Henry Husada (Founder KAGUM Group), Pebisnis Ulung dari Bandung

Apa yang mendorong Anda berbisnis di industri tourism ini ?
Karena sangat menjanjikan. Kalau kekayaan alam, digali lama-lama bisa habis. Kekayaan bumi, kekayaan laut, kan makin hari bisa makin habis. Tapi kalau mengenai turis, kita berbicara turis, ini bicara bisnis yang akan datang, bisnis di masa depan yang sangat menjanjikan. Berulang ulang saya katakan bahwa bisnis pariwisata itu adalah direct to rakyat.
Misalkan kita mau berangkat ke Palembang, kan kita nggak ada urusan ke Pemda. Nah dari Palembang itu kan bisa berbelanja atau lain sebagainya. Begitu juga kalau dari luar negeri, contohnya, dari Kuala Lumpur datang ke kota Bandung atau Palembang atau kota lainnya di Indonesia, kan mereka juga nggak ada urusan dengan pemerintah. Mereka datang ke Bandung bawa uang 1000 ringgit misalnya, dia langsung tukar ke rupiah, dan selanjutnya dia sudah langsung direct to rakyat.
Misalnya panggil taksi, makan batagor, itu kan langsung dirasakan masyarakat. Bukan masyarakat menengah ke atas saja, menengah ke bawah juga. Misalnya turis naik angkot, belanja batagor, dan lain-lain contohnya. Karena itu saya selalu mengatakan kepada rekan kerja bahwa turis itu harus dijaga karena turis itu membawa uang datang ke Indonesia, jadi jangan dibikin susah, harus ramah.
Datang ke tempat wisata tentu menginapnya di hotel sesuai dengan budget atau sesuai kemampuan masing masing keluarga. Kemampuan bintang 2 ya bintang 2, kemampuan bintang 3 ya bintang 3, bintang 4 atau 5 ya dia akan menginap. Berarti itu bisnis yang luar biasa.
Di sisi lain, saat ini eranya otonomi daerah, setiap daerah berlomba lomba membangun daerahnya, dan menciptakan daerahnya menjadi icon supaya bisa dikunjungi pariwisata. Saya banyak bertemu dengan kepala daerah, banyak bertemu dengan pemangku jabatan di daerah lain, di kota kota lain, saya nggak ada habis habisnya mengatakan bahwa tourism itu harus dijaga.