Lina Oceani: Financially Independent Woman
Naskah : Suci Yulianita Foto : Sutanto
*artikel ini dimuat pada edisi 104, September 2012
Siang itu, wanita cantik nan anggun dengan dress hitam melangkah anggun memasuki pintu Bibliotheque, salah satu restoran mewah di Gedung Sampoerna Strategic Square, Jakarta Selatan. Sembari merapihkan rambutnya yang hitam lebat, ia tersenyum manis, “Halo, maaf ya, saya terlambat, tadi ada sedikit urusan. Sudah makan belum?” sapanya ramah. Dialah wanita yang kami tunggu untuk wawancara dan pemotretan rubrik She’s kali ini, Lina Oceani.
Wanita berparas oriental ini adalah seorang pengusaha wanita yang bergerak di bidang energi, properti, juga fesyen. “Kalau yang energi, Oceani Khatulistiwa Group itu adalah perusahaan keluarga. Tapi yang lainnya, usaha saya sendiri yang belum lama saya rintis,” ia membuka percakapan. Selain itu, ia juga memiliki saham di restoran Bibliotheque, yang dirintisnya bersama beberapa kerabatnya.
Usahanya di bidang fesyen adalah sebuah clothing line dengan label Oceani 13, yang didesain sendiri, dan diproduksi di Tanah Air untuk dipasarkan ke New York, Amerika Serikat. Mengapa ia memilih negara Paman Sam, bukan di negeri sendiri? “Karena saya ingin membawa nama Indonesia. Itu tujuannya,” ucapnya tegas.
Meski belum lama merintis usaha ini, wanita yang akrab disapa Lina ini, tidak terlalu menemui kesulitan dalam menembus pasar Amerika. Itu lantaran ia dibantu oleh putra pertamanya, Daniel Vicco, yang berdomisili di New York. “Menembus pasar Amerika itu susah sekali kalau tidak ada yang bantu, tapi anak saya bisa bantu. Dia juga yang memasarkan busananya di sana, jadi semuanya lancar,” tuturnya. Ke depannya, ia juga berencana untuk mengembangkan di pasar Indonesia, setelah pasar Amerika berjalan dengan baik.
Baru berjalan setahun, perkembangan usaha ini sudah cukup baik. Menurutnya, pembeli di sana banyak yang antusias pada busananya itu, apalagi ternyata kualitas buatan bangsa kita tak kalah dengan kualitas luar. Untuk itu, wanita asli Solo, Jawa Tengah, ini, ingin sekali kelak bisa membawa nama desainer muda Indonesia menuju pasar international, khususnya pasar Amerika.
*artikel ini dimuat pada edisi 104, September 2012
Siang itu, wanita cantik nan anggun dengan dress hitam melangkah anggun memasuki pintu Bibliotheque, salah satu restoran mewah di Gedung Sampoerna Strategic Square, Jakarta Selatan. Sembari merapihkan rambutnya yang hitam lebat, ia tersenyum manis, “Halo, maaf ya, saya terlambat, tadi ada sedikit urusan. Sudah makan belum?” sapanya ramah. Dialah wanita yang kami tunggu untuk wawancara dan pemotretan rubrik She’s kali ini, Lina Oceani.
Wanita berparas oriental ini adalah seorang pengusaha wanita yang bergerak di bidang energi, properti, juga fesyen. “Kalau yang energi, Oceani Khatulistiwa Group itu adalah perusahaan keluarga. Tapi yang lainnya, usaha saya sendiri yang belum lama saya rintis,” ia membuka percakapan. Selain itu, ia juga memiliki saham di restoran Bibliotheque, yang dirintisnya bersama beberapa kerabatnya.
Usahanya di bidang fesyen adalah sebuah clothing line dengan label Oceani 13, yang didesain sendiri, dan diproduksi di Tanah Air untuk dipasarkan ke New York, Amerika Serikat. Mengapa ia memilih negara Paman Sam, bukan di negeri sendiri? “Karena saya ingin membawa nama Indonesia. Itu tujuannya,” ucapnya tegas.
Meski belum lama merintis usaha ini, wanita yang akrab disapa Lina ini, tidak terlalu menemui kesulitan dalam menembus pasar Amerika. Itu lantaran ia dibantu oleh putra pertamanya, Daniel Vicco, yang berdomisili di New York. “Menembus pasar Amerika itu susah sekali kalau tidak ada yang bantu, tapi anak saya bisa bantu. Dia juga yang memasarkan busananya di sana, jadi semuanya lancar,” tuturnya. Ke depannya, ia juga berencana untuk mengembangkan di pasar Indonesia, setelah pasar Amerika berjalan dengan baik.
Baru berjalan setahun, perkembangan usaha ini sudah cukup baik. Menurutnya, pembeli di sana banyak yang antusias pada busananya itu, apalagi ternyata kualitas buatan bangsa kita tak kalah dengan kualitas luar. Untuk itu, wanita asli Solo, Jawa Tengah, ini, ingin sekali kelak bisa membawa nama desainer muda Indonesia menuju pasar international, khususnya pasar Amerika.