Kiprah Kabinet Kerja Di 73 Tahun kemerdekaan Sebuah Pencapaian
Naskah: Imam Fathurrohman Foto: Sutanto
Pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada KH. Ma’ruf Amin untuk mendampinginya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tak terlalu mengejutkan. Meski banyak nama digadang-gadang sebagai calon wakil presiden (cawapres) Jokowi, namun sosok Kiai Ma’ruf selalu yang paling muncul ke permukaan.
Sejumlah alasan pun dikemukakan Jokowi. Di antaranya, Kiai Ma’ruf merupakan tokoh agama yang bijaksana. Kiai Ma’ruf juga disebutnya sebagai sosok yang memahami ideologi Pancasila, sehingga ia mendaulat pria kelahiran Tangerang, 11 Maret 1943 ini sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Lainnya, Jokowi menyebut berbagai jabatan yang pernah diemban Ma’ruf, seperti pernah menjadi anggota legislatif DPRD, DPR, MPR, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rais ‘Aam PBNU hingga sekarang menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Adapun kaitannya dengan Kebhinekaan, Jokowi menjelaskannya dengan singkat: “Kami ini saling melengkapi, nasionalis religius”.
Menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)periode 2015-2020 tak berarti Kiai Ma’ruf hanya memikirkan eksistensi umat Islam. Pemahamannya soal kebangsaan dan kebhinekaan tak perlu diragukan. Ia bahkan tak ubahnya penjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena kerap kali mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Meski pada konteks akidah umat Islam, ia akan berdiri di garda terdepan. Seperti sebuah mata uang, umat Islam dan NKRI adalah dua sisi yang tak terpisahkan. Umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas negeri ini (85 persen dari total penduduk Indonesia), secara otomatis menjadi komunitas terbesar yang bertanggung jawab atas keutuhan NKRI. Oleh karenanya, menjaga persatuan umat Islam menjadi kunci terpeliharanya kesatuan NKRI.
Ketika umat Islam dihadapkan pada situasi terkotak-kotak, misalnya, Kiai Ma’ruf harus tampil sebagai sosok yang menyatukan. Dalam konteks ini, sabda Rasulullah Saw. bahwa mukmin yang satu dengan yang lainnya adalah saudara, mesti benar-benar dikawalnya agar tercipta ukhuwah islamiyah. Kendati demikian, Kiai Ma’ruf juga tegas melempar kritik kepada suatu kelompok yang menamakan dirinya sebagai Muslim, tetapi berulah tak pantas laiknya seorang Muslim bahkan cenderung mengancam keutuhan NKRI. Dalam konteks inilah, Obsession Media Group (OMG) memberikan anugerah Lifetime Achievement di ajang Obsession Award 2018 pada 23 Maret 2018 lalu.
Keberpihakannya pada ideologi Pancasila sangatjelas. Pada sejumlah kesempatan, iaberulang kali menegaskan bahwa pembahasan Islam dan negara di tanah air telah usai. Baginya, Pancasila adalah solusi kebangsaan atau hulul wathaniyah yang menjadi titik kesepakatan dan kompromi dalam berbangsa dan bernegara. Bahkan, roh agama menjadi kekuatan besar yang mengilhami kelahiran Pancasila itu. MantanKetua Komisi Fatwa MUI ini juga dikenaldekatdenganmasyarakat. Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, Banten, ini dikenal sebagaikiai yang moderat, pemikir, ramah, dan sejuk. Kendati demikian, ia juga tegas dalam memegang prinsip, terlebih yang terkait dengan syariat Islam. Jauh sebelum menjadi pimpinan tertinggi di MUI, ia dikenal sebagai ulama ahli fiqh yang disegani. Selain menjadi Ketua Umum MUI, Kiai Ma’ruf juga menduduki jabatan tertinggi di Nahdlatul Ulama (NU). Di Ormas Islam terbesar di tanah air ini, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2007-2014) tersebut juga menjabat Rais ‘Am atau Ketua Umum dalam arti sebenarnya untuk periode 2015-2020. Sebuah posisi yang membuatnya menjadi ulama paling dihormati di kalangan Nahdliyin.