Instalasi Seni dari Keresahan pada Limbah Tekstil
Tidak hanya plastik, sampah tekstil kini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Perilaku konsumtif terhadap pakaian menjadi pemicunya. Menyadari hal tersebut, tiga seniman muda, Kemala Hayati, Hafizh Hanani dan Sidqi Al Harris yang menamakan diri Matrahita pun menyadari ancaman tersebut. Ketiga lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini memiliki keresahan yang sama hingga akhirnya melahirkan banyak karya seni.
“Kita punya background seni yang sama dan kita juga punya keresahan yang sama. Karena kita suka belanja baju, suka menumpuk baju di rumah dan akhirnya kita tersadar ‘oh, banyak ya baju-baju yang tidak terpakai tapi bahannya masih bagus’,” ungkap Kemala atau yang akrab disapa Mala ini.
Bertempat di Yogyakarta, mereka pun membuka donasi, menyebar pamflet hingga akhirnya banyak yang tergerak untuk donasi sampah. Baik dari sekitar Yogyakarta maupun dari daerah lain.
Dalam acara IdeaFest 2023 yang digelar pada 29 September – 1 Oktober 2023, Matrahita juga memperlihatkan instalasi mereka sebagai wujud kepedulian terhadap banyaknya limbah tekstil. Instalasi bertajuk ‘Terra’ yang merupakan nama latin dari bumi.
Terra seakan menjadi pengingat bahwa bumi dan manusia akan tenggelam oleh permasalahan jika manusia tidak menghargai dan menjaga bumi. Setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengambil aksi nyata, membangun peradaban yang Lestari.
“Kita ingin mengajak pengunjung turut serta dalam karya kita. Kebetulan karya ini juga interaktif. Teman-teman pengunjung bisa nempelin semacam bola-bola (ke instalasi Terra),” ungkap Hafizh.
Selain membangun instalasi seni, Matrahita juga memiliki program lokakarya bernama Jahita. “Jahit bersama Matrahita. Jadi kita menawarkan semacam kelas kecil di mana teman-teman itu bisa belajar menjahit, membuat merchandise sederhana yang dibuat dari limbah kain yang bisa ditemukan di rumah,” tambah Hafizh.
Sadar jika Matrahita tak bisa bergerak sendiri, Sidqi pun memiliki pesan untuk para generasi muda. Terutama dalam hal limbah tekstil yang menjadi fokus utama mereka kini.
Sidqi menilai membeli barang wajar, namun lebih bijak jika juga memiliki solusi jika barang tersebut juga tidak terpakai lagi.
“Membeli barang itu wajar, cuma mungkin harus meminimalisir atau mungkin kitab isa bersama-sama belajar bagaimana sih caranya dan kita punya solusi untuk melihat ‘oh kalau misalnya barnag ini tidak terpakai, bisa kita apakan ya. Apakah bisa untuk membuat produk baru?”” ungkap Sidqi.
Terakhir, Matrahita juga menyebut proyek yang akan mereka lakoni selanjutnya. “Next project ada di Biennale Yogya. Nanti pembukaannya tanggal 6 Oktober,” tutup Mala. (Agnes)