M. Basuki Hadimuljono (Menteri PUPR) Don't Do Something As Usual!
Belasan tahun bekerja sebagai programmer membuat ia dengan mudah mengejawantahkan arahan Presiden terkait bidang tugasnya. Ia paham bahwa seorang menteri harus turun langsung untuk mengarahkan dan mengimplementasikan sebuah kebijakan program dan tidak menitiskan tugasnya kepada pejabat eselon 1. “Jadi semua program harus menterinya sendiri yang mengarahkan, itu kebijakan kabinet. Arahan presiden langsung begitu. Harus dikontrol betul. Kalau saya serahkan semua ke eselon 1 pasti tidak akan berubah,” ia menceritakan prinsip utamanya dalam bekerja.
Karena lahir dan besar sebagai birokrat yang berkutat di dunia programmer menjadikannya paham betul bahwa yang namanya pemerataan itu bukan dibagi rata. “Misalnya dari Banda Aceh sampai Papua itu alokasinya sama, salah. Itu bagi duit, bukan programming,” ia serius. Programming itu, lanjutnya, harus mentes (istilah Jawa yang artinya: berisi-red) meski kecil tapi merata. “Karena bagi saya yang namanya pemerataan itu bukan dibagi rata,” ia menekankan. Basuki pun menerjemahkan kebijakan Presiden untuk kementeriannya adalah agar dalam programming-nya harus bisa dirasakan rakyat. “Jadi apapun programnya, harus bisa dirasakan oleh rakyat,” ia menambahkan.
Karenanya, prioritas yang dikerjakan kementeriannya itu bukan pembagian anggaran yang merata ke daerah tapi bagaimana prioritas kegiatan sektornya itu. “Jadi misal kita masuk ke daerah untuk perbaikan kawasan kumuh, begitu programnya selesai, harus berubah itu, tidak kumuh,” katanya seraya mengingatkan jangan sampai uang habis tapi tidak ada perubahan.
Untuk mempercepat akselerasi dan percepatan kinerja kementeriannya, ia merasa perlu menambah tagline kementeriannya yakni “bekerja keras, bergerak cepat, bertindak tepat” menjadi “bergerak lebih cepat, bekerja lebih keras, bertindak lebih tepat”. Untuk mewujudkan tagline-nya itu ia memulai dari dirinya sendiri dengan mulai bekerja 7 hari dalam seminggu selama 24 jam, bahkan tidur pun dikantor. Jangan heran kalau di hari Minggu Basuki kerap memimpin rapat. “Hari minggu saya rapat karena saya harus konsisten, konsekuen,” jelasnya.
Jadi, kalau ada stafnya yang lapor bekerja lembur sampai pukul 10 malam ia merasa aneh. “Itu sih bukan lembur, saya ini tidur di kantor. Tapi saya nggak ngomong saja,” ungkapnya.
Pola kerjanya yang terkesan ‘keras’ itu juga berimbas dalam pemberian reward dan punishment kepada para pejabat dan staf di lingkungan Kementerian PUPR. Misalkan untuk mengikuti seminar atau pendidikan di luar negeri, ia harus mengetahui langsung. Bahkan hanya Basuki yang bisa merekomendasikan seorang pejabat atau stafnya bisa ke luar negeri atau tidak. Kalau sebelumnya, untuk urusan yang sama cukup ditangani oleh pejabat eselon satu. “Saya pengin setahun ini lebih efisien, dan kalau keluar negeri itu ada unsur rewardnya. Kalau dia misalnya seminar, kalau cuma ikut saja no! Sekalipun dia direktur atau pejabat eselon satu. Tapi sebaliknya, meski ia staf biasa tapi berprestasi dan diundang ke luar negeri sebagai pemakalah, maka dia harus berangkat sebagai prioritas dan itu dapat reward,” paparnya.