dr. Yuli: Work Life Balance
Naskah : Suci Yulianita Foto : Sutanto
Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Dalam perjalanan hidupnya, ia menemukan gairah yang begitu besar pada ilmu kedokteran. Setamat SMA, ia mantap melangkah mengambil kuliah kedokteran di salah satu universitas bergengsi di Jakarta. Ketekunannya mengantar ia meraih lulusan kedokteran terbaik dengan predikat Cum Laude. Kini, Yuli dikenal sebagai salah satu dokter estetika di Indonesia.
Orang bilang ilmu kedokteran adalah disiplin ilmu yang berat. Tapi tidak bagi Yuli. Dengan ketekunan dan keseriusannya, ia mampu menguasai ilmu itu. Malah, ia mengakui matematika dan fisika jauh lebih rumit.
“Dari SMA saya minatnya memang sama ilmu biologi yang mendukung ilmu kedokteran. Kalau pelajaran yang berhitung, seperti akuntansi, matematika atau fisika, saya akui saya lemah, saya nggak ngerti. Akhirnya saya mantap memutuskan kuliah kedokteran. Orang bilang kuliah kedokteran itu berat, tapi kalau kita tekun dan rajin pasti bisa,” ceritanya mengawali pembicaraan.
Setelah lulus kuliah kedokteran dengan predikat Cum Laude, ia sempat ingin melanjutkan spesialis mata. Namun karena beberapa kendala, ia terpaksa mengurungkan cita-citanya itu. Namun Yuli tak patah arang. Ya, banyak jalan menuju Roma! Tak bisa menjadi dokter spesialis mata, Yuli pun berlabuh pada pilihannya, yakni menjadi seorang dokter estetika.
Ia jatuh cinta pada ilmu kedokteran estetika sejak 2007. Menurutnya ilmu ini sangat menarik lantaran terdapat nilai seni di dalamnya. Selain itu, sebagai seorang ibu dari dua putrinya, ia merasa dengan menjadi dokter estetika yang memiliki jam praktek yang jelas, ia masih bisa meluangkan waktunya bersama sang buah hati.
“Menjalani profesi sebagai dokter estetika sangat menyenangkan, jam kerjanya jelas, dan saya tidak perlu jaga malam. Sehingga masih ada waktu bersama keluarga,” kata wanita berdarah Chinese-Palembang ini.
Ya, meski sibuk sebagai seorang dokter, Yuli tak pernah melupakan perannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Sebelum bekerja, bahkan Yuli masih menyempatkan diri memasak untuk keluarga kecilnya, dan mengantar sang buah hati berangkat sekolah terlebih dahulu. Malam hari, sebelum tidur, Yuli pun masih menyempatkan diri bermain dan menemani sang putri belajar. Begitulah kesehariannya bersama keluarga kecilnya.
Dengan begitu, isteri dari dr. Hendrik Wiraatmaja ini, merasa hidupnya sudah cukup sempurna dan lengkap. Ia pun tak pernah lupa mengucap syukur kepada sang Pencipta atas segala yang telah dimilikinya. “Saya sangat bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan yang telah memberikan saya hidup yang lengkap. Yang juga penting adalah saya diberi kesehatan. Jadi apa yang bisa saya kerjakan, selama saya masih bisa, ya saya kerjakan. Tapi kalau kita sudah tidak sehat, mau beraktivitas juga tidak bisa kan. Jadi kesehatan itu nomor satu yah,” ucapnya penuh rasa syukur.
Setelah cukup lama menekuni kedokteran estetika dan melanglang buana dari satu klinik ke klinik lainnya, penyuka warna hitam dan merah ini, akhirnya bergabung pada sebuah klinik kecantikan yang baru berdiri pada April 2014 silam, Skin+. Klinik ini didirikan berdasarkan permintaan pasar yang tinggi akan kebutuhan perawatan kecantikan dewasa ini.
Menurutnya, kini tak hanya para wanita saja yang peduli akan perawatan, para pria khususnya eksekutif, professional dan pejabat, juga sudah mulai memperhatikan penampilan dan banyak yang melakukan perawatan ke klinik kecantikan. Begitu pun dengan usia, klinik kecantikan tak hanya diminati wanita dewasa yang sudah mulai menua, namun juga diminati wanita muda mulai usia 20 tahunan yang sudah mulai memperhatikan penampilan.
Skin+ menyediakan perawatan kecantikan dan anti aging dengan menggunakan teknologi laser terbaik dari Amerika Serikat. Dengan begitu, Yuli menjamin perawatan di Skin+ akan memberikan hasil sempurna. Pasien tak perlu khawatir kulitnya akan memerah dan mengelupas setelah perawatan. “Kami menggunakan laser non ablative terbaik, tidak membuat kulit mengelupas dan tidak membekas. Jadi pasien bisa langsung beraktivitas setelah perawatan,” terang Yuli.
Klinik yang terletak di kawasan Wijaya I ini, menyediakan berbagai macam perawatan wajah, antara lain, untuk pengencangan kulit, untuk meniruskan wajah, dan untuk wajah yang bermasalah dengan double chin. Di sini, wanita bisa meniruskan wajah menggunakan teknologi laser, tanpa harus operasi. Selain itu, Skin+ juga memiliki jenis laser yang dapat merangsang proses kolagenisasi kulit yang berfungsi untuk mengecilkan pori-pori dan menghilangkan kerutan-kerutan pada wajah.
Meski termasuk pendatang baru, Skin+ mampu bersaing dengan klinik lainnya. Selain karena mengutamakan pelayanan dan kualitas produk, harga yang ditawarkan juga bersaing. Diakui Yuli, 90% pasien yang datang menyatakan puas, dan mereka kembali lagi. “Respon mereka bagus. Makanya saya juga happy sekali dengan hasilnya. Saya senang sekali kalau pasien puas. Seperti ada kepuasan tersendiri. Jadi nggak sia-sia yah selama ini belajar,” katanya.
Putri ke-empat dari enam bersaudara ini, mengaku sangat mengagumi sang ayah yang juga menjadi inspirator dalam hidupnya selama ini. Ia menceritakan kisah hidup ayahnya, yang semula bukan siapa-siapa bisa menjadi seorang pebisnis yang diraih dengan ketekunan dan kerja keras. “Beliau itu benar-benar merintis dari bawah hingga sukses dan bisa menyekolahkan ke-enam anaknya minimal S1. Beliau benar-benar pekerja keras dan tekun. Sampai sekarang pun beliau masih bekerja, mengurus semuanya sendiri. Itu inspiratif banget buat saya. Beruntung banget punya orang tua seperti beliau,” bebernya penuh rasa haru.
Melihat profesinya sebagai seorang dokter estetika, Yuli tentunya harus selalu tampil cantik, segar, bugar dan sehat di hadapan para pasiennya. Dalam hal ini, ia menjaga kebugaran tubuhnya dengan rutin berolahraga Yoga minimal tiga kali dalam seminggu, mengonsumsi asupan vitamin kulit, minum jus setiap hari, dan cukup istirahat minimal 6 jam per hari. Selain itu, wanita yang hobi membaca ini, juga mengaku sangat menjaga asupan makanan, “saya itu jarang sekali makan di luar, saya selalu masak karena lebih sehat, dan dari segi gizi juga terkontrol,” ia menutup pembicaraan.
Yuligrafi:
Nama Lengkap dr. Yuliaty Lahir Jakarta, 29 Juli 1979 Pendidikan Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta Tinggi/Berat 158 cm/48 kg Hobi Membaca Keluarga dr. Hendrik Wiraatmaja (suami), Kierra Viriyaatmaja dan Kania Widyaatmaja (putri)
Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Dalam perjalanan hidupnya, ia menemukan gairah yang begitu besar pada ilmu kedokteran. Setamat SMA, ia mantap melangkah mengambil kuliah kedokteran di salah satu universitas bergengsi di Jakarta. Ketekunannya mengantar ia meraih lulusan kedokteran terbaik dengan predikat Cum Laude. Kini, Yuli dikenal sebagai salah satu dokter estetika di Indonesia.
Orang bilang ilmu kedokteran adalah disiplin ilmu yang berat. Tapi tidak bagi Yuli. Dengan ketekunan dan keseriusannya, ia mampu menguasai ilmu itu. Malah, ia mengakui matematika dan fisika jauh lebih rumit.
“Dari SMA saya minatnya memang sama ilmu biologi yang mendukung ilmu kedokteran. Kalau pelajaran yang berhitung, seperti akuntansi, matematika atau fisika, saya akui saya lemah, saya nggak ngerti. Akhirnya saya mantap memutuskan kuliah kedokteran. Orang bilang kuliah kedokteran itu berat, tapi kalau kita tekun dan rajin pasti bisa,” ceritanya mengawali pembicaraan.
Setelah lulus kuliah kedokteran dengan predikat Cum Laude, ia sempat ingin melanjutkan spesialis mata. Namun karena beberapa kendala, ia terpaksa mengurungkan cita-citanya itu. Namun Yuli tak patah arang. Ya, banyak jalan menuju Roma! Tak bisa menjadi dokter spesialis mata, Yuli pun berlabuh pada pilihannya, yakni menjadi seorang dokter estetika.
Ia jatuh cinta pada ilmu kedokteran estetika sejak 2007. Menurutnya ilmu ini sangat menarik lantaran terdapat nilai seni di dalamnya. Selain itu, sebagai seorang ibu dari dua putrinya, ia merasa dengan menjadi dokter estetika yang memiliki jam praktek yang jelas, ia masih bisa meluangkan waktunya bersama sang buah hati.
“Menjalani profesi sebagai dokter estetika sangat menyenangkan, jam kerjanya jelas, dan saya tidak perlu jaga malam. Sehingga masih ada waktu bersama keluarga,” kata wanita berdarah Chinese-Palembang ini.
Ya, meski sibuk sebagai seorang dokter, Yuli tak pernah melupakan perannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Sebelum bekerja, bahkan Yuli masih menyempatkan diri memasak untuk keluarga kecilnya, dan mengantar sang buah hati berangkat sekolah terlebih dahulu. Malam hari, sebelum tidur, Yuli pun masih menyempatkan diri bermain dan menemani sang putri belajar. Begitulah kesehariannya bersama keluarga kecilnya.
Dengan begitu, isteri dari dr. Hendrik Wiraatmaja ini, merasa hidupnya sudah cukup sempurna dan lengkap. Ia pun tak pernah lupa mengucap syukur kepada sang Pencipta atas segala yang telah dimilikinya. “Saya sangat bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan yang telah memberikan saya hidup yang lengkap. Yang juga penting adalah saya diberi kesehatan. Jadi apa yang bisa saya kerjakan, selama saya masih bisa, ya saya kerjakan. Tapi kalau kita sudah tidak sehat, mau beraktivitas juga tidak bisa kan. Jadi kesehatan itu nomor satu yah,” ucapnya penuh rasa syukur.
Setelah cukup lama menekuni kedokteran estetika dan melanglang buana dari satu klinik ke klinik lainnya, penyuka warna hitam dan merah ini, akhirnya bergabung pada sebuah klinik kecantikan yang baru berdiri pada April 2014 silam, Skin+. Klinik ini didirikan berdasarkan permintaan pasar yang tinggi akan kebutuhan perawatan kecantikan dewasa ini.
Menurutnya, kini tak hanya para wanita saja yang peduli akan perawatan, para pria khususnya eksekutif, professional dan pejabat, juga sudah mulai memperhatikan penampilan dan banyak yang melakukan perawatan ke klinik kecantikan. Begitu pun dengan usia, klinik kecantikan tak hanya diminati wanita dewasa yang sudah mulai menua, namun juga diminati wanita muda mulai usia 20 tahunan yang sudah mulai memperhatikan penampilan.
Skin+ menyediakan perawatan kecantikan dan anti aging dengan menggunakan teknologi laser terbaik dari Amerika Serikat. Dengan begitu, Yuli menjamin perawatan di Skin+ akan memberikan hasil sempurna. Pasien tak perlu khawatir kulitnya akan memerah dan mengelupas setelah perawatan. “Kami menggunakan laser non ablative terbaik, tidak membuat kulit mengelupas dan tidak membekas. Jadi pasien bisa langsung beraktivitas setelah perawatan,” terang Yuli.
Klinik yang terletak di kawasan Wijaya I ini, menyediakan berbagai macam perawatan wajah, antara lain, untuk pengencangan kulit, untuk meniruskan wajah, dan untuk wajah yang bermasalah dengan double chin. Di sini, wanita bisa meniruskan wajah menggunakan teknologi laser, tanpa harus operasi. Selain itu, Skin+ juga memiliki jenis laser yang dapat merangsang proses kolagenisasi kulit yang berfungsi untuk mengecilkan pori-pori dan menghilangkan kerutan-kerutan pada wajah.
Meski termasuk pendatang baru, Skin+ mampu bersaing dengan klinik lainnya. Selain karena mengutamakan pelayanan dan kualitas produk, harga yang ditawarkan juga bersaing. Diakui Yuli, 90% pasien yang datang menyatakan puas, dan mereka kembali lagi. “Respon mereka bagus. Makanya saya juga happy sekali dengan hasilnya. Saya senang sekali kalau pasien puas. Seperti ada kepuasan tersendiri. Jadi nggak sia-sia yah selama ini belajar,” katanya.
Putri ke-empat dari enam bersaudara ini, mengaku sangat mengagumi sang ayah yang juga menjadi inspirator dalam hidupnya selama ini. Ia menceritakan kisah hidup ayahnya, yang semula bukan siapa-siapa bisa menjadi seorang pebisnis yang diraih dengan ketekunan dan kerja keras. “Beliau itu benar-benar merintis dari bawah hingga sukses dan bisa menyekolahkan ke-enam anaknya minimal S1. Beliau benar-benar pekerja keras dan tekun. Sampai sekarang pun beliau masih bekerja, mengurus semuanya sendiri. Itu inspiratif banget buat saya. Beruntung banget punya orang tua seperti beliau,” bebernya penuh rasa haru.
Melihat profesinya sebagai seorang dokter estetika, Yuli tentunya harus selalu tampil cantik, segar, bugar dan sehat di hadapan para pasiennya. Dalam hal ini, ia menjaga kebugaran tubuhnya dengan rutin berolahraga Yoga minimal tiga kali dalam seminggu, mengonsumsi asupan vitamin kulit, minum jus setiap hari, dan cukup istirahat minimal 6 jam per hari. Selain itu, wanita yang hobi membaca ini, juga mengaku sangat menjaga asupan makanan, “saya itu jarang sekali makan di luar, saya selalu masak karena lebih sehat, dan dari segi gizi juga terkontrol,” ia menutup pembicaraan.
Yuligrafi:
Nama Lengkap dr. Yuliaty Lahir Jakarta, 29 Juli 1979 Pendidikan Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta Tinggi/Berat 158 cm/48 kg Hobi Membaca Keluarga dr. Hendrik Wiraatmaja (suami), Kierra Viriyaatmaja dan Kania Widyaatmaja (putri)