Prof. Ojat Darojat Dip.Mgt., M.Bus., Ph.D. (Rektor Universitas Terbuka)
Bersama Wujudkan Perguruan Tinggi Terbuka Bertaraf Internasional
Naskah: Sahrudi Foto: Sutanto/dok. Pribadi
Di usia 39 tahun, Universitas Terbuka (UT) telah menunjukkan progres yang luar biasa. Dengan bantuan teknologi yang semakin maju kini masyarakat semakin mengenal UT. Masyarakat sekarang relatif lebih well-informed tentang UT. Tak heran kalau kini mahasiswa UT yang tercatat ada 525.360 orang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara. Jumlah mahasiswa sebesar ini tentu tidak dimiliki perguruan tinggi lainnya di Indonesia. ”Jadi, UT kini dikenal bukan sebagai Universitas Terbuka saja, tapi juga Universitas Terbesar,” ujar Rektor UT, Prof. Ojat Darojat, Dip.Mgt., M.Bus., Ph.D, sambil tertawa saat menerima tim Men’s Obsession di ruang kerjanya. Di ruangan yang tertata apik, wawancara berlangsung dengan akrab dan sesekali diselingi guyonan segar khas akademisi yang juga President Asian Association of Open Universities (AAOU) atau asosiasi perguruan tinggi jarak jauh se-Asia untuk masa jabatan 2023-2025 tersebut. Banyak hal diungkapkan terkait pencapaian UT di usia ke-39 tahun ini.
Dalam usia 39 tahun ini pula UT telah menunjukkan kiprahnya sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional. Berbagai kegiatan akademik berkelas dunia kerap diadakan di kampus ini. Fakultas Ekonomi Bisnis UT, misalnya, telah melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UT dengan International School of Cultural Tourism Hangzhou City University, China. Kemudian pada 11-14 Juni silam, UT menjadi tuan rumah kegiatan Better University Knowledge for All (BUKA) Project Meeting. Kegiatan BUKA Project ini merupakan kegiatan penelitian kolaborasi yang diketuai oleh Tampere University of Applied Sciences (TAMK) Finland; dan banyak lagi aktivitas akademis yang bersifat internasional yang dilakukan atau diikuti oleh UT.
Prestasi UT sebagai perguruan tinggi terbesar dan mendunia di usia ke-39 ini tak lepas dari dukungan semua pihak, khususnya pemerintah. Alhamdulillah, UT sudah berusia 39 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang, terbentang sejarah perjalanan yang sangat berwarna di masa lalu. Kadang di situasi paling sulit, banyak tantangan dan rintangan yang kita hadapi untuk mencapai kebahagiaan, maupun prestasi. Di usia yang ke-39 ini merupakan salah satu milestone ketika UT masuk ke suatu tahapan baru dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia. UT pada saat ini telah dikelola sebagai perguruan tinggi dengan status PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) berbeda dengan sebelumnya, saat ini UT diberikan otonomi lebih luas oleh pemerintah untuk melakukan self-governance, atau mengelola sendiri,” papar Rektor.
Otonomi yang lebih luas itu terkait dengan otonomi di bidang akademik, dan otonomi di bidang tata kelola sumber daya yang dimiliki. Seperti halnya sumber daya manusianya, kemudian yang terkait anggaran, keuangan, dan hal-hal lainnya. Semuanya diatur secara self-governance. Ini memungkinkan UT bergerak lebih lincah dan lebih gesit lagi dalam merespons setiap perubahan maupun dinamika yang terjadi di masyarakat.
“Mudah-mudahan milestone ini dapat kita gunakan dengan baik. Tentu berangkat dengan capaian saat ini, yaitu UT sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri jarak jauh di Tanah Air memiliki competitive advantages yang tidak dimiliki oleh perguruan tinggi tatap muka. UT bisa menyuarakan program-program pendidikannya sampai ke seluruh pelosok Tanah Air, bahkan ke pulau-pulau terluar dari negara ini. Hal itu saya kira tidak bisa dilakukan oleh perguruan tinggi biasa,” lanjut Prof. Ojat.
Upaya memajukan Indonesia melalui pendidikan terbuka ini ditunjukkan dengan tema Dies Natalis ke-39, yakni ”Tatanan Budaya dan Kerja Baru Mewujudkan Indonesia Maju”. Menurut Prof. Ojat, makna di balik tema ini terkait dengan budaya kerja, yakni semuanya harus membangun kultur baru UT sebagai good corporate governance. Ia menyebut jika UT sebelumnya masih menerima arahan dari pihak kementerian terutama kementerian teknis, saat ini UT harus berdikari membangun kultur dan mindset baru, supaya UT bisa dikelola sebagai Good Corporate Governance. Hal ini berarti tidak boleh lagi ada staf yang tidak terlibat atau bermalas-malasan. Semua harus bekerja keras penuh komitmen dan pengabdian total pada institusi.
“Saya yakin UT hanya bisa mencapai visi dan misinya ketika kita, orang yang duduk di top management level bisa down to earth, atau membangun kultur dengan banyak melibatkan kawan-kawan di level manajemen tingkat menengah sampai bawah, supaya mereka semuanya ikut terlibat, bahu membahu memberikan kontribusi terbaiknya untuk pencapaian visi dan misi UT. Ini sangat penting karena pencapaian misi bukan hanya tugas rektor atau wakil akademik, melainkan tugas semua keluarga besar UT. Dari top management level, ketua program studi, hingga keamanan, office boy, maupun tukang taman. Semua harus terlibat kontribusi,” ia menjelaskan.