Indarto Pamoengkas (Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM PT Len Industri (Persero)
Figur di Balik Sukses Kolaborasi BUMN Industri Pertahanan
Naskah: Sahrudi/Gia Putri Foto: Sutanto/dok. Pribadi
Kepiawaiannya sebagai pengatur strategi keuangan perusahaan holding merupakan alasan yang tepat bagi Menteri BUMN Erick Thohir untuk mendapuk Indarto Pamoengkas sebagai Direktur Keuangan, Mitigasi Risiko & SDM PT Len Industri (Persero)/DEFEND ID. Betapa tidak, success story sebagai direktur yang menangani masalah keuangan ini pernah ia cetak saat menjabat sebagai direksi di PT Pupuk Indonesia (Persero). Dengan sentuhan 'tangan dingin'-nya, ia mampu meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Pupuk Indonesia secara signifikan. Eksistensinya di PT Len Industri tentu saja sebagai upaya memperkuat peran PT Len Industri memimpin kolaborasi antar BUMN di bidang industri pertahanan dalam mewujudkan kemandirian industri pertahanan nasional menjadi lebih maju, kuat, mandiri dan berdaya saing, sekaligus meningkatkan kinerja keuangan dan operasionalnya, sehingga dapat turut berkontribusi memperkuat sektor industri pertahanan, transportasi kereta, energi baru terbarukan, serta information & communication technology (ICT) dan navigasi di Indonesia.
Ketika ditemui di ruang kerjanya, Indarto banyak bercerita tentang bagaimana langkah yang dilakukannya bersama direksi lain dalam upaya mewujudkan PT Len Industri menjadi induk holding BUMN industri pertahanan, yakni PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Pindad, serta PT Dahana. Dan, itu tak semudah membalikkan telapak tangan. ”Karena mereka sebelumnya merupakan entitas yang terpisah, yang seringkali di lapangan saling bersaing. Dampak persaingan ini adalah inefisiensi dan tidak memberikan hasil maksimal bagi negara. Oleh karena itu, setelah digabung, kami melakukan segmentasi bisnis secara tegas dan clear. Misal, dulu PT Len Industri bersaing dengan PT PAL dalam rangka revitalisasi kapal, sekarang kami berkolaborasi dalam mengejar suatu proyek, begitu dapat, hasilnya kami bagi secara sesuai kompetensinya masing-masing.
Dengan begitu terjadi efisiensi dari segi waktu, biaya serta tenaga, yang pada akhirnya menghasilkan nilai tambah yang maksimal bagi perusahaan,” ujarnya seraya menambahkan bahwa kunci utamanya dalam merumuskan penyatuan BUMN adalah menghasilkan efisiensi dan memberikan nilai tambah.
Kini, holding BUMN Industri Pertahanan DEFEND ID berkomitmen sepenuhnya untuk membangun industri pertahanan nasional yang maju, kuat, mandiri, berdaya saing dan terkemuka di pasar global, serta berusaha mencapai target menjadi Top 50 Global Defense Company pada tahun 2024. Ia mengaku target sangat challenging dan dibutuhkan kerja keras serta dukungan dari para stakeholder untuk mencapainya.
”Kami akan all out untuk mencapai target tersebut. Ada beberapa strategi yang kami lakukan, antara lain dengan meningkatkan kemampuan DEFEND ID melakukan pengembangan bisnis, dengan melakukan kerja sama dengan para industri pertahanan (principal) di luar negeri yang memang sudah leading, melalui skema partnership, dengan cara membentuk perusahaan baru atau join venture dan tentunya akan diikuti pula dengan transfer knowledge, hingga transfer teknologinya,” jelasnya.
Dari transfer knowledge, sambung Indarto, DEFEND ID juga harus menguasai pengembangan teknologinya supaya dapat diterapkan di Indonesia sehingga nantinya bangsa ini bisa memproduksi sendiri, dan tidak perlu lagi impor dari luar. Agar pengembangan dan penguasaan teknologinya ada di dalam negeri, alumni Universitas Airlangga ini melaksanakan kiat membangun sumber daya manusia. ”Keinginan saya di bidang sumber daya manusia adalah menyiapkan setiap insan di DEFEND ID menjadi insan yang tangguh, berkarakter dan memiliki integritas tinggi. Berbagai cara kami lakukan untuk mengembangkan SDM, seperti memberikan kesempatan pegawai berprestasi untuk magang di perusahaan partner kerja (principal). Di sana, mereka tak hanya turut mengerjakan proyek-proyek yang kami pesan, tetapi juga membantu menyelesaikan berbagai proyek dari pihak lain. Dengan begitu, wawasan serta pengalaman mereka akan bertambah,” papar peraih Magister Akuntansi di Universitas Indonesia dan Doktor Manajemen Strategi di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Padjajaran tersebut.
Terkait pembiayaan dalam proses pengembangan menuju Top 50 Global Defense Company, Indarto melakukan berbagai macam strategi keuangan untuk bisa mendanai proyek yang diperoleh sehingga proyek tersebut sehat, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi positif pada perusahaan. Strategi pembiayaan mulai dari pendanaan perbankan dan non perbankan, penerbitan Medium Term Note (MTN), Obligasi, Vendor Financing, Joint Financing, dan seterusnya. Pria berdarah Jawa ini optimis dengan dukungan yang kuat dari pemerintah dan stakeholder, target DEFEND ID menjadi perusahaan pertahanan yang kuat dan besar dapat diwujudkan.