Dodi Reza Alex Noerdin The Rising Star dari Parlemen

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 22 October 2015

Naskah: Sahrudi & Giattri F.P., Foto: Sutanto & Dok. Pribadi

Muda, cerdas, dan energik. Begitu kesan pertama tentang Dodi Reza Alex. Betapa tidak, kendati sibuk sebagai wakil rakyat, ia masih dipercaya memimpin di lebih dari 24 organisasi. Dari organisasi politik, kemasyarakatan, profesi, sosial, hingga olahraga. Wajar kalau H.M Jusuf Kalla pernah menilainya sebagai  sosok yang optimis, tanggap dan cepat bertindak.

“Semua organisasi yang dipimpinnya maju dan berprestasi. Ia punya prinsip untuk selalu lebih baik; lebih maju; lebih berprestasi....” tegas Wakil Presiden RI yang juga Ketua Umum Palang Merah Indonesia ini seperti terpampang dalam website pribadinya, dodireza.com. Tapi, Dodi tetaplah sosok yang humble, bersahaja dan hangat. Kurang lebih 2 jam wawancara di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang bergaya American classic dengan dominasi warna putih dan hitam, Men’s Obsession pun disuguhi tak hanya oleh teh hangat tapi juga kehangatan sikap Dodi dan sang istri, Thia Yufada. Tak jarang di sela wawancara ia memutus percakapan karena di telepon, antara lain dari sang ayah tercinta, Alex Noerdin yang juga Gubernur Sumatera Selatan. “Sebentar, yah..Babeh nelpon nih..” ia minta izin kepada kami sambil senyum bergaya canda.


Dari sepanjang wawancara, ada satu kesimpulan tentang sosok ayah si kembar Aletta Khayyara Alex dan Atalie Mazzaya Alex, ini yaitu ; ia memang bukan anak muda sembarangan! Orang boleh menilai bahwa kehadirannya sebagai anggota DPR RI tak lepas dari peran ayahnya yang tokoh berpengaruh di Sumatera Selatan. Tapi faktanya, pria kelahiran Palembang I November 1970, ini memang layak menjadi wakil rakyat. Betapa tidak, talenta, intelijensi, wawasan, dan kedekatannya dengan rakyat khususnya di daerah pemilihannya sudah terbukti dan bukan sekadar pencitraan.


Peraih pasca sarjana ekonomi dari Universitas di Belgia dengan peringkat terbaik Magna Cumlaude  dan mengusai 3 bahasa asing Inggris, Perancis, dan Belanda, ini lebih memilih untuk ‘banting setir’ mengabdi kepada masyarakat dari meja parlemen ketimbang terus menerus menjadi pebisnis, meski kesempatan untuk itu sangat terbuka lebar. “Karena sebenarnya latar belakang saya adalah professional dan pengusaha. Saya sempat bekerja di perusahaan multinasional baik di luar maupun di dalam negeri. Kemudian, saya mendirikan beberapa perusahaan di Jakarta maupun di luar daerah sehingga basic-nya itu nyambung antara saya sekolah dulu,” ujarnya.


Lima belas tahun berkecimpung di dunia professional, tiba-tiba ada dorongan di dalamnya agar menyumbangkan pemikiran dan kontribusi kepada Negara. “Kami sebagai professional dan pengusaha memang memberikan kontribusi, tetapi kan tidak masuk ke dalam sistem dengan membuat atau mengadakan pengawasan UU, pemerintah. Sehingga tahun 2009, saya dicalonkan oleh Partai untuk menjadi calon anggota DPR RI. Alhamdulillah, pada waktu itu saya mendapat suara terbanyak nasional untuk Partai Golkar hanya kalah dengan Mas Ibas,” paparnya.


Kecenderungannya untuk berdekat-dekatan dengan masyarakat memang sudah terlihat sejak lama. Tengok saja apa yang dilakukannya jauh sebelum ia menjadi wakil rakyat, Dodi mengurusi berbagai organisasi kemasyarakatan. Hebatnya lagi, Dodi dikenal bertangan dingin karena setiap organisasi yang dipimpinnya selalu mendapatkan penghargaan. Ia juga rela meluangkan waktunya untuk memimpin lembaga  untuk  melatih ribuan pemuda, mahasiswa, ibu rumah tangga dalam keterampilan berwirausaha. Semua pesertanya tidak dipungut biaya. Begitu juga ketika menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Selatan periode 2007-2010, ia mempelopori berbagai program antara lain  “Kredit Mikro Tanpa Agunan (KMTA)”, kewirausahaan untuk mahasiswa “Entrepreneur Goes to Campus”, dan program “Pojok Rakyat” untuk memasarkan produk UMKM di gerai Carrefour.


Tekadnya untuk membantu membangkitkan ekonomi rakyat seperti menemukan tempatnya ketika ia ditunjuk Partai Golkar untuk duduk sebagai Pimpinan Komisi VI yang membidangi: perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, UMKM, dan BUMN. Ia pun aktif di  Panitia Kerja (Panja) RUU (rencana undang-undang), dua di antaranya RUU Perkoperasian dan RUU Lembaga Keuangan Mikro pada periode 2009-2014. Ia juga  gigih memperjuangkan bantuan permodalan untuk koperasi serta kelompok tani di Sumatera Selatan dengan turun langsung dalam penyalurannya.


Totalitasnya sebagai wakil rakyat, sejatinya tak hanya ditunjukkan saat ini. Jauh sebelumnya, ketika  ia bertugas di Komisi III yang membidangi hukum, perundang-undangan, HAM, dan keamanan ia aktif pula dalam penggodogan berbagai RUU, antara lain RUU KUHP dan KUHAP  yang nafasnya adalah untuk memperbarui sistem hukum peninggalan kolonial. Tak hanya di belakang meja dan di dalam gedung, karena Dodi juga tak segan terjun langsung ke tengah masyarakat untuk merespon persoalan kamtibmas, antara lain pada kasus sengketa lahan dan konflik sosial. Ia pun kerap berkiprah di percaturan diplomasi internasional saat duduk di Badan Kerja Sama Antara Parlemen (BKSAP) DPR RI. Setidaknya telah 7 kali dipercaya mewakili Republik Indonesia dalam berbagai perundingan internasional. Dua di antaranya sebagai ketua delegasi. Terakhir sebagai Ketua Delegasi RI pada Konferensi PBB “Annual Parliamentary Hearing” di markas besar PBB - New York, USA (2013).


Sibuk? Tentu saja. Tapi, di tengah kesibukannya, Dodi tetap memiliki quality time baik bersama keluarga maupun untuk menyalurkan hobinya bermusik maupun hobinya yang menantang adrenalin seperti aeromodelling dan lain sebagainya. Luar biasa! Kepada Men’s Obsession, Dodi pun menceritakan semua itu.