Rektor Inspiratif
Naskah: Giattri F.P. Foto: Dok. Humas BINUS UNIVERSITY
Sejak menjabat sebagai Rektor BINUS UNIVERSITY pada 2009 silam, Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M., begitu gigih mewujudkan visi BINUS 2020 “A World-class university in continuous pursuit of innovation and enterprise”. Ia pun berkomitmen kuat untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas global.
“Saya bersama dengan rekan-rekan membuat roadmap agar lebih mudah dipahami dan dicapai. Kami mempelajari bagaimana suatu perguruan tinggi memiliki kualitas yang dapat diakui secara global,” ujar Harjanto. Untuk itu, tegas Harjanto, BINUS harus memperkuat diri seperti memperbaiki kualitas lulusan, pengetahuan dan inovasi, kualitas akademik, high impact research, SDM yang handal dan kompeten, teknologi informasi dan komunikasi, program internasionalisasi dan kerjasama dengan industri, global recognition, menjadi perguruan tinggi pilihan, serta pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainability growth). Harjanto menerapkan sejumlah kebijakan, di antaranya BINUS Higher Education System sebagai standardisasi kualitas dan layanan pendidikan. Kualitas pelayanan, fasilitas, kurikulum antara kampus di Jakarta maupun di kota lainnya akan sama. Dalam hal akademis, pihaknya memiliki target 2 dari 3 alumnusnya bekerja di perusahaan global atau menjadi entrepreneur dalam waktu 6 bulan setelah kelulusan.
“Untuk mencapai hal tersebut kami memiliki Program 3+1 untuk BINUS (3 tahun kuliah di kampus asal + 1 tahun mengambil salah satu dari 5 program enrichment yaitu : Internship (magang), Study Abroad (kuliah di luar negeri), Research (riset), Entrepreneurship (kewirausahaan), dan Community Development (pengabdian masyarakat),” terang kelahiran Pekalongan, 17 Maret 1964 itu. Berkat kerja keras Harjanto bersama rekan-rekan BINUSIAN dalam mencapai visi Binus 2020, sejumlah prestasi membanggakan pun ditorehkan, di antaranya mendapat bintang 3 dari QS Star University Ranking, mengikuti dan meraih ASIAN MAKE Award (Most Admired Knowledge Enterprise) sejak tahun 2007, akreditasi internasional untuk beberapa program seperti EFMD EPAS untuk International Accounting & Finance Program serta ABET untuk Engineering program, TEDQUAL untuk Hotel Management, Akreditasi Institusi A dari BAN-PT, dan Lebih dari 55% program studi telah terakreditasi A, 25% terakreditasi B, dan 15% adalah program baru.
“Bagi kami yang tidak kalah penting adalah BINUS mendapat kepercayaan dari masyarakat, orangtua, pemerintah, dan industri. Karena hal tersebut dapat membuka peluang bagi mahasiswa kami untuk mendapat pengalaman di luar kampus. Dalam hal menjaga hubungan dengan rekan sekolah dan industri di daerah, kami memiliki BULC (BINUS UNIVERSITY Learning Community) Chapter School dan BULC Chapter Industry,” ungkap Harjanto. Harjanto menambahkan, jebolan BINUS juga banyak yang sukses menjadi entrepreneur seperti William Tanuwijaya (Co-Founder Tokopedia), Alamanda Shantika (Gojek), dan masuk Forbes under 30 seperti: Jeff Hendrata (Founder Karta Indonesia Global), Benny Fajarai (Founder Qlapa), Tyovan Ari Widagdo (Founder Bahaso), Joshua Kevin (Founder Talenta.co), dan Yasa Singgih (Founder Men’s Republic).
“Prestasi di luar akademis banyak juga diraih oleh mahasiswa/i BINUS seperti dalam bidang paduan suara ada Paramabira yang beberapa kali berhasil menjuarai kompetisi internasional, kompetisi karya tulis, teknologi aplikasi, hingga karya animasi” imbuhnya. Dalam memimpin BINUS, Harjanto tak menampik kerap menemui berbagai rintangan, yakni bagaimana membangun suasana kerja di lingkungan akademis tetap dinamis dan menyenangkan. Misal, terkait dengan SDM khususnya tenaga dosen adalah bagaimana menjembatani gap antara mahasiswa dengan dosen karena tiap generasi butuh pendekatan yang berbeda dan pengajar harus siap dengan hal tersebut. BINUS UNIVERSITY, sambung Harjanto, tidak hanya mencari dosen yang bisa mengajar saja, namun harus mencerminkan Catur Dharma (Tri Dharma perguruan tinggi + self development).
“Dengan standar tersebut seringkali belum bisa terpenuhi atau kami masih menunggu dosen tersebut siap karena mungkin masih mengambil program S2 atau S3. Namun saya bersyukur, kami memiliki pemahaman yang sama terhadap visi BINUS 2020. Dengan pemahaman yang sama tersebut, kami berhasil mengatasi berbagai kendala, contohnya seperti persepsi masyarakat terhadap dosen perguruan tinggi swasta tidak memiliki kemampuan publikasi yang bagus,” ungkapnya. Hingga saat ini, BINUS sudah memiliki jurnal sebanyak sekitar 1.624 yang terindeks di Scopus dan menempati peringkat 12 di Indonesia. Ia pun menggarisbawahi, BINUS dapat menjadi sebesar sekarang tidak lepas dari perjuangan pendiri itu sendiri. Berawal dari lembaga kursus komputer yang didirikan oleh keluarga yang memiliki semangat mendidik. “Saya tidak klaim kesuksesan BINUS karena kepemimpinan saya. Saya hanya meneruskan pola kepemimpinan sebelumya, memperbaiki yang masih kurang dan memperkuat yang sudah bagus,” tegasnya.
Ketika ditanya, legacy apa yang akan Harjanto tinggalkan untuk lembaga yang dipimpinya jika kelak pensiun, dengan lugas ia menjawab, “Saya berharap BINUS makin maju dengan hadirnya kampus lain di luar Jakarta seperti di Bandung, Malang, serta BULC di Semarang, Palembang, dan kota lainnya. Dan dengan dikelola oleh BINUS Higher Education diharapkan kualitas dan pelayanan dapat terus ditingkatkan.” Menutup pembicaraan pria yang memiliki filosofi hidup berbuat baik, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan bermanfaat bagi orang lain ini menuturkan hanya memiliki obsesi sederhana. “Dalam hal karir akademik mungkin sederhana saja, saya ingin menjadi Professor yang lebih baik dan benar. Senang melihat generasi penerus yang berhasil dan bisa berkontribusi bagi orang lain,” pungkasnya.