M. Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Revolusi dengan Cinta

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 22 May 2014
Meningkatkan kualitas Kota Bandung yang saat ini memiliki kompleksitas permasalahan mulai dari infrastruktur hingga sumberdaya manusia (SDM) pemerintahannya, jelas tidak seperti “membalik telapak tangan”. Juga, belum tentu bisa selesai dalam tempo 2-3 tahun. Hal itu, sangat disadari oleh Emil. Dengan APBD yang hanya 5,4 triliun rupiah, Kota Bandung dituntut memiliki performa metropolitan. Bandingkan dengan Jakarta yang punya dana hingga 70 triliun rupiah. Itu kalau bicara perbandingan anggaran.

Bagaimana dengan SDM pemerintahan kota yang diakui Emil masih belum memadai? Tentu semakin berat. Belum lagi problem lain yang merupakan problem peninggalan masa lalu. Wajar kalau kemudian Emil mengibaratkan kondisi Kota Bandung saat ini ibarat “mobil reyot yang bernafsu untuk lari kencang”.
Untuk meningkatkan performa si ‘mobil reyot’ itu lah, Emil pun harus berjibaku mengerahkan segenap kemampuannya agar mobil bisa melesat cepat. “Jadi filosofinya, saya jadi supir saya juga jadi montir,” ujarnya serius. “Kalau mobilnya masih gress saya jadi supir saja. Tapi karena mobilnya begini, saya nyetir, mundur dulu ke belakang, benerin bannya, dan lain-lain,” ia menganalogikan.

Untuk itulah ia lebih banyak di lapangan. Setiap malam minggu bersama TNI, Polri, dan satpol PP melakukan pengawasan. “Tanpa begitu mesin nggak bergerak,” guraunya. Untung saja usia masih muda, 42 tahun, sehingga Emil merasa tidak ada masalah dengan pola kerja seperti itu. Ia optimis akan ada saatnya ia bisa membawa Kota Bandung menjadi lebih baik. “Saya dulu berkomitmen 3 tahun kota ini secara kasat mata akan ada perubahan besar. Kota lebih bersih, lebih tertib, taman-taman banyak,” ia yakin.

Tapi satu hal yang mungkin memiliki kesulitan tinggi dalam mengatasinya yakni mengubah kultur sebagian besar warga yang tidak peduli dengan kotanya. “Untuk perubahan kultur manusianya, saya nggak yakin 3 tahun bisa saya ubah. Kultur manusia ini problem besar, jadi ini masalah klasik,” tegasnya.