Retno Marsudi Tegaskan Indonesia Tidak Mau Berpihak dan Tidak Ingin Menjadi Proxy
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengingatkan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.
“Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali dalam berbagai kesempatan mengungkapkan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja,” ungkap Retno saat menjadi pembicara pada ajang Wealth Wisdom tahun 2023 dalam sesi “Indonesia in Between the Superpowers”, belum lama ini.
Kebijakan politik luar negeri Indonesia, lanjut Retno, secara langsung dan tidak langsung terpengaruh dari dinamika geopolitik global, seperti persaingan dan perebutan pengaruh antar negara superpower sampai saat ini tak juga mereda.
Gejolak situasi politik global tersebut merupakan sebuah kondisi yang berkaitan dengan lingkungan strategis nasional Indonesia, karena ada banyak kepentingan nasional Indonesia, baik yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang yang akan terpengaruh.
Sebagaimana tercantum dalam preambul UUD 1945, pencapaian tujuan nasional di berbagai bidang memang tidak terlepas dari lingkungan strategis regional dan global yang memengaruhi.
Selain kepiawaian dalam diplomasi luar negeri dan kecermatan dalam menempatkan diri, prinsip politik luar negeri bebas aktif yang selama ini menjadi pedoman Indonesia di kancah politik global pun harus dipertajam menjadi strategi geopolitik yang bersifat taktis dan komprehensif.
Dengan demikian, selain kepentingan nasional yang harus selalu menjadi acuan dalam praktik diplomasi di forum global dapat terpenuhi, Indonesia juga akan tetap dapat mempertahankan netralitas dan turut mewujudkan perdamaian dunia.
Dari sisi geopolitik, kata Retno, dunia sedang tidak baik- baik saja. Rivalitas sangat besar, suatu kekuatan memberikan tekanan besar ke negara yang tidak berpihak semakin besar, perang Ukraina belum selesai dan masih terjadi instabilitas.
Kendati demikian, Retno menegaskan, Indonesia tetap berpegang teguh pada prinsip tidak mau berpihak pada siapapun dan tidak ingin menjadi proxy. Dengan kepercayaan yang telah diberikan, Indonesia menjadi bridge builder sebagai hasil dari pelaksanaan diplomasi yang aktif memperjuangkan perdamaian dunia, aktif menyuarakan kepentingan negara berkembang dan konsisten berpegang pada prinsip.
“Kita paham bahwa dunia membutuhkan kepemimpinan yang mendengarkan dan menjadi jembatan dari semua perbedaaan,” pungkasnya.