Singapura Magnet Talenta Indonesia: 82% Pekerja Formal Pilih Negeri Singa

Oleh: Angie (Editor) - 19 March 2025

 

Gaji tinggi, peluang karir cemerlang, dan stabilitas ekonomi—tiga magnet kuat yang menarik talenta Indonesia ke negara tetangga. Survei terbaru mengungkap fakta mencolok: 8 dari 10 pekerja formal Indonesia memilih Singapura sebagai 'tanah impian' untuk berkarir di luar negeri, mengalahkan telak negara-negara ASEAN lainnya. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan daya tarik Negeri Singa, tetapi juga potret lebih luas tentang mobilitas tenaga kerja terampil Indonesia di kancah regional.

"Singapura masih menjadi salah satu negara dengan ekonomi terkuat di Asia, menawarkan standar gaji tertinggi dibandingkan negara tetangga termasuk Indonesia," ungkap Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix.

Survei yang dilakukan pada 5-6 Maret 2025 ini menunjukkan kawasan Asia menjadi pilihan 67% responden, diikuti Eropa (52%), Australia (32%), dan Timur Tengah (16%). Faktor utama yang menarik pekerja Indonesia adalah gaji lebih tinggi (79%), peluang pengembangan karir (58%), serta kondisi negara yang lebih aman dan stabil (55%).

 

Talenta IT Indonesia Merambah Singapura

Tenaga IT Indonesia menunjukkan minat lebih besar, dengan 91% menempatkan Singapura sebagai tujuan utama. Fenomena ini diperkuat oleh komitmen pemerintah Singapura yang mengalokasikan S$150 juta melalui New Enterprise Compute Initiative untuk mendukung adopsi AI pada bisnis.

Program Tech:X yang ditandatangani kedua negara pada 2023 juga membuka peluang lebih besar, menyediakan skema visa kerja selama satu tahun bagi talenta digital dari kedua negara.

Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia mencatat 296.970 pekerja migran pada 2024 (naik 8,40% dari tahun sebelumnya), dengan sekitar 130.000 bekerja di Singapura. Fenomena ini juga berdampak pada peningkatan alih kewarganegaraan, dengan 3.912 WNI menjadi warga Singapura selama 2019-2022, mayoritas berusia 25-35 tahun.

"Layaknya dua sisi mata uang, para pekerja migran bisa mendatangkan devisa dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, namun Indonesia juga berisiko kehilangan banyak talenta lokal berpotensi," tutup Timothy.