World Muslimah Award 2014: Solehah, Smart, & Stylish
Naskah : Suci Yulianita/berbagai sumber Foto : Istimewa
Mengulang kesuksesan World Muslimah Award (Miss World Muslimah) tahun lalu yang digelar di Balai Sarbini Jakarta, tahun ini ajang ratu sejagad versi Islam itu, World Muslimah Award 2014 kembali digelar di Indonesia. Mengambil tempat di DI Yogyakarta, para kontestan yang terdiri dari 25 finalis dari 18 negara turut berpartisipasi memperebutkan gelar duta muslimah sedunia ini.
Sekilas ajang ini tampak sama dengan ajang kontes kecantikan dunia lainnya, seperti Miss World atau Miss Universe. Bahkan sempat ada beberapa pihak yang menentang digelarnya acara ini lantaran tidak sesuai dengan nilai-nilai aqidah Islam, ada juga yang mengatakan acara ini merupakan latah atau ikut-ikutan ajang kontes serupa demi mencari sensasi yang menyebabkan akan kehilangan panutan seorang muslimah sesungguhnya.
Namun jika melihat proses seleksi kontestan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama masa karantina tentu jauh berbeda dari kontes kecantikan lainnya. Ya penjurian dan aktivitas World Muslimah Award tentunya sangat kental dengan nilai-nilai keislaman, salah satu contohnya, para kontestan harus bisa membaca ayat suci alquran dengan baik, tentunya juga harus menguasai teknik dan tajwid.
Selain itu, diakui founder World Muslimah Award, Eka Shanty, ajang ini lebih mengutamakan keseimbangan antara jiwa, raga, dan hati tiap kontestannya. Misal, jika dalam kontestan kecantikan lain yang diukur adalah ukuran tubuh, yang diukur dalam kontestan World Muslimah Award adalah kesehatan dan kebugaran tubuh. Jadi jelas nilai-nilai keislaman yang diterapkan tersebut, menjadikan World Muslimah Award berbeda dari ajang sejenis lainnya.
Mengulang kesuksesan World Muslimah Award (Miss World Muslimah) tahun lalu yang digelar di Balai Sarbini Jakarta, tahun ini ajang ratu sejagad versi Islam itu, World Muslimah Award 2014 kembali digelar di Indonesia. Mengambil tempat di DI Yogyakarta, para kontestan yang terdiri dari 25 finalis dari 18 negara turut berpartisipasi memperebutkan gelar duta muslimah sedunia ini.
Sekilas ajang ini tampak sama dengan ajang kontes kecantikan dunia lainnya, seperti Miss World atau Miss Universe. Bahkan sempat ada beberapa pihak yang menentang digelarnya acara ini lantaran tidak sesuai dengan nilai-nilai aqidah Islam, ada juga yang mengatakan acara ini merupakan latah atau ikut-ikutan ajang kontes serupa demi mencari sensasi yang menyebabkan akan kehilangan panutan seorang muslimah sesungguhnya.
Namun jika melihat proses seleksi kontestan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama masa karantina tentu jauh berbeda dari kontes kecantikan lainnya. Ya penjurian dan aktivitas World Muslimah Award tentunya sangat kental dengan nilai-nilai keislaman, salah satu contohnya, para kontestan harus bisa membaca ayat suci alquran dengan baik, tentunya juga harus menguasai teknik dan tajwid.
Selain itu, diakui founder World Muslimah Award, Eka Shanty, ajang ini lebih mengutamakan keseimbangan antara jiwa, raga, dan hati tiap kontestannya. Misal, jika dalam kontestan kecantikan lain yang diukur adalah ukuran tubuh, yang diukur dalam kontestan World Muslimah Award adalah kesehatan dan kebugaran tubuh. Jadi jelas nilai-nilai keislaman yang diterapkan tersebut, menjadikan World Muslimah Award berbeda dari ajang sejenis lainnya.