Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T. (Founder & Rektor UNIKOM)

Oleh: Syulianita (Editor) - 29 January 2020


Prof. Eddy menjelaskan, tengoklah bagaimana kampus-kampus ternama yang memberikan porsi pendidikan entrepreneurship dan bisnis sangat besar pada mahasiswanya mampu menghasilkan entrepreneur hebat berkelas dunia. Harvard Graduate School of Business menempati peringkat tertinggi sebagai sekolah bisnis dan kewirausahaan terbaik dunia, melahirkan Bill Gates (Founder Microsoft), Mark Zukenberg (Founder Facebook), Caldwell (CEO Ford Motor Company), dan James Mc Nerney (CEO Boeing). Stanford Graduate School of Business, melahirkan David Filo dan Jerry (Founder Yahoo!), Andrew Grove (CEO Intel), Phil Knight (CEO Nike), Henry Mc Kinnel (CEO Pfizer), Pensylvania University melahirkan Donald Trump (Presiden AS), Warren Buffet (CEO Berkshire Hathaway), dan Robert Crandall (CEO American Airlines Inc.).

 

“Di Indonesia, para entrepreneur dapat dilahirkan melalui peran aktif perguruan tinggi melalui tridarmanya. UNIKOM mewajibkan mata kuliah entrepreneurship di seluruh program studi, menerapkan learning management system dalam proses belajar, melakukan pelatihan digital preneur, interaktif learning class, membuat business plan, menciptakan produk berbasis digital dan ICT, serta berbagai aktivitas yang memacu mahasiswa untuk menjadi seorang wirausaha,” ungkap Prof. Eddy.

 

Lebih lanjut Prof. Eddy menjelaskan bahwa prestasi-prestasi yang berhasil diraih dan proses menghasilkan para entrepreneur di UNIKOM dilakukan dengan menerapkan budaya UNIKOM yang telah disusunnya sejak kali pertama UNIKOM berdiri, yakni PIQIE: Profesionalism, Integrity, Quality, Information Technology, and  Excellence.

 

“Semua dosen dan karyawan UNIKOM harus bekerja secara profesional, memiliki integritas diri yang baik, kualitas pekerjaan harus bagus, wajib menggunakan IT dalam proses aktivitas sehari-hari, kemudian harus menghasilkan karya unggul yang bisa menghasilkan prestasi Nasional dan Internasional,” tandas Prof. Eddy.  

 

INCITEST & ICOBEST, Inovasi Terbaru UNIKOM

 

Di bawah kepemimpinan Prof. Eddy, UNIKOM terus berbenah dan berinovasi. Dengan demikian, maka tak heran jika UNIKOM mampu berkibar. Selain terlihat dari prestasi-prestasi mahasiswa yang kian mentereng, kemajuan UNIKOM juga jelas begitu terlihat dari bangunannya yang semakin megah. UNIKOM kini memiliki gedung baru yang terletak bersebelahan dengan gedung lama. Bukan sekadar gedung sebagai sarana belajar mengajar dengan fasilitas lengkap, namun Prof. Eddy merancang gedung tersebut menjadi sebuah bangunan yang megah dengan interior desain yang sangat mewah bak hotel berbintang, lengkap dengan taman kecil yang ditata sedemikian indah. 

 

Untuk membuat UNIKOM semakin besar, Prof. Eddy juga selalu mendorong para dosen dan mahasiswa UNIKOM agar bisa berinovasi menghasilkan produk-produk teknologi hingga bisa dipublish kepada masyarakat luas. Sukses dengan segudang prestasi mentereng, rasanya tak cukup baginya. Sebaliknya, Prof. Eddy terus mencari dan menggali inovasi untuk membuat UNIKOM menjadi lebih baik lagi.

 

Inovasi yang terbaru adalah ajang internasional yang digelar UNIKOM, International Conference on Informatics, Engineering, Science and Technology (INCITEST). Ini adalah konferensi internasional terindeks scopus yang dikejar oleh seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia khususnya. UNIKOM rutin menggelar INCITEST setiap tahun dan tahun 2020 ini menjadi tahun yang ketiga. “Setiap tahun saya wajibkan dosen UNIKOM membuat karya ilmiah dan harus disertakan di publikasi internasional ini. Bekerja sama dengan IOP, publisher yg berpusat di London,” katanya.

 

Tak hanya INCITEST. Bekerja sama dengan Thomson Reuters yang berpusat di Perancis, UNIKOM juga telah menyelenggarakan International Conference on Business, Economics, Social Sciences, and Humanities (ICOBEST). Baru tiga tahun digelar, Prof. Eddy mengakui peminatnya cukup banyak. Pendaftaran secara online memudahkan siapapun dan dari manapun, bahkan dari mancanegara sekalipun dapat dengan mudah mendaftar untuk turut serta dalam konferensi INCITEST dan ICOBEST ini.

 

Termasuk dari UNIKOM sendiri, Prof. Eddy mewajibkan para dosen dan mahasiswa S2 untuk turut serta dalam publikasi ilmiah internasional ini. Namun, untuk bisa mengikutinya ada tahapan seleksi ketat yang harus dilalui para peserta. Dimulai dengan menginput abstrak hingga revisi full paper sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh Publisher Internasional tersebut. Apabila lolos, maka full paper tersebut akan dikirim ke IOP di Inggris atau ke Thomson Reuters di Perancis. 

 

Selain mewajibkan dosen mengikuti INCITEST dan ICOBEST, Prof. Eddy juga mendorong dan mewajibkan dosen untuk studi lanjut S3 dan mengurus jabatan fungsionalnya. Menurutnya, dosen minimal harus berpendidikan S3. “Saya menggerakkan SDM yang kami miliki untuk maju. Misalnya dosen, itu saya pacu untuk bisa studi lanjut S3. Jadi saya bilang ke mereka, Anda wajib sekolah, mau ke dalam negeri mau ke luar negeri, silahkan. UNIKOM biayai,” pungkasnya. Kini semakin banyak dosen UNIKOM yang bergelar doktor, sebagian sedang studi S3 dan sisanya sedang mempersiapkan diri untuk studi S3.