan kontribusi melalui berbagai bentuk kegiatan, misalnya dengan berbagi pengalaman atau ilmu pengetahuan yang bisa diaplikasikan di Indonesia.

“Contoh seperti Pak BJ Habibie, meskipun beliau tinggal di luar negeri, tetapi tetap memberikan banyak kontribusi besar bagi Indonesia. Banyak juga tenaga ahli Indonesia yang tinggal di luar negeri yang bisa berperan dalam memajukan negara,” terangnya.

Vivi percaya pemerintah Indonesia memiliki peluang besar untuk mengurangi fenomena “Kabur Aja Dulu” jika mereka serius melakukan perbaikan di berbagai sektor.

“Jika pemerintah Indonesia bisa meningkatkan kesejahteraan, memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas, dan menciptakan situasi yang kondusif, saya yakin banyak anak muda yang tidak akan memilih untuk pergi,” tegasnya.

Vivi menekankan pentingnya komitmen pemerintah untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat, bukan golongan tertentu. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, namun kebijakan yang tidak tepat atau tidak melibatkan para ahli dalam pembuatan keputusan justru akan memperburuk keadaan.

Saat ditanya tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia, Vivi memberikan jawaban yang bijak.

“Setiap orang tentu punya tujuan hidup yang berbeda-beda. Tapi, jika di Indonesia sudah ada kesempatan yang baik dan luas, maka tidak perlu lagi mencari di luar negeri. Namun, tentu saja itu harus didukung dengan kebijakan yang memberikan peluang yang adil untuk semua pihak,” katanya.

Dalam pandangannya, generasi muda membutuhkan kesempatan yang layak dan bukan hanya kebebasan untuk memilih hidup di luar negeri tanpa rasa dihakimi.

“Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk menyediakan peluang bagi anak muda agar mereka bisa berkontribusi di Tanah Air, tidak hanya terfokus pada program-program yang tidak berpihak kepada mereka,” pungkas Vivi.

Foto: Dok. Pribadi