ASMAWI SYAM - BRIsat Majukan Digital Banking Untuk Negeri

Oleh: anggi (Administrator) - 11 July 2016

“Melayani yang Belum Terlayani”

Familiar, begitulah figur Asmawi Syam sebagai Direktur Utama BRI dalam keseharian. Pun, terhadap kalangan wartawan, ia adalah satu dari sekian banyak bankir yang cerdas dalam menjawab pertanyaan. Ditemui di ruang kerjanya, dan di sela-sela kepadatan tugas, master karate ini mau menerima Men’s Obsession. Apalagi kalau bukan soal BRIsat yang menjadi fokus wawancara ekslusif ini. Berikut petikannya.



BRI sekarang sudah punya satelit, pertanyaannya kemudian adalah, mau dimanfaatkan untuk apa? Lalu apa keuntungannya buat BRI?

Ya, betul, kita sudah punya satelit mau buat apa? pertama adalah niat kita kan ingin melayani masyarakat yang ada di seluruh Indonesia. Istilah  kami, melayani yang belum terlayani. Masih banyak masyarakat kita di daerah-daerah terluar, daerah remote area yang belum tersentuh layanan perbankan. Diharapkan dengan adanya layanan ini kita bisa menjangkau mereka dan bisa melayani mereka itu sama baiknya, sama cepatnya, sama akuratnya dengan yang ada di kota. Itu bisa kita lakukan kalau kita punya satelit. Kalau kita tidak punya satelit nanti yang disana tidak ada sinyal, ATM-nya dibawa kesana tapi tidak bisa mengakses, EDC-nya dibawa kesana juga tidak bisa, mau transfer ke kota tidak punya komunikasi. Nah, diharapkan dengan adanya satelit, kita ingin melayani seluruh masyarakat Indonesia, dari desa sampai ke kota atau dari desa sampai ke kota.  Kedua, saat ini dunia industri perbankan itu sudah memasuki era digitalisasi, seiring dengan perkembangan era digitalisasi itu sendiri, semua sektor kehidupan ini kan sudah serba digital. Mulai dari transportasi seperti ojek dan taxi hingga mendaftar le perguruan tinggi semua serba online. Dari sisi internal, kita ada yang namanya bisnis proses. Bisnis proses dengan adanya digitalisasi ini kita arahkan dengan yang kita sebut paperless, artinya tidak menggunakan lagi kertas. Dengan tidak menggunakan kertas artinya mengurangi beban biaya, lebih efisiensi, serta mendukung pelestarian lingkungan.



Dari sisi internal perbankan lainnya?

Terkait layanan perbankan kita kedepan dengan digitalisasi ini adalah nasabah bisa melayani dirinya sendiri. Kalau dulu konsep marketing itu customer satisfaction (kepuasan nasabah) dimana nasabah dilayani oleh customer service. Dia merasa puas karena dilayani oleh orang lain. Tapi di zaman digitalisasi ini, nasabah lebih puas karena bisa melayani dirinya sendiri, tidak perlu dilayani orang lain. Contohnya, kita kalau ke restoran dilayani oleh orang lain. sekarang  beli makanan kita melayani diri kita sendiri lewat aplikasi. Begitupun BRI, kedepan pelayanan kita ini diarahkan supaya nasabah puas melayani sendiri dan tidak lagi ketemu orang.



Jadi yang diperlukan untuk itu..?
Ya, yang kita perlukan adalah customer experience. Nasabah itu punya experience, contohnya saya punya smartphone, begitu banyak fitur, aplikasi di dalam. Tapi kalau kita tidak mengerti digital tidak ada gunanya. Buat apa kalau smartphone hanya untuk komunikasi, BBM, SMS, WA, selfie selfie? Tapi saya yakin, kedepan kita akan bisa. Lihat saja anak-anak yang SMP sekarang ini, dia jauh lebih puas dengan smartphone daripada kita. Tingkat kepuasan saya sebagai orang yang sudah lahir jauh sebelum digitalisasi dengan anak-anak millenium yang lahir sekarang yang hidupnya sudah di zaman digitalisasi itu dia lebih puas.



Jadi kita sedang mengarah kepada digitalisasi perbankan ?
Betul, karena nasabah yang memuaskan dirinya sendiri dengan cara melakukan customer experience. Dengan kondisi yang kelak akan seperti itu dan dengan kita sudah punya satelit yang bisa menjangkau secara luas, maka tugas kita selanjutnya adalah memang mengarah pada digitalisasi perbankan, dan tugas selanjutnya adalah bagaimana melakukan customer education.  Supaya semua menjadi lebih paham digital.



Nah untuk bisa melakukan itu apa yang harus dipersiapkan?
Kita harus mempersiapkan yang namanya digital mentality, itu penting! Contohnya, kita punya smartphone tapi tidak mengerti lalu tanya anak kita, nah ini nggak boleh lagi. Harus belajar sendiri, jangan sampai orangtua ada apa-apa panggil anaknya, nanya bagaimana caranya.Jangan. Jadi digital mentality itu harus dibentuk. Bukan mentality dilayani, melainkan customer experience itu yang harus diciptakan. Nah, ini tugas kita kedepan membangun digital mentality, dengan cara menciptakan customer experience dengan melakukan edukasi.