Henry Yosodiningrat - Bersama GRANAT "Mewakafkan Diri" Berantas Kejahatan Narkotika
Naskah: Suci Yulianita & Sahrudi, Foto: Sutanto/Dok. MO
Ada rasa sedih dan marah di diri seorang Henry Yosodiningrat saat melihat fakta bahwa jumlah pengguna narkotik di Indonesia semakin meningkat. Sedih karena korban terus berjatuhan. Marah, karena langkah nyata pemberantasan Narkoba seperti jalan di tempat. Karena itulah, bersama Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT), organisasi yang didirikannya bersama sejumlah tokoh sejak 17 tahun lalu, Henry mewakafkan diri untuk pemberantasan Narkoba.
Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Hari Anti-Narkotik Internasional di Jakarta, Ahad, 26 Juni 2016 yang menginginkan tindakan tegas dari seluruh aparat keamanan terhadap pelaku kejahatan narkotik, membuat Henry takjub. Betapa tidak, Jokowi tak sungkan menggunakan istilah keras untuk mempertegas instruksinya tersebut. “Saya tegaskan kepada semua polda, polres, kejar, tangkap, hajar, hantam, dan kalau undang-undang memperbolehkan, dor mereka (pelaku kejahatan narkotik),” tegas Jokowi. Tentu saja itu menjadi pelecut bagi Henry bersama Granat untuk lebih giat membantu pemerintah memberantas peredaran barang-barang haram tersebut. Meski dalam perjalanannya selama 17 tahun memimpin GRANAT, ia paham betul betapa sulitnya mewujudkan tekad Jokowi tersebut. Memang, seperti selalu dikatakan Henry, pemberantasan narkoba tidak bisa dilakukan sendirian bahkan oleh negara sekalipun. Perlu ada partner dan dukungan dari masyarakat untuk bersama-sama melawannya. Untuk itulah, GRANAT hadir. Didirikan oleh Henry dan sejumlah tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang seperti polisi, militer, cendekiawan, akademisi, tokoh masyarakat dan lainnya, GRANAT sudah memantapkan tekad bertarung dengan sosok kejahatan yang dilakukan oleh sebuah sindikat. Sindikat yang sangat terorganisir dan berskala internasional. Sebuah well organized crime dengan dana tak terbatas yang tujuannya tidak sekadar bisnis tapi untuk menghancurkan bangsa. Sudah banyak contoh negara yang dirusak oleh narkoba. Afghanistan, misalnya.
Ngancurin negara, cetus Henry, tidak harus dibom. Cukup dipasok narkoba, maka rakyatnya akan dirusak dan bangsanya akan lumpuh. Modus untuk menghancurkan Indonesia dengan cara itu sudah sangat terang benderang terlihat di depan mata rakyat dan aparat negara. “Seperti terakhir kita lihat ada 5 ton sabu dimasukan ke tiang pancang jembatan yang dikirim dari Cina. Saya melihat ini sebuah agenda besar. Tapi memang saya melihat aparat penegak hukum, saya melihatnya nggak peka, dan setengah hati. Maaf saya katakan dan ini perlu penekanan,” tegasnya.