Madani IFF 2023 Siap Hadirkan Ragam Karya Film dan Pesan Kebudayaan
Madani International Film Festival (Madani IFF) akan memulai perhelatannya pada 7 -12 Oktober 2023 di Jakarta. Festival ini akan berlangsung di berbagai tempat, termasuk Madani Misbar, Teater Besar, Teater Asrul Sani, dan Teater Sjuman Djaya di Gedung Trisno Soemardjo, Taman Ismail Marzuki, Epicentrum XXI, Metropole XXI, dan Binus University Alam Sutera.
Madani IFF, yang diselenggarakan untuk keenam kalinya, merupakan inisiatif dari Mizan dan Pabrikultur dengan dukungan dari Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia serta Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Festival ini telah menjadi wadah yang konsisten menghadirkan pesan kehidupan umat Muslim dari berbagai sudut pandang, baik sebagai mayoritas maupun minoritas. Tujuannya adalah agar penonton dan peserta dapat lebih memahami beragamnya kehidupan, impian, dan harapan umat Muslim dalam berbagai konteks, yang pada akhirnya diharapkan dapat memupuk rasa persaudaraan dalam keberagaman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengungkapkan, dukungan pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang membawa dampak positif bagi masyarakat, termasuk Madani IFF yang mempromosikan keberagaman dan toleransi melalui film.
Madani IFF memiliki peran unik dalam dunia festival film, menjadi satu-satunya platform yang didedikasikan untuk isu moderasi agama yang penting, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh Asia dan dunia. Festival ini memainkan peran kunci dalam memperlihatkan pentingnya moderasi agama dan harmoni dalam masyarakat.
"Di dunia, di mana pemahaman dan harmoni semakin penting, festival ini memainkan peran penting dalam memberikan harapan tentang pentingnya moderasi agama dan signifikansinya dalam masyarakat kita,” ujar Mahendra.
Wakil Ketua II DKJ dan Anggota Komite Film DKJ Felencia Hutabarat menyebutkan bahwa Madani IFF merupakan salah satu program internasional yang mendapatkan perhatian dan dukungan oleh DKJ dalam kerangka besar mendorong terciptanya ekosistem berkesenian yang membangun, karena kesenian adalah kebutuhan dasar manusia yang memiliki fungsi sosial dan menjadi salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat, dan kemajuan kota di mata masyarakat global.
“DKJ mendukung pelaksanaan Madani International Film Festival sebagai bagian dalam program internasional yang dilaksanakan oleh Komite Film DKJ yang menjadi cerminan kebijakan pengembangan kesenian DKJ. Festival ini menjadi bagian penting dalam program DKJ sebagai wahana untuk merayakan keberagaman, dan film adalah salah satu media kesenian yang memiliki penetrasi kuat ke dalam masyarakat untuk menyampaikan nilai-nilai keberagaman tersebut dalam kacamata global,” papar Felencia.
Madani IFF tahun ini memiliki tema "Buhul," yang mengacu pada ikatan yang sangat kuat, seperti yang terdapat dalam Al Baqarah: 256.
"Jika diterjemahkan secara harfiah, ‘Buhul’ di sini mengacu pada ‘simpul tali’ yang mengikat amat kuat. Pemaknaan ‘buhul’ sebagai ‘simpul dalam tali’ atau ‘ikatan yang sangat kuat’ inilah yang dijadikan inspirasi untuk tema Madani IFF tahun ini," ujar Board Madani IFF Hikmat Darmawan.
Sementara itu, Direktur Festival Sugar Nadia Azier menyebutkan, festival ini menampilkan 75 film dari 26 negara serta program-program menarik lainnya seperti Focus Country: Palestine, Puan Madani, Tenggara, In This World, Madani Classics, Madani Kids, dan puluhan film pendek dari berbagai negara.
"Madani IFF 2023 akan memutar film-film yang terangkum dalam program-program, antara lain, Focus Country: Palestine, Puan Madani, Tenggara, In This World, Madani Classics, Madani Kids, serta puluhan film pendek dari berbagai negara seperti Mesir, Inggris, Iran, Kazakhstan, Lebanon, Nigeria, Pakistan, Polandia, dan Turk," ujar Sugar.
Selain itu, festival ini juga menghadirkan program khusus "Retrospeksi: 50 Tahun Berkarya Christine Hakim: Jiwa Peran Film Indonesia," yang menggali perjalanan karier aktris dan produser Christine Hakim. Ini menjadi kesempatan untuk merayakan keberagaman dan pentingnya film sebagai medium untuk menyampaikan nilai-nilai keberagaman kepada masyarakat.
Madani IFF juga menjalankan program "Madani Misbar," sebuah bioskop luar ruang untuk mendekatkan film-film berkualitas kepada penonton dalam suasana santai. Selain itu, festival ini menggelar berbagai diskusi dan acara lainnya untuk membahas isu-isu penting, seperti civic education dan keadilan gender.
Produser Film dan Board Madani IFF Putut Widjanarko memberikan gambaran lebih dalam mengenai film R-21 Aka Restoring Solidarity. “Suatu hari, sutradara Mohanad Yaqubi di Tokyo dalam rangkaian perjalanannya keliling dunia memutarkan filmnya tentang Palestina. Tak disangka, seorang perempuan menyerahkan arsip video yang tak pernah diketahui sebelumnya, berisi dukungan sebagian masyarakat Jepang pada perjuangan rakyat Palestina,” ujar Putut.
Diambil dari arsip itu, lanjut Putut, film R-21 Aka Restoring Solidarity menggambarkan solidaritas dan empati antar-benua pada Palestina. Film ini menyentuh banyak topik, dari wawancara dengan pimpinan PLO, kehidupan di kamp pengungsian, dan kisah-kisah personal.
Sementara itu, Sutradara film dan Board Madani IFF Garin Nugroho dalam pemaparannya menjelaskan, sinema dapat dimanfaatkan juga sebagai media civic education atau pendidikan kewargaan.
“Saat ini, karya-karya ataupun medium untuk civic education semakin langka. Termasuk juga dalam sinema. Umumnya yang ada adalah analisa, komentar dan, kampanye. Padahal, kita bisa memanfaatkan film sebagai sarana pendidikan politik dan pendidikan kewargaan,” jelas Garin.
Belum lama ini, Garin merilis film baru berjudul Kejarlah Janji untuk menyebarkan pesan kepada masyarakat, khususnya generasi muda agar semakin sadar politik dan tidak golput pada Pemilihan Umum mendatang.
Dalam Madani IFF, civic education itu terkandung dalam keberagaman kisah dan cerita, cara penyampaian, dan latar belakang masing-masing film yang disajikan. Melalui keberagaman yang tersaji tersebut,
"Diharapkan kita mampu mengedepankan toleransi, mempererat buhul-buhul pengikat jiwa-jiwa sebagai sesama manusia," ucap Garin.
Madani IFF tahun ini juga merespon tema civic education dan merangkum hal-hal yang penting untuk dibicarakan dalam program Madani Talks. Di antaranya, bekerja sama dengan gerakan Relax, It’s Just Religion dengan talks berjudul “Politik Itu Biasa Saja, Prasangkanya yang Hebat-Hebat”, juga mengangkat tema perempuan dan keadilan gender, serta memperbincangkan mengenai sinema di Asia Tenggara dan bagaimana perspektif komunitas muslim melalui film-film yang ditayangkan. Kerja sama dengan Universitas Binus akan membincangkan “Kerasukan dan Ruqyah di Layar Lebar.”
Saat konferensi pers ini digelar, panitia juga mengumumkan kabar gembira kehadiran Brillante Mendoza seorang maestro film Philippine New Wave yang telah meraih berbagai penghargaan internasional—untuk menyapa penonton Indonesia setelah pemutaran salah satu filmnya Mindanao.
"Selain Mendoza, juga akan hadir lebih dari 30 filmmaker dari Pakistan, Irak, Iran, selain tentu saja filmmaker kebanggaan dari dalam negeri” demikian pesan Inaya Wahid, Board Madani IFF yang disampaikan melalui pesan singkatnya. (Poy)