Ceo Tangguh 2018
Naskah: Subchan H. Albari Foto: Sutanto
Aktivitas ekonomi Indonesia sebagai negara archipelago, tak bisa lepas dari kata pelabuhan. Sebab, pelabuhan menjadi titik central utama penggerak ekonomi masyarakat. Mengingat eksistensinya yang begitu penting maka peranan itu kini terus dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Pelindo II atau Indonesia Port Corporation (IPC). Diakui, membenahi pelabuhan agar menjadi poros maritim dunia memang tidak mudah. Namun, arah itu perlahan terlihat di bawah kendali Elvyn G. Masassya, Direktur Utama IPC.
Menempati posisi strategis sebagai Direktur Utama menjadi kesempatan besar bagi Elvyn untuk membantu Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewujudkan citacitanya. Peluang dan kesempatan itu sangat terbuka lebar karena IPC kini sudah mengoperasikan 12 pelabuhan yang terletak di 10 provinsi Indonesia, di mana salah satunya, Pelabuhan Tanjung Priok yang menangani hampir 70 persen kegiatan impor ekspor di Tanah Air. Di saat yang sama, Elvyn cukup yakin dengan komitmen yang kuat dan program kerja yang terarah, wilayah operasi IPC akan terus bertambah, terutama untuk menghubungkan ekonomi ke daerah-daerah. Sebut saja salah satu contoh kawasan Pantai Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, yang tampak dibiarkan berantakan dengan tumpukan tanah merah, ke depan akan berubah total menjadi pelabuhan yang dioperasikan IPC. Dengan letak geografis yang tak jauh dari Kota Pontianak, kawasan itu akan berubah menjadi pelabuhan berskala internasional yang ditargetkan beroperasi pada 2019.
Pencanangan pembangunan sudah dimulai pada 11 April 2018. Pelabuhan ini akan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia. Kijing menjadi solusi atas keterbatasan lahan serta tingginya tingkat sedimentasi sungai yang menyebabkan kapal besar sulit bersandar di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Dengan persaingan ekonomi yang semakin kuat serta bertumbuh kembangnya ekspor impor Tanah Air, IPC memang dituntut untuk melakukan transformasi menjadi lebih modern dan efisien, yakni melakukan peremajaan pelabuhan dan pembangun wilayah operasional yang baru. Elvyn sendiri terus mencoba menggali kapasitas dan peluang agar bisa memenangkan kompetisi di masa kini dan akan datang.
Ini sejalan dengan perubahan wajah baru pelabuhan di Tanah Air termasuk di daerah. Pelabuhan tidak lagi hanya sebatas mengatur lalu lintas aktivitas bongkar muat semata. Namun, peningkatan kualitas dari sisi hardware dan software diperlukan agar pelabuhan menjadi mata rantai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pelabuhan harus bisa menstimulus perekonomian di daerah-daerah di Indonesia. Dari sisi sarana dan prasarana, era baru IPC dalam pengolahan pelabuhan antara lain ditandai dengan kapal berkapasitas 8.238 TEUs berhasil sandar di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok pada April 2017 lalu. Kedatangan kapal ini merupakan era baru karena sebelumnya hanya kapal dengan kapasitas di bawah 5.000 TEUs yang dapat bersandar di sana. Namun sekarang, Tanjung Priok sudah bisa melayani kapal raksasa yang kapasitasnya di atas 8 ribu TEUs akan terus meningkat sampai 14 ribu TEUs. Bagi Elvyn, untuk mewujudkan itu bukan hal yang sulit jika semua punya komitmen yang sama. Dan hal itu juga tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan untuk pelabuhan di daerah.
Kembali pada soal komitmen IPC, membangun ekonomi daerah. Selain Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, IPC II di tangan Elvyn juga tengah membangun pelabuhan Sorong di Papua Barat yang direncanakan menjadi pelabuhan hub di timur Indonesia sehingga arus tol laut yang ditargetkan hingga ke timur Indonesia dapat berjalan sesuai rencana. IPC berupaya untuk memulai pembangunan Tahap I Pelabuhan Sorong dengan proyeksi kapasitas mencapai 500 ribu TEUs. Lalu Pelabuhan di Bengkulu. Pelabuhan ini dinilai bisa memperlancar arus barang melalui jalur laut baik distribusi hasil perkebunan selain CPO, karet, kopo, dan kayu yang akan diolah menjadi produk jadi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Adapun pelabuhan lainnya yang diharapkan keberadaannya bisa mendukung perekonomian di daerah setempat, yakni PelabuhanTanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Provinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Muara Sabak dan Pelabuhan Talang Duku di Jambi, hingga Pelabuhan Panjang di Lampung.
Prestasi lain yang bisa dilihat dari IPC adalah peningkatan laba bersih pada kuartal III 2018 sebesar Rp1,863 miliar. Angka tersebut lebih tinggi 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,551 miliar. Pada kuartal ini, EBITDA IPC tercatat sebesar Rp3,217 miliar atau 44 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, realisasi Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 68 persen dari anggaran yang ditetapkan. Ini menunjukkan, korporasi berhasil meningkatkan efisiensi, 3 persen di atas target. Dari sisi kinerja operasional perusahaan, performa IPC juga meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya volume arus petikemas yang mencapai 5,58 juta TEUs. Jumlah itu 12,16 persen lebih besar dibandingkan realisasi kuartal III 2017. Sedangkan arus non petikemas mencapai 42,78 juta Ton atau naik 3,71 persen dari realisasi kuartal III 2017.
Jumlah kunjungan kapal juga mengalami kenaikan sebesar 7,3 persen dari realisasi tahun sebelumnya, dengan capaian total sebesar 158,27 Gross Tonage (GT). Demikian pula dengan kunjungan penumpang yang di kuartal ketiga ini naik 10,31 persen dengan jumlah sebanyak 505.480 penumpang. Tahun depan IPC berencana melepas kembali saham anak perusahaan, yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok di Bursa Efek Indonesia (BEI).