Bayu Krisnamurthi (Direktur Utama Perum BULOG), Pengawal Pasokan Pangan Rakyat
Harus Sampai Ke Tempat Terpencil
Kepercayaan negara kepada BULOG tak lepas dari langkah dan strategi perusahaan umum ini dalam melaksanakan perannya mengatur penyaluran logistik khususnya beras hingga benar-benar sampai ke tangan rakyat. Menurut Bayu, ada tiga langkah besar yang dilakukan BULOG agar perannya bisa benar-benar maksimal. Pertama adalah melakukan stabilisasi pangan. “Untuk itu yang pertama dilakukan tentunya harus kita usahakan dari sisi pengadaannya, dari sisi barang pangannya sendiri, dari mana dia harus diadakan. Dan BULOG bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan pengadaan dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk menyediakan pasokan dalam negeri Indonesia untuk rakyat kita,” ujarnya.
Kemudian langkah kedua adalah menjaga stok di gudang-gudang itu yang jumlahnya sekarang menurut penegasan pemerintah tidak boleh kurang dari 1,2 juta ton dan tersebar di seluruh Indonesia. “Dan yang ketiga adalah menjaga penyalurannya. Dimulai dengan bantuan pangan untuk warga yang paling membutuhkan. Kemudian juga penyaluran ke retail modern, ke pasar tradisional, ke warung-warung untuk memastikan beras-beras tersedia di sana. Demikian juga yang kita lakukan adalah juga menjual beras dan produk produk komersial sedemikian sehingga mereka juga menambah pasokan di pasar. Jadi tiga langkah itu yang kita lakukan. Di hulu, di pergudangan, di stok, dan di hilirnya,” papar Bayu.
Sebagai alat pemerintah di bidang penyaluran pangan, kata Bayu, BULOG akan menjalankan permintaan pemerintah agar dalam situasi yang sedang sulit maka masyarakat perlu dibantu segera. “Pemerintah harus hadir di masyarakat dalam penyediaan pangan. Nah itulah program bantuan pangan. Dan itu sudah dilaksanakan untuk tahun 2024 ini 6 bulan dan akan dilaksanakan lagi 3 bulan ke depan untuk 22 juta keluarga penerima manfaat,” ia menambahkan.
Bersamaan dengan bantuan pangan, tambahnya, BULOG juga menyalurkan beras namanya beras SPHT. Ini adalah beras yang harganya betul-betul terjangkau dengan kualitas premium tapi harganya benar-benar terjangkau. “Dan ini kita sediakan di retail-retail modern, di pasar-pasar. Kemudian juga kita salurkan ke warung-warung,” ceritanya.
BULOG juga melakukan Gerakan Pangan Murah untuk mengantarkan pangan sampai ke tempat terkecil. “Misalnya ke perumahan-perumahan, ke gang-gang, ke desa-desa. Untuk supaya masyarakat bisa langsung terjangkau. Dan bersama dengan itu juga kita tetap melayani juga pembelian beras beras komersial. Beras-beras yang ada brandnya, kualitasnya bagus, jenisnya jelas, dan sesuai dengan selera di daerah masing-masing. Itu juga kita lakukan. Jadi pasokan BULOG diusahakan untuk bisa menjangkau semua lapisan,” terangnya.
Beradaptasi Dengan Teknologi Digitalisasi
Dengan usia yang lebih dari 50 tahun, Bayu mengakui bahwa perjalanan BULOG untuk beradaptasi dengan dunia digital masih sangat perlahan karena berbagai faktor. Namun demikian, perusahaan ini pasti akan memasuki teknologi informasi.
“Saya harus mengatakan dengan sejujurnya, dengan salah satu konsekuensi sebagai perusahaan yang sudah berusia lebih 50 tahun, kami ini sudah tua. Jadi baik dalam konteks infrastruktur yang kita miliki, demikian juga dengan jaringan yang tadi saya sebutkan, itu sudah terbina sangat lama. Nah biasanya pada organisasi yang demikian itu lebih lambat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Sehingga saya harus mengakui bahwa BULOG tidak secepat perusahaan perusahaan lain dalam melakukan dan bisa mengimplementasikan teknologi informasi, digitalisasi dan bahkan sampai ke artificial intelligence. Namun demikian kita sudah melangkah, kita sudah berusaha untuk mengembangkannya termasuk mulai dari Incident Response Plan atau IRP, kita masukan juga ke dalam sistem akuntansi, kita masukkan ke dalam sistem kepegawaian, kita lihat juga dalam cara kita berhubungan dengan para mitra. Kita juga sudah terapkan itu misalnya di penggilingan penggilingan kita yang modern, yang baru. Sistem informasi ini juga kita terapkan pada waktu kita melakukan perencanaan, pada waktu kita juga berurusan dengan supplier-supplier kita dari luar negeri,” ia menerangkan.
Secara perlahan BULOG mencoba untuk menerapkan teknologi itu. Bukan hal yang mudah, tapi menurut Bayu sudah mulai terlihat bentuknya sekarang dan sudah mulai lengkap dalam penerapan digitalisasi.
Relasi dengan Stake Holder
Selain beradaptasi dengan dunia teknologi, Bayu juga membangun relasi yang erat dengan para stake holder sebagai syarat untuk menjaga keseimbangan dan kemajuan perusahaan. “Saya pakai bahasa yang sangat sederhana, seribu teman itu kurang, satu musuh kebanyakan. Jadi ya apalagi dengan posisi BULOG yang demikian penting, demikian strategis, demikian kompleks juga permasalahannya, ya kita harus bisa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak,” tukasnya.
BULOG, katanya lagi, tidak bisa sendirian karenanya harus berada di dalam kebersamaan sistem pangan yang ada. “Nah jadi saya selalu menekankan kepada teman-teman untuk mari kita coba selalu mendengarkan apa yang diberikan pandangannya oleh orang lain, bagaimana aspirasi mereka, bagaimana keinginan mereka, itu kita selalu coba untuk bisa dapatkan masukan. Pada saat yang sama, kita tentunya juga harus membawakan misi kita seperti apa. Dan mari kita cari persamaan dan titik temu, jangan melihat dari sisi perbedaan, jangan belum-belum sudah membangun posisi yang kompetitif, diametral, kita perlu melakukannya dengan jauh lebih akomodatif dan pendekatan networking. Balik lagi, seribu teman itu kurang, satu musuh sudah kebanyakan,” tegasnya.