Mayangsari Dian Irwantari (Direktur Keuangan, SDM, dan Umum PT Transjakarta), Mendongkrak Performa dengan Konsep “Bisa”
Naskah: Arfiah Ramadhanti Foto: Fikar Azmy
Sejak dilantik sebagai Direktur Keuangan, SDM dan Umum PT Transjakarta pada 7 Agustus 2023 lalu, Mayangsari Dian Irawati memiliki komitmen kuat untuk ikut berkontribusi membawa Transjakarta atau TJ tumbuh, baik dari segi keuangan maupun kualitas sumber daya manusianya.
Baginya, mengelola bidang keuangan dan SDM bukanlah rintangan yang berarti. Alih-alih merasa jabatan yang diembannya bertentangan, perempuan kelahiran Surabaya ini justru melihat kedua bidang yang diembannya itu saling berkesinambungan dan melengkapi.
“Sebagai perusahaan penyedia layanan transportasi, sebenarnya peran SDM atau human capital itu penting untuk Transjakarta. Pentingnya peranan manusia ini untuk menggerakkan supaya tujuan dari perusahaan tercapai. Oleh karena itu kita harus mengembangkan orang-orang kita, karyawan-karyawan di TJ agar memiliki kualitas yang setara dengan di negara-negara maju, sehingga mencapai tujuan perusahaan, yaitu kekayaan perusahaan terus dan tumbuh profit-oriented. Pada akhirnya kalau orang-orangnya qualified, punya kualitas yang bagus, dan dia juga bekerja dengan amanah, itu yang nanti akan menjadikan perusahaan bagus juga,” ujar Mayang, saat diwawancarai oleh Men’s Obsession.
Ia menyadari, Transjakarta sebagai penyedia layanan umum, tidak jarang kesalahan-kesalahan kecil di lapangan mempengaruhi citra perusahaan secara keseluruhan. “Karena itulah, peranan SDM dibutuhkan dalam menginternalisasi nilai-nilai perusahan terhadap karyawan agar kemungkinan buruk bisa teratasi,” ujarnya. Menurut Mayangsari, lanjutnya menambahkan bahwa nilai-nilai perusahan itu sangat penting karena di Transjakarta ini ada nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh semua insan Transjakarta yang disingkat “BISA”. “Ini merupakan kepanjangan kata dari Bahagia, Inovatif, Semangat, dan Amanah,” ucapnya.
Pada nilai yang pertama, yaitu Bahagia, artinya dalam bekerja dan melayani pelanggan TJ, karyawan baik pramudi atau bagian lainnya harus senantiasa bahagia agar nantinya juga bisa membahagiakan pelanggan dan masyarakat pengguna Transjakarta. Nilai yang kedua, adalah Inovatif, yang menurutnya Inovatif ini akan senantiasa membawa perusahaan terus berkembang dan menjadi yang terbaik, tak hanya di Indonesia tapi juga di taraf Global.
Untuk memantik jiwa Inovasi karyawan terus dilakukan beragam strategi. Salah satunya dengan mengadakan kompetisi inovasi berupa ide yang bisa diikuti oleh setiap karyawan dari level tertinggi hingga terendah. Terbukti, kompetisi yang dihadirkan turut menggugah sikap kompetitif karyawan berlomba-lomba memberikan ide paling bermanfaat dan menarik, bahkan bisa menyumbangkan penghargaan di tingkat nasional melawan perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia.
“Kami harus memastikan bahwa para karyawan TJ memang punya jiwa inovasi. Di Transjakarta, kami mempunyai kompetisi bernama Permata (Program Perubahan Membangun Transjakarta) dan Rubi (Ruang Berbagi Inovasi), sebagai wadah untuk karyawan yang punya ide menarik. Karyawan yang tertarik untuk berpartisipasi, bisa men-submit ide atau inovasi mereka secara digital. Terakhir, ada sekitar 6 ribu ide inovasi yang masuk dan diproses, hingga akhirnya terpilih satu dan bisa mewakili Transjakarta mendapatkan kategori gold pada perlombaan inovasi nasional TKMPN (Temu Karya Mutu & Produktivitas Nasional) ke 28 di Nusa Dua Bali,” jelasnya.
Selain konsep “BISA”, dalam operasionalnya Transjakarta juga memiliki 3 pilar yaitu Bersih, Berdaya, dan Bestari sebagai komitmen dan bukti nyata dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan capaian strategi perusahaan. “Karyawan TJ saat ini semakin sadar bahwa kita melayani masyarakat di Jakarta, menghubungkan satu titik ke titik lainnya menggunakan transportasi yang memiliki emisi rendah, atau bahkan nol emisi jika menggunakan bus listrik. Dampaknya tentu besar untuk menciptakan lingkungan lebih bersih dan bebas polusi. Kemudian kami juga memberdayakan ekonomi dan sosial, karena salah satu visi Transjakarta adalah connecting the life of Jakarta. Sehingga, karyawan Transjakarta harusnya bangga dan bersyukur karena kita sudah membawa orang untuk berkegiatan ekonomi maupun berkegiatan sosial, dari mungkin yang lingkupnya kecil hingga besar,” tambah Mayang.
Seiring dengan perubahan zaman, tantangan teknologi pun semakin berkembang pesat. Dalam mempersiapkan SDM, kesadaran digital perlu ditanamkan agar tak hanya mengefisienkan pekerjaan, namun juga untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan profitabilitas. Tahun ini misalnya, Transjakarta sudah mulai menggunakan Human Resources Information System (HRIS) sehingga semua administrasi dan data terdigitalisasi mulai dari absensi, cuti, reimbursement hingga kegiatan learning maupun development para karyawan.
“Menurut saya digitalisasi itu sebenarnya sudah tuntutan zaman, karena dengan digitalisasi, pertama yang penting adalah transparansi dan kecepatan. Jadi transparansi diperlukan karena kita harus mempertanggungjawabkan amanah maupun subsidi yang kita dapat ke pemegang saham, masyarakat Jakarta, maupun pengguna TJ. Dana yang diamanahkan ke kami sudah seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya,” tegas Mayangsari.
Ia selalu mengingatkan agar TJ tidak mudah berpuas diri. Untuk menjadi perusahaan yang Go Global, Transjakarta perlu berkaca dan belajar dari perusahaan layanan di luar negeri yang jauh lebih maju, seperti Amerika Latin, Columbia, Brazil, Meksiko, London dan Singapura, sehingga dapat terus berkembang menjadi yang lebih baik. “Saya meminta teman-teman di sini harus punya rasa kompetitif, bukan hanya dengan yang ada di Indonesia tapi dengan negara lain yang lebih bagus. Ke depannya TJ harus bisa jadi operator di negara lain atau di kota lain,” harapnya.
Inovasi lain yang dilakukan adalah menghadirkan “TJ Academy” untuk melatih calon-calon pramudi yang berkualitas. “Salah satu cita-cita Transjakarta adalah kami ingin meningkatkan pramudi perempuan. Kenapa pramudi perempuan? Karena ternyata menurut data yang terhimpun, tingkat kecelakaan yang dialami pramudi perempuan itu hampir zero accident, atau sangat kecil. Menurut kami, TJ itu tempat bekerja yang cukup aman buat perempuan. Jam kerja yang ditawarkan relatif stabil, serta jalur kerjanya juga aman. Tak hanya itu, TJ sendiri sudah dilengkapi dengan CCTV, jadi seharusnya lingkungan kerjanya aman,” kata Mayangsari.
Saat ini kelas pertama TJ Academy sudah dibuka dan diikuti sekitar 20 murid. Mayangsari berharap ke depannya para lulusan TJ Academy tak hanya terserap menjadi pramudi di Transjakarta, namun juga bisa dikirim untuk menjadi pramudi berkualitas di negara lain. Dengan begitu, PT Transjakarta tak hanya bisa membantu mobilitas masyarakat, tapi juga turut berkontribusi menurunkan angka pengangguran di Indonesia.