Hasto Wardoyo (Kepala BKKBN), Mewujudkan Generasi Indonesia Emas
Naskah: Suci Yulianita Foto: Sutanto/dok. BKKBN
Pada zaman orde baru, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki program dan slogan ‘dua anak cukup’. Namun kini tak lagi seperti itu. Di bawah nakhoda Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), BKKBN memiliki visi misi bagaimana menciptakan generasi penerus untuk mempersiapkan bonus demografi dan Indonesia Emas 2045 dengan keluarga berkualitas yang menitikberatkan pada generasi bebas stunting.
Saat ditemui tim Men’s Obsession di kantor BKKBN beberapa waktu lalu, dokter Hasto menjelaskan, program BKKBN saat ini terfokus pada dua visi misi, yaitu bagaimana menciptakan pertumbuhan penduduk seimbang agar penduduk tidak punah serta bagaimana menciptakan keluarga berkualitas. “Menciptakan penduduk seimbang ini harus menjaga rata-rata satu perempuan melahirkan satu perempuan, supaya penduduk tidak punah. Kalau seluruh Indonesia itu satu perempuan tidak mencapai melahirkan anak satu perempuan, maka penduduk itu semakin berkurang,” ia menggambarkan.
Kemudian menciptakan keluarga berkualitas, di antaranya adalah menciptakan keluarga sejahtera secara ekonomi. Inilah yang menjadi kerja keras BKKBN, karena akan menghadapi situasi bonus demografi. Setelah itu, satu hal yang juga tak kalah penting adalah menciptakan generasi penerus yang sehat dan cerdas agar siap menghadapi Indonesia Emas 2045 mendatang.
“Oleh karena itu kemudian tugas BKKBN apa, jangan sampai ada yang stunting! Karena generasi yang sekarang lahir ini merekalah yang akan menjadi tumpuan. Harapan kita di Indonesia Emas tahun 2045. Kalau kita bertumpu pada generasi yang ternyata stunting, bisa dibayangkan beban yang berat ditopang oleh generasi stunting, pasti berat! Sehingga cita-cita untuk Indonesia Emas 100 tahun Indonesia merdeka dimana kita di situ sudah keluar dari jebakan middle income trap, bisa berat kalau tidak memanfaatkan ini. Nah di situlah makanya kualitas keluarga, ekonominya tumbuh kemudian juga kualitas SDM-nya sehat, produktif, tidak stunting,” tegasnya.
Hal tersebut juga ditekankan dr. Hasto saat membuka acara Apresiasi Duta dan Jambore Ajang Kreativitas Nasional (Adujaknas) Generasi Berencana (Genre) Indonesia tahun 2023 yang digelar BKKBN pada tanggal 29 Oktober hingga 1 November 2023 di Hotel MG Setos, Semarang.
Dr. Hasto menyampaikan bahwa keluarga yang akan didominasi generasi muda saat ini akan menjadi Generasi Sandwich (Sandwich Generation) ketika Indonesia memasuki periode aging populations atau banjir orang tua pada tahun 2035. Karena itu optimalisasi Bonus Demografi saat ini mutlak dilakukan! Salah satunya melalui penguatan kualitas anak-anak dan remaja. Menurutnya, remaja saat ini akan menjadi bagian dari Generasi Emas Indonesia, yaitu generasi yang pada tahun 2045 nanti, saat Indonesia memasuki usia 100 tahun merdeka, akan berusia antara 35 hingga 54 tahun, tentunya akan menjadi generasi penerus dan nakhoda bangsa ini.
Untuk itu, dalam mendukung program pemerintah menurunkan angka stunting di Indonesia, terdapat lima pilar yang dikerjakan BKKBN, yaitu membangun komitmen tinggi dengan lembaga terkait, kemudian membangun edukasi tentang stunting. Pilar ketiga yaitu, bersama lembaga terkait lainnya mengkonvergensikan pada satu titik yaitu stunting. Lalu yang keempat memastikan akses penyediaan pangan bisa berjalan dengan baik dan merata di seluruh Indonesia. “Dan pilar yang kelima adalah bagaimana melakukan evaluasi, kemudian melakukan inovasi kemudian juga riset data, itu juga penting sekali,” imbuhnya.
Apa yang telah dilakukan BKKBN dan pemerintah dalam hal menurunkan angka stunting di Indonesia rupanya membuahkan hasil. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pravelansi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Pemerintah pun memiliki target di angka 14% pada tahun 2024 mendatang.
Dalam hal ini Dokter Hasto optimis target tersebut akan tercapai. Apalagi jika melihat hal ini menjadi kerja keras beberapa lembaga dan instansi terkait, termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah. “Jadi ini yang sedang kita sosialisasikan sekarang, tiada hari tanpa stunting! Kita kerjasama dengan pemerintah daerah. Kita terus bekerja, kita keroyok oleh semua pihak jadi biar orang-orang merasa penting stunting ini. Pemerintah pusat juga bekerja keras, bagi-bagi telur, bagi-bagi makanan. Nah harapannya turun 3,8 berarti akhir tahun 2023 dari 21,6% turun 3 atau 3,8, harapan saya menjadi 17 koma sekian. Nah kalau kemudian akhir Desember 2024 kalau turun 3 lagi kan jadi 14 koma sekian. Jadi masih masuk akal juga meski ngosngosan yah tapi harus sukses!” katanya dengan penuh semangat.
Selain stunting, BKKBN juga memperhatikan para lansia melalui program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Dalam program tersebut, pembinaan keluarga meliputi keseluruhan, mulai dari bina keluarga balita, bina keluarga remaja, hingga bina keluarga lansia.
Program pembinaan lansia bertujuan agar lansia bisa tetap produktif di usianya yang lebih dari setengah abad ini, serta menghindari kemiskinan ekstrem yang bersumber dari para janda tua dan fakir miskin. Karena menurut dokter Hasto, angka harapan hidup perempuan jauh lebih panjang dibandingkan laki-laki.
“Dengan demikian perempuan menjadi panjang umur akhirnya di populasi tua itu janda banyak sekali. Janda jadi single parents, kemungkinan miskin karena banyak dari mereka yang pendidikannya rendah, ekonomi lemah. Sehingga di situlah contoh keluarga Bangga Kencana itu adalah pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana itu di situ, ada bina keluarga lansia. Nah ini tercover di situ,” Dokter Hasto menerangkan.