Mens Obsession Awards 2014 & Mens Obsession Decade Awards 2004 - 2014
Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo
Rising Leader
Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun lalu tak hanya melahirkan sosok Joko Widodo sebagai pengganti Fauzi Bowo, tapi juga sosok Joko Widodo sebagai figur fenomenal yang menasional.
Kinerjanya yang teruji saat ia memimpin Kota Solo, Jawa Tengah, ditambah satu tahun kinerjanya dalam membenahi Jakarta, menjadi salahsatu acuan publik untuk memajukan pria yang akrab disapa Jokowi ini sebagai Calon Presiden Republik Indonesia dalam pemilihan presiden yang akan berlangsung di tahun ini.
Sebagai Walikota Solo, Jokowi mampu melakukan terobosan baru dalam mengubah Kota Solo, sehingga kebijakan populisnya dapat dirasakan langsung oleh warganya. Dimulai dari keberhasilannya menata pedagang kaki lima (PKL) tanpa gejolak sama-sekali sampai pada penataan yang lebih baik terhadap program pelayanan birokrasi, seperti kemudahan pelayanan KTP, asuransi kesehatan untuk warga miskin, serta layanan kesehatan dengan biaya dari APBD.
Lelaki kelahiran 21 Juni 1961 ini, memang selalu berpikir tidak biasa alias thinking outside the box. “Kita harus berani membuat terobosan, jangan rutinitas, jangan monoton, (harus) selalu ada pembaharuan, selalu ada inovasi, “ katanya suatu ketika. Walaupun program penataan semua PKL di kota itu belum tuntas, atas upaya terobosannya itu Jokowi dianggap mampu memberikan pelayanan yang baik bagi warga Kota Solo, utamanya bagi warga kalangan bawah.
Peraih penghargaan Bung Hatta Award 2010 ini, juga memiliki keberpihakan yang tinggi kepada warga miskin kota. Langkah ini tentu saja memikat rakyat menengah ke bawah. Tak pelak, kemampuan Jokowi itu menjadi magnet bagi PDI Perjuangan untuk memboyong Jokowi ke Jakarta dan mencalonkannya sebagai Gubernur DKI berpasangan dengan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Hasilnya, mudah ditebak, pasangan ini unggul atas gubernur petahana.
Di Jakarta, gebrakan Jokowi juga memikat hati masyarakat. Terobosan-terobosan yang dilakukan dengan melakukan pendekatan langsung kepada rakyat dan menyelesaikan masalah Jakarta secara serius mendapatkan simpati. Karenanya rakyat tidak menyalahkan Jokowi ketika persoalan banjir dan kemacetan Jakarta tetap terjadi dalam setahun kepemimpinannya karena rakyat tahu Jokowi sudah bekerja untuk mengatasinya.
Apa yang dilakukan Jokowi menjadi pengamatan tak hanya rakyat di Jakarta tapi juga menjadi fenomenal nasional. Perlahan tapi pasti namanya mulai digadang-gadang sebagai calon presiden dalam pemilihan tahun 2014 dan sejumlah survey pun menempatkan suami Iriana ini sebagai capres di urutan nomor wahid. Rud
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh
Inspirational Leader
Surya Dharma Paloh adalah sosok kontroversial sepanjang era otoritarian pemerintahan Orde Baru. Memiliki talenta berorganisasi sejak duduk di bangku SMP di Serbelawan, Simalungun, Sumatera Utara, pada usia 14 tahun pria kelahiran Kutaraja, Aceh, 16 Juli 1951, ini sudah menjadi demonstran jalanan.
Sebagai Ketua KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar dan Pemuda Indonesia) Surya sudah peduli memperjuangkan tuntutan rakyat. Di usia remaja, 19 tahun, Surya tercatat sebagai caleg termuda DPRD Kota Medan yang dusulkan oleh Sekber Golkar dalam Pemilu 1971, organisasi yang diikutinya untuk menyalurkan bakat berpolitiknya.
Sambil merintis usaha di Kota Medan, putra seorang perwira polisi, Daud Paloh, ini, mendirikan Forum Komunikasi Putra Putri ABRI (FKPPI). Aktivitasnya yang menonjol sebagai pengusaha muda, mengantarkan dirinya terpilih menjadi Ketua Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Sumatera Utara periode 1974-1977.
Pada tahun 1976 Surya hijrahke Jakarta untuk mengadu nasib. Sebagai anak rantau, sejak 1978 ia sukses membangun usaha catering dengan bendera PT Indocater, yang menjadi core bisnisnya hingga sekarang. Pada penghujung dekade 1970-an itu, ia mulai menancapkan ketokohannya dalam pergerakan kaum pemuda di tingkat nasional.
Pengagum Bung Karno yang dikenal sebagai orator ulung ini mendirikan sekaligus terpilih menjadi KetuaUmum FKPPI di tingkat nasional selama dua periode(1979-1984). Ia juga terpilih menjadi Ketua AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia). Sebelumnya, pada usia 29 tahun, Surya terpilih menjadi anggota MPR RI selama dua periode dari Gokar (1979 – 1989).
Surya adalah pengusaha papan atas yang memiliki kepedulian besar untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Kepedulian itu mengantarkannya berkiprah di dunia politik. Ia lantas mendirikan Partai Nasdem dan mundur dari Partai Golkar. Dengan konsep Restorasi Indonesia yang diusungnya, ia optimis Partai Nasdem akan mendapatkan dukungan dari rakyat.
Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras untuk membiayai Partai NasDem. Karena itu juga ia menolak langkah pemerintah menganggarkan dana saksi untuk partai politik dalam Pemilu 2014.
Sikap dan tindakannya dalam membangun tradisi baru berpolitik, dan tentu saja kiprah perjuangannya di bidang bisnis dan politik, telah memberikan inspirasi besar kepada para partai politik dan politisi di negeri ini untuk berpolitik secara mandiri.
Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto
Patriot Leader
Untuk ketiga kalinya, purnawirawan jenderal bintang empat yang pernah memimpin TNI dalam masa paling kritis di negeri ini (Reformasi 1998), maju dalam pemilihan presiden. Pertama pada 2004 sebagai capres berpasangan dengan Ir. H. Salahuddin Wahid, kemudian pada 2009 sebagai Cawapres berpasangan dengan Capres Drs. H. M. Jusuf Kalla. Kini Wiranto tampil sebagai capres berpasangan dengan Hary Tanoesudibyo.
Sosok jenderal sepuh kelahiran Yogyakarta 66 tahun yang masih tampak gagah, ini, dikenal sebagai seorang seorang nasionalis sejati, tentara yang setia pada Saptmarga, warga negara yang mencintai Tanah Airnya dan seorang jenderal merah putih yang pantang menyerah.
Dalam buku Bersaksi Di Tengah Badai Wiranto digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai peran besar dalam proses transisi kepemimpinan nasional menyusul pecahnya gerakan reformasi yang dimotori oleh para mahasiswa ketika itu dan berakhir dengan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan RI.
Sikap patriotismenya tercermin kuat saat memilih mendukung proses reformasi agar berjalan secara konstitusional, konseptual, dan berada pada arah yang benar, tanpa mengambil kesempatan untuk kepentingan pribadinya. Meski mendapat kesempatan untuk melakukan ‘kudeta’ karena telah diberi kuasa oleh Presiden Suharto (semacam Supersemar), namun Wiranto tak mengambil kesempatan tersebut untuk menjadi presiden. Ia lebih memilih jalan konstitusional melalui pemilu walaupun telah dua kali gagal pada tahun 2004 dan 2009.
Menjelang lengsernya Soeharto, Wiranto memilih langkah bijak dengan mengundang tujuh pakar hukum dan pemerintahan untuk mendengar masukan dari mereka tentang cara konstitusional agar Soeharto bisa mundur secara bermartabat.
Sebulan setelah lengsernya rezim Soeharto, Juni 1998, Wiranto membentuk tim yang menyusun pokok-pokok pikiran ABRI tentang reformasi menuju pencapaian cita-cita nasional yang hasilnya kemudian diserahkan secara resmi kepada pemerintah dan pimpinan DPR/MPR-RI
Pada Juni 1999, Wiranto melakukan reformasi internal ABRI melalui suatu seminar di Bandung yang menghadirkan pakar-pakar dari sipil dan militer, dalam dan luar negeri, yang hasilnya dinamakan Peran ABRI abad ke-21.
Wiranto adalah seorang tokoh yang mempunyai kemauan keras dan kepedulian besar pada perubahan-perubahan mendasar di negeri tempat ia mengabdikan diri dalam hampir separuh usianya.
Ia kembali maju dalam Pilpres, antara lain, karena meyakini bahwa seorang pemimpin harus merasa memiliki negara ini, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tapi untuk seluruh rakyat yang berada dalam wilayah negaranya. Selain itu, pemimpin juga harus mau berkorban demi negara, bukan mengorbankan orang lain demi kekuasaannya, serta pemimpin juga harus berani introspeksi diri demi kemajuan negara yang dipimpinnya, bukan anti kritik atau malah memberangus para pengritiknya.
“Inilah saatnya saya membalas budi kepada bangsa dan negara yang telah memberikan kesempatan, kehormatan, dan kepercayaan kepada saya yang bukan apa-apa menjadi orang berguna.Tatkala bangsa ini sedang terluka dan terlunta- lunta, sangat berdosa kalau kita tidak berbuat apa-apa” kata Wiranto pada berbagai kesempatan.
Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar Akbar Tandjung
Fighter Leader
Akbar Tandjung merupakan tokoh politik nasional yang dikenal tangguh dan konsisten. Sikap konsisten itu terlihat dari keteguhannya untuk tetap berjuang bersama Partai Golkar dalam kondisi dan posisi apapun.
Ia bukan tipikal politisi yang mudah berpindah partai demi kepentingan pragmatis. Sementara, ketangguhannya terlihat ketika berhasil menyelamatkan Partai Golkar di saat rakyat menghujat partai ini pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Akbar Tanjung yang menjadi ketua Umum Partai Golkar periode 1998-2004 berhasil meyakinkan rakyat bahwa Partai Golkar tetap berpihak pada rakyat. Hasilnya, pada Pemilu tahun 1999, Partai Golkar menempati urutan ke-2, dan pada pemilu di tahun 2004 Partai Golkar menjadi pemenang pemilu. Ketika tidak lagi menjabat Ketua Umum, Akbar Tandjung kini duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar.
Kesuksesannya sebagai politisi yang disegani kawan dan lawan itu juga yang membawa beliau duduk sebagai Ketua DPR RI periode 1999-2004. Sebelumnya Akbar Tandjung pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada periode 1988-1993, Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998), Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman (1998).
Keberhasilan pendiri Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini sebagai politisi tentunya tidak lepas dari kematangannya berorganisasi yang dilakukannya sejak mahasiswa di Universitas Indonesia, di mana ia terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik pada tahun 1967-1968 dan aktif di Dewan Mahasiswa UI serta Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI. Selain aktivitas keorganisasian di dalam kampus, Akbar Tanjung juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Akbar dikenal sebagai politisi yang santun. Dalam buku Membangun Konsensus: Pemikiran dan Praktik Politik Akbar Tandjung yang ditulis M. Deden Ridwan & M. Muhajirin (Pustaka Sinar Harapan, 2003), Akbar disebut berhasil memperkenalkan tradisi dan gaya politik yang tidak hiruk pikuk. Akbar tampil sebagai peredam konflik, jembatan dan pembangun konsesus di tengah ragam budaya, agama, etnis maupun politik.
Akbar dianggap mengedepankan kecerdasan emosional. Hal ini ditunjukkan dengan empatinya terhadap lawan politik, aspiratif terhadap suara publik dan pelbagai kritikan, tidak meledak-ledak dan reaksioner, menyikapi persoalan politik dengan dingin, efisien dalam membuat pernyataan, bersikap moderat, dan selalu terlihat sabar.
Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa
Economic Leader
Bekerja dan terus bekerja, itulah yang dilakukan M. Hatta Rajasa dalam mengimplementasikan eksistensinya sebagai seorang menteri maupun sebagai politisi.Penerima “Bintang Mahaputera Adipradana” dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2013, ini sadar betul bahwa posisi dan jabatan yang kini diembannyaadalah sebuah dedikasi kepada bangsa dan negara.Karena itulah ia melepaskan perannya sebagai seorang pengusaha dan menjual semua perusahaannyasetelah masuk partai.
Citra sebagai sosok pekerja melekat dalam diri Hatta sejak masih remaja dan terus terjaga dengan baik ketika menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN) dan menjadi anggota Kabinet Indonesia Bersatu I maupun setelah menjabat Ketua Umum DPP PAN, dan duduk sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II.
Loyalitas dan profesionalisme selalu melekat dalam dirinya. Misalnya, ketika ia diangkat menjadi Menteri Perhubungan. Ketika itu, banyak orang tak menduga dia menjadi Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu.Sama seperti saat dia dipercaya menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kabinet Gotong-Royong.
Maklum, lulusan perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, diprediksi banyak orang lebih pas menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun, dengan profesionalisme dan kemampuan manajerial yang dimilikinya, jabatan apa pun dapat diemban dengan baik. Terbukti, semasa menjabat Menristek, ia berhasil mengangkat nama bangsa, manakala terpilih menjadi Presiden Ke-46 Konfrensi IAEA (The International Atomic Energy Agency) dengan pemilihan (voting).
Kemudian sebagai Menteri Koordinasi Perekonomian, Hatta telah melakukan banyak langkah strategis untuk memajukan pembangunan nasional, mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan program Masterplan Percepatanang dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI) yang langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim.
Tak heran kalau tokoh pendiri PAN, Amien Rais menilai Hatta sebagai sosok yang ‘aneh’. "Menurut saya, Hatta anak bangsa yang agak aneh, beliau lulusan ITB tapi memegang ekonomi Indonesia relatif berhasil," ujar Amien Rais usai menghadiri acara pelantikan organisasi sayap PAN, DPP Garda Muda Nasional (GMN) di Balai Kartini, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (8/4/2012) malam.
Suami dari Drg.Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa,ini memang berupaya menjalankan peran secara optimal atas jabatan yang diamanahkannya, baik sebagai Fungsionaris Partai Amanat Nasional (PAN), Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia Kabinet Gotong-Royong, Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu I dan Menteri Sekretariat Negara Kabinet Indonesia Bersatu I serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II tanpa terjadinya kemungkinan loyalitas ganda dan abuse of power. Ia tidak pernah bicara politik atau partai ketika berperan sebagai menteri. Ia selalu menempatkan posisinya pada konteks dan waktu yang tepat.
Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto
Peace Keeping Leader
Dalam kapasitasnya sebagai Panglima TNI 2006-2007, maupun dalam mengemban tanggung jawab sebagai Menko Polhukam, Marsekal TNI (purn) Djoko Suyanto mampu menjalankan tugasnya dengan baik dalam menciptakan stabilitas politik dan keamanan nasional.
Sebagai panglima TNI beliau mampu menciptakan situasi ketertiban dan keamanan masyarakat serta mampu mengendalikan konflik horizontal. Sebagai menko polhukam, tokoh militer kelahiran Madiun, 2 Desember 1950, ini, mampu menjaga stabilitas keamanan dalam negeri, serta konsisten menjaga keutuhan NKRI. Beliau adalah tokoh penjaga perdamaian dalam pengertian yang luas.

Rising Leader
Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun lalu tak hanya melahirkan sosok Joko Widodo sebagai pengganti Fauzi Bowo, tapi juga sosok Joko Widodo sebagai figur fenomenal yang menasional.
Kinerjanya yang teruji saat ia memimpin Kota Solo, Jawa Tengah, ditambah satu tahun kinerjanya dalam membenahi Jakarta, menjadi salahsatu acuan publik untuk memajukan pria yang akrab disapa Jokowi ini sebagai Calon Presiden Republik Indonesia dalam pemilihan presiden yang akan berlangsung di tahun ini.
Sebagai Walikota Solo, Jokowi mampu melakukan terobosan baru dalam mengubah Kota Solo, sehingga kebijakan populisnya dapat dirasakan langsung oleh warganya. Dimulai dari keberhasilannya menata pedagang kaki lima (PKL) tanpa gejolak sama-sekali sampai pada penataan yang lebih baik terhadap program pelayanan birokrasi, seperti kemudahan pelayanan KTP, asuransi kesehatan untuk warga miskin, serta layanan kesehatan dengan biaya dari APBD.
Lelaki kelahiran 21 Juni 1961 ini, memang selalu berpikir tidak biasa alias thinking outside the box. “Kita harus berani membuat terobosan, jangan rutinitas, jangan monoton, (harus) selalu ada pembaharuan, selalu ada inovasi, “ katanya suatu ketika. Walaupun program penataan semua PKL di kota itu belum tuntas, atas upaya terobosannya itu Jokowi dianggap mampu memberikan pelayanan yang baik bagi warga Kota Solo, utamanya bagi warga kalangan bawah.
Peraih penghargaan Bung Hatta Award 2010 ini, juga memiliki keberpihakan yang tinggi kepada warga miskin kota. Langkah ini tentu saja memikat rakyat menengah ke bawah. Tak pelak, kemampuan Jokowi itu menjadi magnet bagi PDI Perjuangan untuk memboyong Jokowi ke Jakarta dan mencalonkannya sebagai Gubernur DKI berpasangan dengan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Hasilnya, mudah ditebak, pasangan ini unggul atas gubernur petahana.
Di Jakarta, gebrakan Jokowi juga memikat hati masyarakat. Terobosan-terobosan yang dilakukan dengan melakukan pendekatan langsung kepada rakyat dan menyelesaikan masalah Jakarta secara serius mendapatkan simpati. Karenanya rakyat tidak menyalahkan Jokowi ketika persoalan banjir dan kemacetan Jakarta tetap terjadi dalam setahun kepemimpinannya karena rakyat tahu Jokowi sudah bekerja untuk mengatasinya.
Apa yang dilakukan Jokowi menjadi pengamatan tak hanya rakyat di Jakarta tapi juga menjadi fenomenal nasional. Perlahan tapi pasti namanya mulai digadang-gadang sebagai calon presiden dalam pemilihan tahun 2014 dan sejumlah survey pun menempatkan suami Iriana ini sebagai capres di urutan nomor wahid. Rud
Inspirational Leader
Surya Dharma Paloh adalah sosok kontroversial sepanjang era otoritarian pemerintahan Orde Baru. Memiliki talenta berorganisasi sejak duduk di bangku SMP di Serbelawan, Simalungun, Sumatera Utara, pada usia 14 tahun pria kelahiran Kutaraja, Aceh, 16 Juli 1951, ini sudah menjadi demonstran jalanan.
Sebagai Ketua KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar dan Pemuda Indonesia) Surya sudah peduli memperjuangkan tuntutan rakyat. Di usia remaja, 19 tahun, Surya tercatat sebagai caleg termuda DPRD Kota Medan yang dusulkan oleh Sekber Golkar dalam Pemilu 1971, organisasi yang diikutinya untuk menyalurkan bakat berpolitiknya.
Sambil merintis usaha di Kota Medan, putra seorang perwira polisi, Daud Paloh, ini, mendirikan Forum Komunikasi Putra Putri ABRI (FKPPI). Aktivitasnya yang menonjol sebagai pengusaha muda, mengantarkan dirinya terpilih menjadi Ketua Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Sumatera Utara periode 1974-1977.
Pada tahun 1976 Surya hijrahke Jakarta untuk mengadu nasib. Sebagai anak rantau, sejak 1978 ia sukses membangun usaha catering dengan bendera PT Indocater, yang menjadi core bisnisnya hingga sekarang. Pada penghujung dekade 1970-an itu, ia mulai menancapkan ketokohannya dalam pergerakan kaum pemuda di tingkat nasional.
Pengagum Bung Karno yang dikenal sebagai orator ulung ini mendirikan sekaligus terpilih menjadi KetuaUmum FKPPI di tingkat nasional selama dua periode(1979-1984). Ia juga terpilih menjadi Ketua AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia). Sebelumnya, pada usia 29 tahun, Surya terpilih menjadi anggota MPR RI selama dua periode dari Gokar (1979 – 1989).
Surya adalah pengusaha papan atas yang memiliki kepedulian besar untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Kepedulian itu mengantarkannya berkiprah di dunia politik. Ia lantas mendirikan Partai Nasdem dan mundur dari Partai Golkar. Dengan konsep Restorasi Indonesia yang diusungnya, ia optimis Partai Nasdem akan mendapatkan dukungan dari rakyat.
Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras untuk membiayai Partai NasDem. Karena itu juga ia menolak langkah pemerintah menganggarkan dana saksi untuk partai politik dalam Pemilu 2014.
Sikap dan tindakannya dalam membangun tradisi baru berpolitik, dan tentu saja kiprah perjuangannya di bidang bisnis dan politik, telah memberikan inspirasi besar kepada para partai politik dan politisi di negeri ini untuk berpolitik secara mandiri.

Patriot Leader
Untuk ketiga kalinya, purnawirawan jenderal bintang empat yang pernah memimpin TNI dalam masa paling kritis di negeri ini (Reformasi 1998), maju dalam pemilihan presiden. Pertama pada 2004 sebagai capres berpasangan dengan Ir. H. Salahuddin Wahid, kemudian pada 2009 sebagai Cawapres berpasangan dengan Capres Drs. H. M. Jusuf Kalla. Kini Wiranto tampil sebagai capres berpasangan dengan Hary Tanoesudibyo.
Sosok jenderal sepuh kelahiran Yogyakarta 66 tahun yang masih tampak gagah, ini, dikenal sebagai seorang seorang nasionalis sejati, tentara yang setia pada Saptmarga, warga negara yang mencintai Tanah Airnya dan seorang jenderal merah putih yang pantang menyerah.
Dalam buku Bersaksi Di Tengah Badai Wiranto digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai peran besar dalam proses transisi kepemimpinan nasional menyusul pecahnya gerakan reformasi yang dimotori oleh para mahasiswa ketika itu dan berakhir dengan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan RI.
Sikap patriotismenya tercermin kuat saat memilih mendukung proses reformasi agar berjalan secara konstitusional, konseptual, dan berada pada arah yang benar, tanpa mengambil kesempatan untuk kepentingan pribadinya. Meski mendapat kesempatan untuk melakukan ‘kudeta’ karena telah diberi kuasa oleh Presiden Suharto (semacam Supersemar), namun Wiranto tak mengambil kesempatan tersebut untuk menjadi presiden. Ia lebih memilih jalan konstitusional melalui pemilu walaupun telah dua kali gagal pada tahun 2004 dan 2009.
Menjelang lengsernya Soeharto, Wiranto memilih langkah bijak dengan mengundang tujuh pakar hukum dan pemerintahan untuk mendengar masukan dari mereka tentang cara konstitusional agar Soeharto bisa mundur secara bermartabat.
Sebulan setelah lengsernya rezim Soeharto, Juni 1998, Wiranto membentuk tim yang menyusun pokok-pokok pikiran ABRI tentang reformasi menuju pencapaian cita-cita nasional yang hasilnya kemudian diserahkan secara resmi kepada pemerintah dan pimpinan DPR/MPR-RI
Pada Juni 1999, Wiranto melakukan reformasi internal ABRI melalui suatu seminar di Bandung yang menghadirkan pakar-pakar dari sipil dan militer, dalam dan luar negeri, yang hasilnya dinamakan Peran ABRI abad ke-21.
Wiranto adalah seorang tokoh yang mempunyai kemauan keras dan kepedulian besar pada perubahan-perubahan mendasar di negeri tempat ia mengabdikan diri dalam hampir separuh usianya.
Ia kembali maju dalam Pilpres, antara lain, karena meyakini bahwa seorang pemimpin harus merasa memiliki negara ini, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tapi untuk seluruh rakyat yang berada dalam wilayah negaranya. Selain itu, pemimpin juga harus mau berkorban demi negara, bukan mengorbankan orang lain demi kekuasaannya, serta pemimpin juga harus berani introspeksi diri demi kemajuan negara yang dipimpinnya, bukan anti kritik atau malah memberangus para pengritiknya.
“Inilah saatnya saya membalas budi kepada bangsa dan negara yang telah memberikan kesempatan, kehormatan, dan kepercayaan kepada saya yang bukan apa-apa menjadi orang berguna.Tatkala bangsa ini sedang terluka dan terlunta- lunta, sangat berdosa kalau kita tidak berbuat apa-apa” kata Wiranto pada berbagai kesempatan.

Fighter Leader
Akbar Tandjung merupakan tokoh politik nasional yang dikenal tangguh dan konsisten. Sikap konsisten itu terlihat dari keteguhannya untuk tetap berjuang bersama Partai Golkar dalam kondisi dan posisi apapun.
Ia bukan tipikal politisi yang mudah berpindah partai demi kepentingan pragmatis. Sementara, ketangguhannya terlihat ketika berhasil menyelamatkan Partai Golkar di saat rakyat menghujat partai ini pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Akbar Tanjung yang menjadi ketua Umum Partai Golkar periode 1998-2004 berhasil meyakinkan rakyat bahwa Partai Golkar tetap berpihak pada rakyat. Hasilnya, pada Pemilu tahun 1999, Partai Golkar menempati urutan ke-2, dan pada pemilu di tahun 2004 Partai Golkar menjadi pemenang pemilu. Ketika tidak lagi menjabat Ketua Umum, Akbar Tandjung kini duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar.
Kesuksesannya sebagai politisi yang disegani kawan dan lawan itu juga yang membawa beliau duduk sebagai Ketua DPR RI periode 1999-2004. Sebelumnya Akbar Tandjung pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada periode 1988-1993, Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998), Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman (1998).
Keberhasilan pendiri Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini sebagai politisi tentunya tidak lepas dari kematangannya berorganisasi yang dilakukannya sejak mahasiswa di Universitas Indonesia, di mana ia terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik pada tahun 1967-1968 dan aktif di Dewan Mahasiswa UI serta Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI. Selain aktivitas keorganisasian di dalam kampus, Akbar Tanjung juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Akbar dikenal sebagai politisi yang santun. Dalam buku Membangun Konsensus: Pemikiran dan Praktik Politik Akbar Tandjung yang ditulis M. Deden Ridwan & M. Muhajirin (Pustaka Sinar Harapan, 2003), Akbar disebut berhasil memperkenalkan tradisi dan gaya politik yang tidak hiruk pikuk. Akbar tampil sebagai peredam konflik, jembatan dan pembangun konsesus di tengah ragam budaya, agama, etnis maupun politik.
Akbar dianggap mengedepankan kecerdasan emosional. Hal ini ditunjukkan dengan empatinya terhadap lawan politik, aspiratif terhadap suara publik dan pelbagai kritikan, tidak meledak-ledak dan reaksioner, menyikapi persoalan politik dengan dingin, efisien dalam membuat pernyataan, bersikap moderat, dan selalu terlihat sabar.
Economic Leader
Bekerja dan terus bekerja, itulah yang dilakukan M. Hatta Rajasa dalam mengimplementasikan eksistensinya sebagai seorang menteri maupun sebagai politisi.Penerima “Bintang Mahaputera Adipradana” dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2013, ini sadar betul bahwa posisi dan jabatan yang kini diembannyaadalah sebuah dedikasi kepada bangsa dan negara.Karena itulah ia melepaskan perannya sebagai seorang pengusaha dan menjual semua perusahaannyasetelah masuk partai.
Citra sebagai sosok pekerja melekat dalam diri Hatta sejak masih remaja dan terus terjaga dengan baik ketika menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional (PAN) dan menjadi anggota Kabinet Indonesia Bersatu I maupun setelah menjabat Ketua Umum DPP PAN, dan duduk sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II.
Loyalitas dan profesionalisme selalu melekat dalam dirinya. Misalnya, ketika ia diangkat menjadi Menteri Perhubungan. Ketika itu, banyak orang tak menduga dia menjadi Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu.Sama seperti saat dia dipercaya menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kabinet Gotong-Royong.
Maklum, lulusan perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, diprediksi banyak orang lebih pas menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun, dengan profesionalisme dan kemampuan manajerial yang dimilikinya, jabatan apa pun dapat diemban dengan baik. Terbukti, semasa menjabat Menristek, ia berhasil mengangkat nama bangsa, manakala terpilih menjadi Presiden Ke-46 Konfrensi IAEA (The International Atomic Energy Agency) dengan pemilihan (voting).
Kemudian sebagai Menteri Koordinasi Perekonomian, Hatta telah melakukan banyak langkah strategis untuk memajukan pembangunan nasional, mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan program Masterplan Percepatanang dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI) yang langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim.
Tak heran kalau tokoh pendiri PAN, Amien Rais menilai Hatta sebagai sosok yang ‘aneh’. "Menurut saya, Hatta anak bangsa yang agak aneh, beliau lulusan ITB tapi memegang ekonomi Indonesia relatif berhasil," ujar Amien Rais usai menghadiri acara pelantikan organisasi sayap PAN, DPP Garda Muda Nasional (GMN) di Balai Kartini, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (8/4/2012) malam.
Suami dari Drg.Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa,ini memang berupaya menjalankan peran secara optimal atas jabatan yang diamanahkannya, baik sebagai Fungsionaris Partai Amanat Nasional (PAN), Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia Kabinet Gotong-Royong, Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu I dan Menteri Sekretariat Negara Kabinet Indonesia Bersatu I serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II tanpa terjadinya kemungkinan loyalitas ganda dan abuse of power. Ia tidak pernah bicara politik atau partai ketika berperan sebagai menteri. Ia selalu menempatkan posisinya pada konteks dan waktu yang tepat.

Peace Keeping Leader
Dalam kapasitasnya sebagai Panglima TNI 2006-2007, maupun dalam mengemban tanggung jawab sebagai Menko Polhukam, Marsekal TNI (purn) Djoko Suyanto mampu menjalankan tugasnya dengan baik dalam menciptakan stabilitas politik dan keamanan nasional.
Sebagai panglima TNI beliau mampu menciptakan situasi ketertiban dan keamanan masyarakat serta mampu mengendalikan konflik horizontal. Sebagai menko polhukam, tokoh militer kelahiran Madiun, 2 Desember 1950, ini, mampu menjaga stabilitas keamanan dalam negeri, serta konsisten menjaga keutuhan NKRI. Beliau adalah tokoh penjaga perdamaian dalam pengertian yang luas.