Men's Obsession Award 2013: The Rising Stars & The Amazing Stars
Naskah: Andi Nursaiful/A. Rapiudin, Foto: Sutanto
Memimpin perusahaan di masa-masa tersulit, Dwi Soetjipto, menunjukkan kelasnya sebagai salah satu CEO tertangguh di Tanah Air. Hanya dalam tempo enam tahun, ia sukses mengangkat kapitalisasi pasar dari Rp10 trilyun menjadi Rp 80 trilyun pada 2011. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil menyinergikan tiga perusahaan yang saling berkonflik menjadi sebuah tim tangguh pencetak laba, dan mampu berkiprah di kancah regional bahkan global. Ungkapan from zero to hero pantas disematkan kepadanya.
Perjuangan Dwi dimulai ketika ia diserahi tugas menjadi Direktur Utama PT Semen Padang pada 2003. Saat itu Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa (dua nama terakhir menjadi bagian Semen Gresik Grup pada 1995) tengah bergejolak menuntut pemisahan. Bahkan, Semen Padang sejak 2000-2003 tidak mengirim laporan ke Semen Gresik, sehingga Semen Gresik mendapat berbagai sanksi dari pasar modal lantaran tidak mengonsolidasikan report.
“Di saat gejolak itu saya ditunjuk menjadi Direktur Utama di PT Semen Padang. Saya sadar tugas saya berat, yakni menyelesaikan konflik dan meluruskan apa-apa yang membuat karyawan maupun masyarakat di Sumatera Barat itu bergejolak,” kenang Dwi. Selama empat bulan, ia terpaksa berkantor di luar perusahaan dengan teror dari berbagai pihak. Waktu terus berjalan dan Dwi akhirnya mampu menyelesaikan persoalan tersebut dan dipercaya memimpin grup Semen Gresik pada 2005.

Perjuangan Dwi dimulai ketika ia diserahi tugas menjadi Direktur Utama PT Semen Padang pada 2003. Saat itu Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa (dua nama terakhir menjadi bagian Semen Gresik Grup pada 1995) tengah bergejolak menuntut pemisahan. Bahkan, Semen Padang sejak 2000-2003 tidak mengirim laporan ke Semen Gresik, sehingga Semen Gresik mendapat berbagai sanksi dari pasar modal lantaran tidak mengonsolidasikan report.
“Di saat gejolak itu saya ditunjuk menjadi Direktur Utama di PT Semen Padang. Saya sadar tugas saya berat, yakni menyelesaikan konflik dan meluruskan apa-apa yang membuat karyawan maupun masyarakat di Sumatera Barat itu bergejolak,” kenang Dwi. Selama empat bulan, ia terpaksa berkantor di luar perusahaan dengan teror dari berbagai pihak. Waktu terus berjalan dan Dwi akhirnya mampu menyelesaikan persoalan tersebut dan dipercaya memimpin grup Semen Gresik pada 2005.