Menteri BUMN Dahlan Iskan "Perusahaan Negara tak Mungkin Bersaing dengan Swasta"

‘’Besok Pak Dahlan cek kesehatan dulu sebelum saya lantik sebagai Menteri BUMN,’’ begitu kata Dahlan, menirukan ucapan Presiden SBY usai diterima di Istana Negara satu setengah tahun yang lalu.
Kini sosok laki-laki sederhana itu lekat dengan kebangkitan BUMN. Dahlan diakui telah berbuat sesautu yang nyata dalam meningkatkan kinerja BUMN yang selama ini dianggap minus. Bagaimana perkembangan BUMN di bawah Dahlan Iskan selama satu setengah tahun terakhir, Bahar Maksum dari Men’s Obsession menemui Dahlan Iskan dalam sebuah sesi wawancara khusus beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:
Apa kabar Pak Menteri?
Alhamdulillah, sehat wal afiat. Jangan panggil Pak Menteri lah, Dahlan Iskan saja. Terus terang, sejak saya diangkat sebagai Menteri BUMN, saya tidak pernah duduk di kursi menteri itu. Saya lebih senang duduk di sini, di meja kerja ini. Makanya, saya lebih senang Anda panggil saya, Dahlan Iskan. Oke, apa pertanyaannya?
Sepertinya Anda tidak pernah diam. Kerja, kerja, dan kerja terus. Bagaimana Bapak menjaga kesehatan, sehingga tetap prima dalam menjalankan tugas Negara?
Saya ini sebenarnya baru sembuh atau baru sehat setelah menjalani transplantasi hati beberapa tahun lalu. Saat itu, saya kena hepatitis, sehingga hati saya harus dibuang karena telah digerogoti kanker yang sangat parah. Alhamdulillah, setelah menjalani transplantasi, saya jadi sehat. Oleh karena itu, kesehatan yang saya raih ini harus saya jaga terus menerus. Caranya, menjalani hidup secara sehat dengan selalu minum obat yang dianjurkan oleh tim dokter yang melakukan operasi transplantasi di Cina dulu. Selain itu, ya tekun berolahraga serta mengonsumsi makanan yang juga dianjurkan oleh tim dokter tadi.
Olah raga apa yang Anda tekuni?
Setiap hari, habis Subuh saya harus olah raga, minimal dengan jalan kaki. Kalau saya di Jakarta, ya saya jalan kaki keliling Monas. Kalau sedang di daerah, juga begitu, jogging, atau paling senam, ya senam gangnam style itu. Kalau di daerah, kadang secara beramai-ramai di lapangan. Saya sangat senang olah raga itu.
Satu setengah tahun sebagai Menteri BUMN, bagaimana perkembangannya hingga saat ini?
Mestinya pertanyaan itu tidak diajukan kepada saya, tetapi kepada orang lain yang tahu perkembangan BUMN. Kalau saya yang jawab, mungkin saya akan bilang semuanya bagus, kecuali beberapa BUMN yang masih terus diusahakan untuk disehatkan.
Bapak kan lebih tahu tentang keadaan semua BUMN yang bapak pimpin? Bagaimana keadaan sebenarnya?
Oke, kalau begitu. BUMN itu kan jumlahnya 142 perusahaan. Sebagian besar sudah sehat dan sudah meraih keuntungan besar. Sebagian yang lain, sudah sehat, tapi keuntungannya masih kecil. Ada juga yang sedang diusahakan agar sehat. Bahkan, ada juga yang sedang mati suri, mungkin bisa disehatkan atau mungkin kita tutup. Gambaran umumnya seperti itu.
Bapak pernah bilang, saat ini era kebangkitan BUMN. Bagaimana gambarannya?
Jujur saja. Beberapa perusahaan BUMN itu mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tetapi hal itu membuat saya galau, karena semestinya perusahaan swasta yang harus berkembang pesat dan sehat. Tidak mungkin lah perusahaan milik Negara itu bersaing dengan swasta. Pasti swasta akan kalah. Masak Negara berhadapan dengan rakyat. Oleh karena itu, saya berusaha mendorong perusahaan swasta agar lebih agresif. Sekarang justru perusahaan BUMN yang agresif. Ini sebenarnya kurang sehat, mestinya Negara tidak boleh buka usaha, karena hal itu berarti bersaing dengan rakyat.
Lantas bagaimana mengatasi masalah itu?
Pertama, saya minta kepada para direksi perusahaan BUMN untuk tidak mengandalkan pekerjaan dari pemerintah, melainkan usaha sendiri dengan melakukan investasi atau dalam bentuk usaha lainnya. Kedua, kalau pun ikut tender dalam proyek pemerintah, minimal nilainya di atas Rp 25 milyar. Sehingga proyek-proyek yang di bawahnya, biar perusahaan swasta yang mengerjakannya. Kalau nilai proyek itu di atas Rp 25 milyar, bolehlah perusahaan BUMN bersaing dengan perusahaan swasta yang besar-besar secara sehat dan transparan. Ketiga, saya juga mendorong mereka untuk ekspansi ke luar negeri. Beberapa perusahaan BUMN telah melakukan hal itu, dan banyak yang sukses.