E-Cigarette, Bukan Cara Jitu Berhenti Merokok
Naskah : Sahrudi/dari berbagai sumber Foto : Istimewa
Beragam cara dilakukan para perokok untuk berhenti dari kebiasaan buruknya itu. Mulai dari mencoba puasa rokok, mengurangi rokok secara bertahap, hingga melakukan hipnoterapi. Hasilnya, ada yang sukses tapi lebih banyak yang gagal. Termasuk dengan rokok elektronik atau e-cigarette yang ditengarai mampu mengurangi atau bahkan menghapus kebiasaan merokok.
Meski rokok elektronik ini ditemukan pertama kali oleh Ruyan Corporation di Tiongkok pada tahun 2003 namun jumlah orang yang menggunakan rokok elektronik ini terus meningkat di tahun 2014. Bahkan menurut bbc.co.uk, pengguna rokok ini di Inggris meningkat tiga kali dalam dua tahun terakhir menjadi 2,1 juta orang, setengah dari perokok atau bekas perokok sekarang sudah mencoba rokok elektronik, dibandingkan 8% di tahun 2010.
Mengutip LSM Kesehatan Aksi terhadap Merokok dan Kesehatan (ASH) di Inggris yang melakukan sejumlah survei penggunaan rokok elektronik sejak tahun 2010 dan penelitian terakhir dilakukan pada bulan Maret 2014 mengatakan, "besarnya peningkatan penggunaan rokok elektronik dalam empat tahun terakhir mengisyaratkan semakin banyak perokok yang menggunakan alat ini untuk membantu mereka mengurangi atau berhenti merokok," ungkap pimpinan ASH, Deborah Arnott mengatakan. Bahkan penelitian yang dilakukan organisasi Kajian Alat Merokok di Inggris menemukan rokok elektronik mengalahkan penggunaan produk nikotin seperti plester dan permen karet sebagai alat bantu berhenti merokok.
Rokok elektronik ini ada yang berbentuk seperti rokok asli, mengeluarkan asap seperti layaknya rokok biasa. Hanya saja asap itu berasal dari uap air. Menggunakan baterai lithium kecil, rokok elektronik perlu diisi ulang (rechargeable). Beberapa di antaranya dilengkapi lampu LED di ujungnya sehingga memiliki efek menyala seperti rokok tembakau.
Beragam cara dilakukan para perokok untuk berhenti dari kebiasaan buruknya itu. Mulai dari mencoba puasa rokok, mengurangi rokok secara bertahap, hingga melakukan hipnoterapi. Hasilnya, ada yang sukses tapi lebih banyak yang gagal. Termasuk dengan rokok elektronik atau e-cigarette yang ditengarai mampu mengurangi atau bahkan menghapus kebiasaan merokok.
Meski rokok elektronik ini ditemukan pertama kali oleh Ruyan Corporation di Tiongkok pada tahun 2003 namun jumlah orang yang menggunakan rokok elektronik ini terus meningkat di tahun 2014. Bahkan menurut bbc.co.uk, pengguna rokok ini di Inggris meningkat tiga kali dalam dua tahun terakhir menjadi 2,1 juta orang, setengah dari perokok atau bekas perokok sekarang sudah mencoba rokok elektronik, dibandingkan 8% di tahun 2010.
Mengutip LSM Kesehatan Aksi terhadap Merokok dan Kesehatan (ASH) di Inggris yang melakukan sejumlah survei penggunaan rokok elektronik sejak tahun 2010 dan penelitian terakhir dilakukan pada bulan Maret 2014 mengatakan, "besarnya peningkatan penggunaan rokok elektronik dalam empat tahun terakhir mengisyaratkan semakin banyak perokok yang menggunakan alat ini untuk membantu mereka mengurangi atau berhenti merokok," ungkap pimpinan ASH, Deborah Arnott mengatakan. Bahkan penelitian yang dilakukan organisasi Kajian Alat Merokok di Inggris menemukan rokok elektronik mengalahkan penggunaan produk nikotin seperti plester dan permen karet sebagai alat bantu berhenti merokok.
Rokok elektronik ini ada yang berbentuk seperti rokok asli, mengeluarkan asap seperti layaknya rokok biasa. Hanya saja asap itu berasal dari uap air. Menggunakan baterai lithium kecil, rokok elektronik perlu diisi ulang (rechargeable). Beberapa di antaranya dilengkapi lampu LED di ujungnya sehingga memiliki efek menyala seperti rokok tembakau.