Ismed Hasan Putro, Sang "Pendobrak"

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 10 October 2014
Memasuki ruang kerja Ismed, kita seperti masuk ke dalam ruang rapat. Tak ada meja dan kursi kerja yang mewah. Yang ada hanya meja berbentuk oval yang memanjang dengan sekitar puluhan kursi di sekelilingnya. Pintunya tak pernah ditutup. Benar-benar jauh dari perkiraan sebagai sebuah ruang kerja seorang petinggi perusahaan. Di ruang yang mejanya penuh dengan display produk PT RNI itulah, Ismed menerima Men’s Obsession untuk sebuah wawancara. Banyak hal diungkap dalam wawancara ini, mulai dari pembenahan RNI hingga kebijakan terkait pangan. Apalagi RNI adalah perusahaan BUMN yang salahsatu tugasnya adalah pengadaan pangan seperti daging, beras, gula dan lain sebagainya. Sesuatu yang diakuinya sebagai hal yang sangat vital bagi rakyat Indonesia saat ini. Banyak gagasan dan ide ia sampaikan terkait hal itu. Gamblang, apa adanya, dan familiar membuat wawancara mengalir lancar dan kadang diselingi joke dan cerita lucu yang di alaminya. Wawancarapun seperti sebuah dialog yang cair. Dan itulah yang kami suguhkan dalam petikan wawancara ini.

Apa yang Anda rasakan ketika pertama kali memimpin RNI ?
RNI ini adalah tipikal umumnya BUMN, tidak efisien dan cenderung menjadi birokrasi, dia bukan korporat. Karena itu mindset yang saya ubah pertama kali adalah budaya, culture, dia harus menjadi culture korporasi bukan birokrasi makanya ketika saya masuk pertama kali ke RNI, itu tiga hari setelah saya dilantik, serah terima, saya sampaikan bahwa saya ingin mengurangi lemak-lemak yang ada di RNI dan proses pengurangan lemak itu harus saya mulai dari diri saya.

Apa yang Anda maksud mengurangi ‘lemak’ ?
Pertama mengurangi posisi jabatan yang ada disini, dulu RNI ada yang namanya direksi, kemudian ada deputi direktur sebanyak 7 orang, dibawahnya lagi ada asisten deputi direktur, dibawahnya lagi ada kepala divisi, dibawahnya lagi ada kepala bagian. Jadi ada 5 strata, ketika saya masuk 2 strata saya hapuskan yakni deputi dan asisten deputi.