M. Basuki Hadimuljono (Menteri PUPR) Don't Do Something As Usual!

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 28 September 2015

Naskah: Sahrudi, Foto: Dok. Kementerian PUPR

Salah satu hal yang membuat Mochamad Basuki Hadimuljono memahami betul bagaimana ia harus memimpin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tak lain karena ia bukan orang baru di situ. Dengan gaya kerja yang out of the box, Basuki tak hanya mampu berakselerasi tapi juga berputar cepat menggerakkan roda kerja di kementeriannya.

Sulit membedakan mana meja kerja dan mana meja untuk rapat saat Men’s Obsession memasuki ruang kerja Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono di gedung baru Kementerian tersebut, akhir pekan lalu. Betapa tidak, di meja sarat tumpukan berkas dan dokumen yang saban hari harus diperiksa dan ditandatangani, Basuki duduk di belakangnya.  


Humble dan familiar, begitulah penampilan Basuki yang didampingi sejumlah stafnya ketika menerima Men’s Obsession. Kemeja putih dengan lengan panjang digulung, sama persis dengan kemeja yang dikenakan para stafnya. Membuatnya sangat egaliter di kantor kementerian yang menjadi ‘jantung’ operasional pembangunan infrastruktur negeri ini.


Setahun memimpin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR), sudah banyak kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang ditugaskan kepadanya berhasil ia implementasikan. Meski belum semua, tapi setidaknya action sudah berjalan beberapa jam setelah Basuki dilantik sebagai menteri. Sekali lagi, hal itu bisa dilakukan karena jam panjangnya sebagai seorang birokrat di kementerian ini. “Kalau saya jadi eselon 1 ini kan mulai 2003 yah. Jadi kalau sampai 2014 akhir kemarin ya sekitar 12 tahun,” ia membuka obrolan. Pernah duduk sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum periode 2005-2007 yang disusul dengan jabatan sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum periode 2007 – 2013. Terakhir, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum periode 2013.  Saking lamanya duduk sebagai birokrat, Basuki sempat lupa bahwa ia sudah menjadi menteri. Sehingga di hari pertama saat akan memutuskan sesuatu ia merasa harus melaporkan dulu kepada menteri. Padahal saat itu ia sudah menjadi menteri.  


Kini, sekalipun lembaganya adalah perpaduan antara Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, bagi Basuki tidak ada perbedaan berarti. Karena dalam mengelola kebijakan ia tetap mengikuti kebijakan Presiden Jokowi. “Jadi saya harus mengimplementasikan kebijakan yang digariskan oleh presiden. Misalnya untuk programming Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan rakyat ini, saya terjemahkan dari arahan beliau, untuk satu programingnya jangan di ecer-ecer, tapi harus hal hal yang bisa dirasakan oleh rakyat, itu koridornya,” tegas Basuki.


Soal penggabungan dua kementerian yakni Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menurutnya bukan hal baru. Karena sebelumnya, sektor perumahan juga sudah bergabung dalam Kementerian Pekerjaan Umum. “Buat saya organisasi itu kan cuma vehicle saja, iya kan?” ucapnya retoris. “Kalau diperhatikan sekarang simbol (kementerian PUPR-re) pun nggak berubah, tetap karena di dalam simbol PU itu, ada cipta karya, ada perumahan, ada pemukiman. Bukan berarti saya menang menangan, karena pada saat bergabung saya bilang, kita nggak tahu siapa yang Muhajirin siapa yang Anshor ini,” tuturnya. Istilah kaum Muhajirin dan Anshor yang dicetuskannya mengacu pada sejarah Nabi Muhammad SAW dimana kaum Muhajirin adalah mereka yang melakukan hijrah dan kaum Anshar adalah penduduk Madinah yang menerima kedatangan kaum Muhajirin. Dengan kata lain, Basuki tidak ingin ada dikotomi antara Kementerian PU dan Kementerian Perumahan Rakyat. “Semua bergabung, kita mempunyai ‘rumah baru’ yang harus nyaman buat semua. Jadi nggak ada yang satu merasa lebih dari yang lain. Sudah saya sepakati. Ya alhamdulillah. Tapi prinsipnya semua sebaik mungkin bisa nyaman bekerja,” ujarnya.