Laporan Khusus Jokowi-JK (Part 3): Muhammad Jusuf Kalla, Sang Pemersatu dari Timur

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 16 June 2014
Sebagai pasangan Cawapres pendamping Jokowi, JK bisa melengkapi dalam pengetahuan dan pengalaman di bidang ekonomi.

Tokoh kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 ini merupakan negarawan yang mengawali karier politiknya dari seorang pengusaha.

JK dikenal sebagai pengusaha yang sukses dalam bisnisnya, serta berhasil mencapai karier puncak politiknya sebagai ketua umum Partai Golkar dan Wakil Presiden RI periode 2004-2009.


JK dibesarkan dalam keluarga Nahdliyin (NU) dan menikah dengan putri dari keluarga Muhammadiyah. Saat kecil, JK yang akrab dipanggil Ucu, adalah anak kedua dari 17 bersaudara dari pasangan Haji Kalla dan Athirah. Sejak kecil, JK memang sudah diasuh orangtuanya untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam, jujur, dan menghargai orang lain.

Kini pun, JK dianggap sebagai negarawan yang religius. Ayahnya, Haji Kalla, seorang pengusaha dan tokoh NU Sulawesi Selatan. Usaha yang dirintis orangtuanya itu berkembang di tangannya. Pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group meliputi beberapa kelompok perusahaan di berbagai bidang industri.

JK sejak muda memang sering ikut dalam usaha dan kegiatan keagamaan. Ia menamatkan pendidikannya S1 Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar 1967 ini. Setelah ayahnya meninggal, JK yang lulusan The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis, 1977 ini, meneruskan usaha ayahnya. Sebelum bergelut di bidang usaha. JK muda aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, terutama setelah menjadi Ketua KAMI Sulawesi Selatan pada 1966.

Pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan JK antara lain adalah Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Sulawesi Selatan 1960 - 1964, Ketua HMI Cabang Makassar tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966, serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969.

Tahun 1968, JK menjadi CEO dari NV Hadji Kalla. Di bawah kepemimpinannya, NV Hadji Kalla berkembang dari sekedar bisnis ekspor-impor, meluas ke bidang-bidang perhotelan, konstruksi, pejualan kendaraan, perkapalan, real estate, transportasi, peternakan udang, kelapa sawit, dan telekomunikasi.

JK pernah mendapat tawaran sebagai Kepala Bulog. Tawaran itu ditolak karena Beliau hanya mau menjadi anggota DPRD. Namun, beberapa tahun kemudian, JK benar-benar menjadi Kepala Bulog serta menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan dan Industri di era pemerintahan Presiden Gus Dur.

Sebelum terjun ke politik, JK pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Ia pun menjadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di alamamaternya Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.

JK dinilai sebagai seorang tokoh yang cukup berpengaruh di Indonesia Timur dan sangat peduli atas percepatan pembangunan Indonesia, tak terkecuali di kawasan timur. Hal itu tercermin dalam bukunya Mari ke Timur! (2000). Buku itu berisi pikiran-pikirannya tentang Indonesia Timur. Hal itu menunjukkan kepeduliannya untuk membangun seluruh negeri secara adil dan merata.

Belakangan, JK aktif memimpin organisasi di bidang sosial dan bidang organisasi keagamaan. Melalui Munas Palang Merah Indonesia (PMI) ke-19, JK terpilih menjadi ketua umum PMI periode 2009-2014. Dalam Muktamar VI DMI di Jakarta, JK juga terpilih sebagai ketua umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) periode 2012-2017.

JK menikah dengan Hj. Mufidah Jusuf, dan dikaruniai seorang putra dan empat putri, serta sembilan orang cucu. Pada 10 September 2011, JK mendapat penganugerahan doktor Honoris Causa dari Universitas Hasanuddin, Makassar. Selain itu, JK mendapat gelar doktor kehormatan bidang ekonomi dari Universitas Malaya, Malaysia. karena jasa dan sumbangsihnya untuk memajukan ekonomi global.

Meski sudah menjadi pengusaha besar dan memegang berbagai jabatan, namun JK tetap tampak sederhana dan tetap menghargai kaum lapisan bawah. Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Sutrisno Bachir yang juga pengusaha nasional, mengaku mengenal JK sebagai sosok yang sederhana. “JK pengusaha besar tapi tetap sederhana. Saya sudah sederhana tapi masih kalah sederhana dengan JK dan Jokowi,” aku Sutrisno Bachir yang kini masuk ke dalam Tim Pemenangan Jokowi-JK. Ars