“Kepemimpinan Harus Pakai Hati”
Di ruang kerja yang tertata apik, wawancara Bayu Krisnamurthi dan Gia Fachbrilianti dari Men’s Obsession berlangsung cair. Sedikit guyon meski banyak hal-hal serius yang ditanyakan. Tapi ya begitulah, pria yang dikenal dengan tampilan sederhana apa adanya ini mampu menjelaskan banyak hal tentang BULOG yang dipimpinnya kini. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana Bapak melihat kinerja BULOG sekarang?
Ya, Alhamdulillah kita sudah dilihat dari semua indikator kinerja, sekarang posisinya sangat baik, semuanya sinyalnya positif, kalau pakai lampu itu semuanya hijau.
Tapi bisa lebih baik lagi kah?
Ya,saya merasa bahwa perusahaan ini bisa lebih baik lagi, bisa lebih besar lagi, dan bisa lebih bermanfaat lagi bagi masyarakat. Jadi potensi yang sebenarnya ada dan peluang yang tersedia bagi BULOG untuk bisa memberikan manfaat tadi, bisa mengantarkan kebaikan yang lebih besar, itu masih sangat terbuka. Dan ini harusnya kita ambil, kita lakukan, untuk bisa betul-betul nanti mencapai potensi yang sebenarnya dari perusahaan ini. Jadi meskipun sekarang sudah positif dan kami cukup bangga dengan kinerja yang dicapai, tapi kami merasa bahwa sebenarnya ini masih bisa lebih besar lagi.
Agar bisa lebih besar lagi apa konsep atau kebijakan, apa yang akan Bapak terapkan?
Ya, sebenarnya strategi dasarnya enggak rumit ya. Pertama, betul betul menegaskan kembali posisi BULOG sebagai perusahaan rantai pasok pangan. Itu menurut saya sesuatu yang harus kita tegaskan dan kita betul-betul bisa menyatakan ini sebagai pemahaman intinya orang-orang BULOG. Karena menjadi perusahaan rantai pasok pangan itu, yang dia jual sebenarnya itu adalah jasa penghantarannya. Itu harus kita dorong supaya teman-teman semuanya menyadari, itu demikian, itu satu. Strategi yang mungkin satu atau dua atau tiga strategi dasarnya. Strategi dasarnya kedua itu adalah, tadi saya sudah sebut, kita harus gabungkan antara hilirisasi dan hulurisasi. Jadi di hilirisasi kita harus bisa lebih banyak lagi menjangkau konsumen, masuk ke retail, menjadi pemain yang diperhitungkan di dalam menyalurkan dan mendistribusikan pangan.
Di hulurisasi kita membantu petani mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, mencari solusi atas beberapa kendalanya sehingga mereka bisa naikkan produktivitas, dan pada gilirannya akan menjadi bahan baku bagi kita, bahan yang kita kumpulkan, kita beli dengan jumlah yang cukup dan harga yang bersaing. Nah ini poin yang kedua strateginya.
Poin ketiga strateginya saya pikir adalah mencoba untuk terus menyeimbangkan antara pelayanan kita kepada tugas-tugas yang diberikan oleh pemerintah, pelayanan kita pada masyarakat melalui tugas-tugas itu, dan di sisi lain pelayanan kita pada masyarakat melalui kegiatan bisnis dan komersial. Ini harus berjalan, beriringan, tugas pemerintah harus jalan, daripada yang sama kegiatan bisnis komersialnya juga berjalan. Dan ini tidak boleh satu sama lain saling berkompetisi maupun saling mematikan gitu, dan juga tidak perlu didekotomikan bodi punya pemerintahnya, bukan. Ini justru tujuannya sama untuk menstabilkan pangan, hanya jalannya aja yang beda. Jadi dengan tiga poin itu saya pikir kita akan bisa nanti mencapai potensi yang sebenarnya.
Makna keberhasilan bagi Bapak dalam memimpin BULOG itu apa?
Kalau saya yang paling dasar makna keberhasilan saya itu adalah, ya pertama kalau masyarakat yang kita layani tersenyum, simple, para pegawai yang terlibat dan berada di BULOG juga tersenyum, dan merasa puas dengan apa yang mereka capai. Lalu yang ketiga tentunya kalau mau tambah satu lagi, very important client yaitu pemerintah, pemerintahnya juga tersenyum dan puas dengan layanan yang diberikan oleh BULOG. Kalau tiga ini sudah tersenyum buat saya itu suatu keberhasilan.
Bagaimana pola leadership yang Bapak terapkan saat memimpin BULOG?
Ya, BULOG ini adalah suatu organisasi sekali lagi dengan sejarah yang panjang. Tentunya juga membawa cerita sejarah kepemimpinan yang panjang. Dan sepanjang perjalanan BULOG ada orang-orang yang sangat luar biasa yang dengan gaya dan karakternya dengan cara kepemimpinan mereka masing masing telah membawa BULOG menjadi seperti saat ini.
Dan menurut saya semua punya kelebihan dan keberhasilannya masing masing. Dan saya berkesempatan merasa terhormat belajar juga dari mereka. Dan dengan pelajaran itu kemudian saya coba menerapkan kepemimpinan yang seperti yang sekarang saya lakukan. Karena saya latar belakangnya lebih akademik, maka saya menerapkan pendekatan kolektif-kolegial. Jadi semua saya buka, saya bikin menjadi transparan, kemudian saya masukkan setiap permasalahan ke dalam sistem. Jadi menghindari untuk ada personal judgement.
Semua kita bikin aturannya gimana, prosesnya bagaimana, prosedurnya bagaimana. Itu kita terapkan dengan sangat matang. Kemudian yang kedua adalah kita oleh knowledge, oleh information, oleh data. Itu yang selalu saya tekankan pada teman-teman, mari kita jangan hanya dengan intuisi. Kita betul-betul menggunakan berbasis data dan informasi, berbasis science yang jelas, yang clear. Kemudian yang ketiga tentunya kepemimpinan harus pakai hati, pakai idealisme, pakai values yang betul-betul dipandang tinggi.
Seperti soal core value akhlak misalnya, itu salah satu cara yang baik sekali. Dan teman-teman harus bisa menemukan values ini nilai ini sebagai sumber energinya. Karena tekanan di BULOG sangat besar, godaan juga sangat besar. Kalau kita tidak punya nilai-nilai yang luhur untuk menjadi guide, menjadi pemandu, maka kita akan kesulitan. Nah menurut saya tiga, tiga pendekatan itu saya terapkan ke teman-teman. Dan alhamdulillah sekarang mereka sudah jauh lebih bersemangat, mereka lebih merasa mendapatkan ruang untuk bergerak dan mengekspresikan diri, dan kemudian mudah-mudahan akan bisa lebih produktif.
Indonesia ditargetkan bisa mewujudkan kedaulatan pangan. Bapak optimistis?
Ya, ini memang suatu hal yang perjalanan yang tidak mudah dan diawali dengan tentunya para pihak harus bisa mendefinisikan dengan jelas apa yang dimaksud dengan kedaulatan itu, kedaulatan pangan itu.
Karena ini menjadi perdebatan tersendiri, BULOG adalah pelaksana jadi sering saya sampaikan bahwa mari kita definisikan sama-sama, turunkan menjadi KPI operasional yang kami bisa pegang dan itu yang kemudian kita laksanakan. Tapi kalau menurut saya Indonesia ini karunia yang terbesar kan sebenarnya adalah orang-orangnya. Kalau sepanjang orang-orang dan penduduknya dan warganya dan rakyatnya dan kita semua itu tetap berusaha, tetap memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetap mencoba untuk mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi, saya tidak pernah ada alasan tidak optimis.
Jadi bukan hanya untuk satu masalah tapi untuk berbagai masalah. Jadi andalan yang paling utama dari kita dalam konteks pangan adalah kepada orang-orang cerdas, rakyat yang tidak putus asa, para pemimpin yang kemudian memberikan dedikasi untuk rakyatnya. Semua itu nanti yang akan membuahkan hasil yang baik.