Rektor Inspiratif
Naskah: Iqbal R. Foto: Edwin B./Dok. Pribadi
Berlatar belakang sebagai akademisi, pakar hukum, dan pebisnis sukses, Dr. Dhaniswara Kwartantijono Harjono, S.H., M.H., M.B.A. optimistis akan membawa Universitas Kristen Indonesia (UKI) menjadi universitas unggul, berkelas internasional, dan melahirkan alumni berkualitas. Untuk mewujudkannya, Rektor UKI masa bakti 2018 – 2022 tersebut pun telah menyiapkan sejumlah langkah.
Dhanis mengaku, tak pernah terbersit dibenaknya untuk menjadi seorang pendidik. Mulanya, ia hanya memiliki cita-cita yang sederhana, yaitu bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Lantas, ia pun memilih bergelut di dunia usaha dengan membidani perusahaan, memiliki karyawan, dan menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan banyak orang. “Untuk meningkatkan kualitas diri, saya melanjutkan studi sampai pada jenjang S3. Seiring berjalannya waktu, saya berpikir kok di Indonesia yang memiliki gelar doktor hanya sekitar 0,35%? Hal itulah yang akhirnya menggerakkan hati saya untuk berbuat lebih banyak di dunia pendidikan dengan menjadi dosen,” tuturnya kepada Men’s Obsession di ruang kerjanya yang nyaman. Beberapa tahun menjadi pendidik di UKI, ia tahu betul peta UKI. “Prioritas kami adalah menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang berkualitas dengan harapan menghasilkan alumnialumni unggulan yang bisa berkiprah di manapun. Kedua, kita meyakinkan diri kita dan stakeholder bahwa UKI ini baik. Jadi, kita ingin membentuk citra yang positif di masyarakat,” tegasnya.
Tak lama berselang menjadi dosen UKI, Dhanis pun dipercaya menjadi Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum. Karirnya terus menanjak, ia kemudian diamanahi sebagai Direktur Pasca Sarjana, Wakil Rektor, hingga puncaknya pada Februari 2018 lalu, ia dilantik sebagai Rektor UKI masa bakti 2018 - 2022. Dengan mengusung tagline ‘UKI HEBAT’, Dhanis yakin, kalau bekerja dengan hati ikhlas, tulus, dan meniatkan apa yang dikerjakan sebagai ibadah kepada Tuhan, maka akan berbuah manis, sehingga bisa meraih prestasi yang baik. “UKI itu memiliki motto melayani, bukan dilayani. Kami dituntut untuk selalu bekerjasama, ditambah UKI memiliki nilai-nilai yang selalu diterapkan terhadap mahasiswanya, yaitu rendah hati, berbagi dan peduli, profesional, disiplin, dan bertanggung jawab,” ia menambahkan.
Sejumlah langkah pun telah ia siapkan untuk membangun kampus yang telah didirikan 8 tahun setelah Indonesia merdeka tersebut. Tujuannya agar UKI memiliki peran dalam membangun bangsa. “Rencana Induk UKI menandaskan bahwa pada tahun 2019, UKI akan menjadi Universitas Unggulan dalam konteks wilayah Kopertis III. Salah satu kekuatan UKI adalah kuantitas dan kualitas alumni. Saat ini, UKI memiliki lebih kurang 50.000 alumni. Informasi dari Dekan FK UKI, ada 17 orang Direktur Rumah Sakit se-Indonesia yang merupakan Alumni UKI. Ke depannya, kami ingin melakukan pembinaan jiwa enterpreneur kepada para mahasiswa,” urai Dhanis. Tak hanya itu, Dhanis menggarisbawahi, UKI harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan menjadi universitas berbasis teknologi. Dhanis pun mengajak mahasiswanya agar melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan teknologi. “Sekarang teknologi mampu menguasai seratus bahasa. Teknologi adalah pesaing utama kita, bukan lagi manusia dengan manusia. Untuk menguasai teknologi, kita harus melakukan hal yang tak bisa dilakukan teknologi, misalnya agama, etika, musik, olahraga, dan teamwork. Sehingga mereka mempunyai nilai tambah,” ungkap penggemar traveling itu.
Peningkatan sarana dan prasarana juga Dhanis lakukan, “Seperti sarana dan prasarana olahraga dan seni. Jadi mahasiswa yang dihasilkan selain mempunyai kemampuan akademik, mereka juga memiliki kemampuan non akademik yang dapat dibanggakan. Itu juga menjadi modal UKI untuk bersaing dengan lulusan-lulusan dari universitas lain,” ujar advokat senior itu. Ya, selama ini selain prestasi akademik, UKI juga kerap menorehkan prestasi non akademik. Salah satu yang sangat menonjol adalah di bidang olahraga. Puluhan piala berjejer di dalam rak kaca di ruang sekretariat UKI yang ukurannya tak terlalu luas. Sejak tahun 1970, UKI memang sudah mendominasi berbagai kejuaraan antar mahasiswa maupun antar perguruan tinggi. “Akhir-akhir ini prestasi mahasiswa UKI terbilang banyak. Kalau olahraga, kekuatannya di futsal dan basket, kalau kita mengikuti berbagai pertandingan di bidang tersebut, pada umumnya kita meraih podium,” papar pria berkacamata itu
Ketua Pertama Peradi Jakarta Utara itu juga menyebutkan, mahasiswa UKI menunjukan gaungnya ketika mengikuti Moot Court Competition (Kompetisi Peradilan Semu).“Saya tahu persis kemampuan mahasiswa UKI, kami kerap menyabet juara,” tutur Dhanis. Dalam membangun UKI, Dhanis menerapkan pola leadership, di mana seorang pemimpin selain agile (tangkas), juga harus memberi contoh bagi orang lain. “Di sini tidak ada superman, yang dibangun adalah super team. Semua punya kemampuan sesuai dengan bidangnya masing-masing,” kata Alumni Fakultas Hukum UKI angkatan 1981 tersebut. "Menutup pembicaraan, Dhanis menuturkan dalam memimpin suatu lembaga pasti akan ada tantangan terlebih di era digital saat ini. Menjawab tantangan tersebut, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta itu memiliki jurus jitu, yakni terus melakukan beragam terobosan termasuk dalam kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa. “Yang namanya perubahan hanya menimbulkan 2 reaksi, yakni antusiasme atau kekhawatiran bagi orang-orang tertentu, tapi kalau kita melakukan pendekatan yang baik dan smooth, tentunya semua akan bisa berjalan baik,” pungkasnya.